Nyaris. Nyaris saja kepalanya hendak Yoongi benturkan berulang kali pada tiang pembatas jalan malam itu. Namun nyatanya, masih ada setitik kewarasan yang tersisa dalam kepalanya tentang nasib konyol yang menimpanya akhir-akhir ini.
Pukul sebelas pagi, Yoongi sudah menjejakkan kakinya di Seoul—atau lebih tepatnya, ia saat ini sudah berada di dalam rumah duka. Banyak orang-orang yang berlalu-lalang menggunakan pakaian hitam di dalam ruangan ini. Ada juga beberapa kenalannya dari kepolisian Seoul yang sedang minum dan memakan beberapa camilan yang disediakan di beberapa meja di sana.
Yoongi terdiam, tubuhya terasa tak mampu ia gerakan, kendati ia benar-benar tidak selemah itu dalam menggerakan tubuhnya. Pria itu membiarkan orang-orang melirik dan membicarakn dirinya yang tak melangkah barang satu langkah pun di tengah ruangan dengan pakaian lusuh hari kemarin—jaket berwarna abu dengan ripped jeans—berbeda dengan semua orang di dalam sini.
"Yoongi?" salah satu pria mendecak lidah, memutus lamunannya. "Apa yang salah denganmu? Kau mengabaikanku?"
"Oh—Ah," jawabnya garau. Ia mengerjap beberapa kali. Ternyata ada seseorang yang tengah mengajaknya berbicara—entah sejak kapan. "Aku tidak apa-apa," lanjutnya berusaha menyingkir dan mengakhiri konversasinya dengan kenalannya dari kepolisian unit Seoul. Han Jiseok.
Jiseok mengerang, merasa benar-benar ada yang salah dengan temannya itu, kendati mereka tidak terlalu dekat dan hanya bertemu beberapa kali saja, saat Yoongi bersama timnya mengerjakan kasus yang ada di Seoul. Pria itu menahan lengan Yoongi yang hendak melangkah pergi. "Bung, ayolah. Apa yang salah denganmu? Kalau kau memaksa bahwa kau baik-baik saja, coba jelaskan padaku apa yang tengah kau tangisi saat ini?"
Yoongi tersentak. Tubuhnya menegang, lalu salah satu tangannya secara otomatis memegang wajahnya yang sudah agak basah karena tangisan yang mungkin pria itu sendiri pun tidak mengerti. Perasaan ini sama—sama seperti ia mendapat kabar bahwa Jimin dikabarkan bunuh diri setelah menelan puluhan pil di apartemennya sendiri tempo lalu. Dan saat ini, Yoongi merasa kejadian itu terulang pada adik temannya, bunuh diri dengan melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam Sungai Han.
Ia tidak bisa berkata-kata. Mulutnya benar-benar terkuci rapat, dan hanya ada tangisan kelewat pilu dari ceruk bibirnya yang terdengar. Perasaannya benar-benar becampur menjadi satu. Tentang dirinya yang tidak mendapat kejelasan terkait makhluk yang membuatnya koma selama delapan hari, ibunya yang mendadak dipindahkan ke unit gangguan kejiwaan, kasus yang berlarut—membuat kewarasaannya perlahan hilang, dan juga kematian Park Sora yang benar-benar tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Jiseok menepuk bahu milik Yoongi berulang kali. Sebenarnya ia tidak mengerti dengan tangisan temannya ini. Seingatnya, ia bahkan melihat Yoongi sebagai pria tanpa perasaan karena perilakunya yang benar-benar dingin dan nyaris memberi batas kepada setiap orang di sekitarnya. Namun mungkin, sifatnya yang selalu menutup perasaan sebenarnya pada semua orang itu, kini membuatnya lelah. Jiseok hanya mencoba mengerti, kalau Min Yoongi ini memang sedang lelah dan berakhir melihatkan sisi terlemahnya, saat perasaan yang sebenarnya tak mampu ia tutupi.
Selang beberapa waktu, akhirnya Yoongi memisahkan diri dengan Jiseok. Berjalan gontai pada ruangan yang mengantarkannya pada beberapa bunga yang menghiasi bingkai foto di tengahnya tanpa satu penjelasan.
Yoongi berdiri, lalu merosot saat punggungnya menyentuh dinding belakangnya. Ruangannya sepi, dan hanya tersisa Yoongi dengan bingkai foto Park Sora yang terlihat tersenyum ke arahnya. Pria itu menarik napas dalam, dan merasakan bahwa ada sesuatu yang menyumbat pernapasannya; sehingga rasanya bernapas pun semakin berat. Ia lalu menjulurkan kedua tangannya, dan menumpu pada kedua lutut miliknya.
Memiringkan kepalanya, ia kemudian teringat saat terakhir kalinya Sora berpamitan padanya secara canggung karena ingin mengunjungi kakek dan neneknya yang juga berada di Daegu. Yoongi kemudian terkekeh miris. "Kenapa kau berbohong, Sora?"
YOU ARE READING
[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓
Fanfiction[Completed] [Crime/Horror] "No matter who you're, I'll love and trust you for a long time." ©2018