"Dia akan menceritakanmu sebuah kisah di mana Taehyung bisa terlahir dan menjelma menjadi seorang iblis."
Bergeming di dalam kalimat yang terasa tidak akan pernah terdengar masuk akal, Yoongi seolah baru saja dihantam balok es tepat pada kepalanya—benar-benar membuat seluruh isi kepalanya seolah beku. Pria itu ingin tertawa, atau malah, ia ingin sekali meneriaki Karen bahwa apa yang baru saja terlontar itu sama sekali tidak terdengar lucu. Namun rupanya Karen memang sedang tidak terlihat bercanda dan membuat Yoongi bungkam karena ditatap sebegitu tajamnya.
Ini sinting.
"Yoongi," Karen berujar—mendekat dan sedikit merendahkan tubuhnya untuk menatap Yoongi yang kini membungkuk sambil menundukkan kepala dengan jemari yang meremas surai silver-nya.
Pria itu malah tertawa, terdengar getir dan begitu nanar. Tidak menyangka sama sekali kenapa bisa sampai sebegini peliknya. "Aku—hanya—Karen," Gurat memuakkan terlukis jelas di wajahnya yang kini menatap Karen. Tubuhnya perlahan mundur dengan langkah acak dan berakhir terjatuh begitu bokongnya mengenai dasar lantai. "Rasanya aku nyaris gila."
Karen menahan napas, nyeri di dalam kepala semakin menyiksanya.
Wanita itu kemudian berjongkok, meremas ujung baju yang dipakainya sendiri dan kemudian berusaha berkata, "Yoongi, kau perlu membebaskan ibumu, dan melindungi adikmu. Kalau bukan kau, aku tidak tahu harus pada siapa aku meminta tolong." Tidak. Tolong aku, Yoongi.
Kendati kembali bungkam, Yoongi kini merasa bahwa tubuhnya semakin menegang. Kepalanya perlahan naik dan menatap Karen yang sudah menatapnya dengan wajah yang begitu kuyu—begitu putus asa. Namun bukan itu. Bukan itu yang membuat tubuh Yoongi menegang frustasi menahan genangan air mata, melainkan lantaran,
"Hyung, kalau bukan kau, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa."
Kalimat itu terdengar serupa—nyaris sama dengan apa yang Jimin katakan dulu.
Karen, apa yang dia sembunyikan?
"Min Yoongi," lalu suara lain menginterupsi keduanya. Suara Kim Seokjin—atau Karen menyebutnya dengan sebutan Pastor Mateo—membuat keduanya menoleh dengan air muka yang masih memancarkan rasa frustasi yang kentara. "Kau mengenal Park Jimin?"
Yoongi buru-buru berdiri, dan setelahnya Karen juga mengikutinya—walaupun tak terlihat sebegitu terkejutnya seperti Yoongi.
Menatap penuh dengan ketidakmengertian, Yoongi lalu mendesis perlahan, "Ada apa dengan Jimin?"
Seokjin lantas tersenyum samar. "Seseorang yang pertama kali menemuiku dalam beberapa tahun sejak aku terkurung di sini adalah Jimin. Dia benar-benar pria yang sangat baik, dan aku tidak akan terkejut bahwa Jimin adalah incaran terbesar mereka, karena memiliki jiwa yang begitu murni. Terlebih dia datang tanpa adanya campur tangan mereka—seolah Jimin adalah adam yang ditakdirkan untuk menjadi persembahan besar mereka."
Tidak. Tidak, pikirnya. Apa tadi yang dia katakan?
Yoongi lantas memalingkan pandang—berusaha meminta kejelasan atas apa yang baru saja Seokjin katakan padanya. Namun yang ditatap memilih untuk bungkam, seolah apa yang baru saja rungunya tangkap memang benar-benar terjadi. Sebuah fakta. Fakta yang benar-benar memukul telak kewarasan Yoongi saat ini.
YOU ARE READING
[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓
Fanfiction[Completed] [Crime/Horror] "No matter who you're, I'll love and trust you for a long time." ©2018