[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓

Epilogue : Overdose

Apa kalian ingin tahu, apa yang Yoongi ceritakan padaku-atau barangkali, kalian ingin mengetahui perihal tentang aku yang masih bernapas sampai detik ini?

Ah, omong-omong, ini aku-Park Sora, kalau kalian lupa padaku.

Kalian pasti bingung, bukan? Mengapa aku muncul kembali di dalam lembar terakhir dalam kisah ini, setelah pertama kalinya aku muncul adalah di lembar pertama? Iya, 'kan? Karena, mungkin, jawaban yang bisa aku berikan adalah; Min Yoongi telah menceritakan semuanya padaku. Semuanya tanpa ada lagi yang tersisa. Barangkali lembar satu sampai sembilan belas yang baru saja kalian baca, memang semua yang Yoongi ceritakan padaku secara keseluruhan.

Oh, apa kalian bingung; kenapa aku bisa mendapat semua cerita itu?

Apa kalian ingat syarat apa yang diberikan pria itu padaku? Well, dia memang memberikanku satu syarat bahwa aku harus membuatnya dulu jatuh cinta agar aku mendapatkan cerita itu; alasan Park Jimin bunuh diri. Lalu, ehm-mungkin, aku telah membuatnya jatuh cinta, eh? Aku tidak yakin, tetapi-

Aku sudah menikah dengan Min Yoongi saat ini.

Maaf, apa aku malah membuat kalian semakin bingung?

Oke. Oke, maafkan aku. Aku akan lebih berhati-hati dalam bercerita, okay? Aku akan menceritakan semuanya agar kalian mengerti. Perlahan.

Sejak pertemuan pertamaku dengan pria berkulit pucat yang memiliki sabit kesepian dengan kelabu yang menggantung tepat di bawah kedua pasang sabit itu, aku benar-benar merasa telah melewati bebeapa batasan yang seharusnya tidak aku lalui. Cinta itu buta, mereka berbicara seperti itu-dan cinta itu juga serakah, lagi-lagi mereka berbicara seperti itu. Aku dibutakan oleh sesuatu, dan aku dikendalikan oleh hawa nafsu yang membuatku ingin mendapatkan sesuatu yang lebih-tanpa aku tahu bahwa aku menjadi gadis yang serakah.

Kisah dari perjalan cintaku dengan Taehyung tidak semulus itu-walaupun, well, aku harus jujur bahwa sampai saat ini aku masih menyimpan sedikit sudut di hatiku untuk dirinya. Karena mau bagaimana pun Kim Taehyung tetap mengisi setiap sekon dalam lima tahun terakhir. Namun mungkin, caranya yang salah, atau barangkali memang takdirnya harus seperti itu.

Awalnya, aku tidak mempercayai bahwa Kim Taehyung adalah anak dari Satan. Mempunyai takdir yang begitu pelik sampai akhirnya, tubuhnya hanya dijadikan sebagai wadah untuk kebangkitan sang penguasa neraka itu hanya karena Ibunya amat begitu jatuh cinta pada Satan, dan rela membuat Kim Taehyung berakhir menjadi tumbal atas cinta keduanya untuk kebersamaan mereka kelak setelah gerbang Gehenna terbuka.

Kim Taehyung tidak bersalah, atau barangkali dia memang hanya korban dari semua kesalahan ini. Kim Seokjin-yang aku ketahui bahwa ia adalah seorang pastor, yang sekaligus menjabat sebagai kakak kandung dari Kim Taehyung-kini sudah meninggal dunia, dan menjual jiwa serta tubuhnya untuk dijadikan sebagai segel dari Satan. Menahan makhluk itu agar tak mengganggu adiknya, juga merawat Kim Taehyung layaknya manusia biasa agar bisa tumbuh dan berkembang seperti manusia kebanyakan.

Namun pada akhirnya, Seokjin memang harus berakhir seperti itu karena takdir yang ia pilih. Aku ... sedikit menyayangkan hal itu.

Lalu, tentang Jimin.

Aku tidak tahu apa yang harus aku ceritakan-atau barangkali, aku hanya ingin mengatakan bahwa kakakku melakukan hal yang luar biasa. Dia hebat. Aku bangga padanya, dan maafkan aku tentang kemarahanku di lembar pertama tentang dia. Aku-benar-benar minta maaf, karena tidak ada di saat dia benar-benar membutuhkan seseorang di sisinya. Aku tahu, Jimin pasti takut, gelisah dan yang paling aku sesali-dia depresi.

Jimin adalah seorang jurnalis. Aku tahu, bahwa dia selalu menulis semua berita dengan investigasinya yang terkenal begitu rinci. Walaupun usianya masih begitu muda, ia banyak menerima penghargaan dan pernghormatan dari para seniornya. Sampai pada akhirnya, satu buah kasus yang sangat terkenal dan tak pernah terpecahkan selama empat tahun lamanya itu mengusik dirinya. Membuat ia begitu menjadi sangat berlebihan dan ingin segera memecahkannya, hanya karena dorongan dari gairah seorang pemuda dalam bekarir.