11. A Reason

1.4K 248 143
                                    

[!] Lil bit, disgusting. 18+ [!]
3000++

xxx

Dua, sampai tiga dan empat ketuk yang lalu, Sora masih bisa mengabaikannya. Suaranya berasal dari jendela ruangan di mana Haru kini tetap menjalani perawatan. Wanita tersebut pikir, itu hanya suatu benda yang terbang dan terbawa angin lalu pada akhirnya membentur jendela ruangan ini. Tapi semakin Sora mengabaikannya, rasanya ketukan itu malah semakin menganggu tidurnya.

Rasanya seperti ada yang mengetuknya dengan sengaja.

Si Park itu memberanikan diri membuka matanya, lalu terduduk di sofa panjangnya. Ia melihat sekeliling ruangan milik Haru masih tetap sama. Sedikit gelap dan hanya ada satu lampu tidur yang menyala. Netranya bergulir pada jendela yang sejak tadi seperti diketuk seseorang. Sora ingin memastikan sesuatu di sana, tetapi ia ragu. Gelegak kengerian yang merangkak di dalam sekujur tubuhnya mendadak menggeliut tak nyaman. Pasalnya, ini lantai enam—bagaimana caranya seseorang mengetuk-ngetuk jendela di lantai enam?

Menarik napas, mengerjapkan mata yang dua jam lalu baru saja bisa terlelap, Sora lantas membuka selimut tipisnya dari bagian bawah tubuhnya, dan lantas memakai cardigan berwarna krem yang membalut tubuh atasnya. Surai coklat panjangnya masih terikat sedikit berantakan, sama berantakannya seperti isi kepalanya yang mendadak berkecamuk mengalahkan angin musim panas yang berembus kuat malam ini, di luar sana.

Tungkainya terseret hati-hati. Sora bisa melihat bahwa jendela ruangan Haru mendadak terbuka separuhnya. Tirainya menari-nari karena lesatan angin yang masuk. Untuk sepersekian sekon di sana wanita itu mengembuskan napas lega. Ternyata ketukan itu berasal dari jendela yang tak tertutup rapat. Bukan sesuatu yang sejak tadi menganggu isi kepalanya.

Lantas dengan cepat, Sora menutup jendelanya kembali secara rapat. Membuat tirainya sudah tak menari-nari, tetapi dengan cepat ketukan itu kembali melesat—namun kali ini lebih membentur dengan keras secara mendadak.

Sora terhenyak, hampir jatuh ke belakang kalau saja pinggangnya tak membentur nakas yang ada di sisi ranjang sakit milik Haru. Perutnya mendadak sedikit nyeri karena tegang, jemarinya perlahan mengusapnya sembari merintih, menggigit bibir bawahnya sendiri penarah denyutan sakit. Kandungannya masih rentan, ia harus berhati-hati. Sora lantas mencoba bernapas secara teratur, kendati jantungnya seperti baru saja ingin meluncur bebas untuk keluar.

Irisnya melirik lagi pada jendela; tak ada tirai yang menati-nari, tetapi ketukannya semakin menekan kuat, membuat jendela ruangan Haru terdengar sedikit meretak. Sora kelabakan dengan pusat atensi yang masih memusat ke jedela tersebut. Tangannya terulur ke belakang ingin menekan tombol darurat yang menghubungkan dengan petugas rumah sakit, tetapi malah membuat gelas di sana terjatuh.

Sora berbalik secara otomatis ke belakang, karena ingin melihat gelas yang tak sengaja ia jatuhkan. Tetapi bukannya berpusat ke sana atensi miliknya jatuh, ia malah mendapati pintu ruangan Haru mendadak tergeser dan terbuka. Cahaya kontras antara luar dan dalam ruangan, membuat seseorang yang jelas sedang berdiri di sana tak terlihat dengan baik.

Namun Sora jelas seketika terpekur—sontak jadi mendadak gelisah, saat seseorang yang masih mendominasi dengan bayangan hitam itu mendekat ke arahnya. Napasnya memburu tak jelas, keringat dingin mendadak membasahi tubuhnya, matanya panas dan tubuhnya mendadak bergetar.

Sora ingin berlari, tetapi tak bisa. Irisnya seperti terkunci menatap siapa yang kini berdiri di hadapannya. Membuat retakan di jendela itu dengan jelas pecah, berserakan dan menimbulkan suara keras—yang sukses membuat Park Sora semakin membeku digulung rasa takut.

Cahaya melintasi jendela dengan tirai yang kembali terangkat; mengisi ruangan dan kemudian dalam beberapa sekon di sana Sora tercekat—"Taehyung—" si Park itu mendadak bungkam menemukan wajahnya dengan jelas sedekat itu di hadapannya. Tak ada yang berubah dan masih sama seperti beberapa bulan ke belakang atau bahkan delapan tahun lalu.

[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓Where stories live. Discover now