AUN-3. Meet

76.2K 5.4K 41
                                    


Matahari masih menampakkan dirinya dengan gagah. Teriknya memancar kuat membuat setiap manusia yang terkena teriknya melelehkan keringat. Aku masih setia berdiri di pinggir jalan menunggu COD barang daganganku siang ini.

Hari ini aku memang telah ada janji dengan salah satu customerku. Dia sepertinya customer baruku.

Setelah sekitar sepuluh menitan aku menunggu, akhirnya sebuah mobil BMW berwarna merah berhenti di depanku. Hpku berbunyi

Kling

±6280868...

Kak, saya sudah sampai. Maaf, kakak pakai baju apa kak?

Aku membaca pesan itu dan langsung membalasnya.

'Aku menggunakan gamis hitam'

Seseorang turun dari mobil, seorang wanita tanpa cadar dengan wajah yang lumayan cantik. Wanita berabaya hitam itu berjalan menuju ke arahku. Dia menyerngitkan dahi, kemudian menutupi wajahnya dengan tas yang digenggamnya, sepertinya untuk menghalau panas yang menyengat di wajahnya.

"Assalamu'alaikum. Kak Khumaira", katanya padaku.

Aku tersenyum, seorang wanita bertubuh mungil itu menghampiriku. Kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku.

Tentu saja aku lantas menerima uliran tangan itu dengan senyum merekah.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," jawabku.

"Iya. Kak Ulfa kan ya?" Tanyaku lagi  sambil tersenyum.

Dia terlihat mengangguk, gerakannya sangat anggun.

"Iya saya Ulfa, kak," jawab wanita itu ramah.

"Ah, iya. Ini gamis pesanan Kak Ulfa, ya. Coba di cek terlebih dahulu," kataku ramah, aku terbiasa meminta customerku mengecek barang pesanan mereka agar jika ada komplen maka dapat di selesaikan dengan baik, tanpa ada permusuhan atau tarik ulur urat karena adu mulut.

Aku menyerahkan bungkusan berisi sebuah gamis pesanan Kak Ulfa. Kak Ulfa menerimanya sembari tersenyum lembut. Kemudian dia berjalam dengan senyum tersungging di wajahnya.

"Alhamdulillah sudah sesuai pesanan saya," katanya sambil menatapku.

"Terimakasih banyak ya, Kak Khumaira," tambahnya sambil tersenyum ramah.

Aku mendesah lega, rasanya senang jika pesanan sesuai dengan yang diharapkan oleh customer. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat senyum pelangganku.

"Alhamdulillah. Sama - sama ya," jawabku senang.

"Ini uangnya ya, Kak. 340.000 rupiah, karena kemarin sudah dp dahulu 70.000," katanya dengan ramah dan sopan.

Aku mengangguk kecil, kemudian tersenyum tipis.

Aku menerima uang itu kemudian memasukkannya ke dalam dompet yang sedari tadi aku bawa.

"Ini kembaliannya sepuluh ribu, terimakasih ya," kataku sambil menyerahkan dua lembar uang prcahan lima ribuan kepada pelangganku itu.

"Oke. Maaf saya pamit dulu, ya," kataku kemudian mengucapkan salam dan ingin beranjak dari tempat itu.

Dia menerima uangku, tetapi kemudian menatapku seperti sedikit ragu.

"Terimakasih. Ehm... boleh kita ngobrol dulu sebentar? Sekalian kenalan", katanya lembut.

Sebenarnya aku mau saja, hanya saja aku tidak bisa meninggalkan Najwa terlalu lama dengan ummi. Ummi pasti kelelahan menjaga Najwa. Dia anak yang sangat aktif.

"Maaf. Mungkin lain kali. Saya ngga bisa meninggalkan putri saya terlalu lama", kataku sedikit tidak enak hati.

"Ehm... sayang sekali. Baiklah, padahal saya ingin berbincang sebentar dengan kak Khumaira, Terimakasih", jawab Ulfa.

"Sama - sama. Assalamu'alaikum", jawabku lalu berbalik.

" wa'alaikum salam," gumamnya pelan namun masih dapat aku dengar.

Saat berbalik aku sempat kaget, ternyata dia kak Umar. Hatiku bergetar, bukan karena cinta. Tapi entahlah apa yang aku rasakan kali ini. Barangkali kecewa??

"Assalamu'alaikum, Khumaira. Mana Najwa?", tanya kak Umar to the point padaku.

"Wa-wa'alaikum sa-lam. Na-Najwa se-sedang bersama jidahnya", jawabku gugup. Sungguh, aku sangat takut. Takut kak Umar mengambil Najwa dariku.

"Boleh kakak bertemu dengannya?", tanya kak Umar dengan senyum khasnya.

Aku terdiam beberapa saat, akhirnya mengangguk. Bagaimanapun kak Umar adalah abinya. Najwa sangat merindukan abinya. Merindukan lelaki yang berdiri menjulang di depanku. Aku mencoba menekan perasaan sakitku sekarang. Mencoba berdamai dengan keadaan.

"Bisa, tapi tolong kak. Jangan bawa Najwa. Dia hidupku", jawabku lirih mencoba menahan air mataku.

Kak Umar mengangguk,

"Jangan menangis. Maaf atas semuanya. Aku hanya merindukan Najwa. Aku hanya ingin bertemu. Bukan mengambilnya. Aku berjanji", kata kak Umar lembut.

Ya Allah, suara lembut itu yang aku rindukan bertahun - tahun pernikahan kami. Astaghfirullah....
Aku ngga boleh jatuh lagi ke dalam lubang yang sama. Tidak akan pernah.

"Kak Khumaira," panggil Ulfa.

Aku menoleh, aku berfikir mungkin dia istri baru kak Umar?

"Ehm, ka-kamu istri Kak Umar?" Tanyaku sedikit perih.

"Iya, kak. Maaf, kita bertemu dengan cara seperti ini," jawabnya pelan.

Tenggorokanku tercekat, suasana seperti ini sangat canggung. Aku tidak tahu, apa yang aku rasakan sekarang. Bertemu dengan mantan suami yang sudah bahagia bersama wanita baru nya bukan menjadi hal yang mudah bagiku.

Ada sedikit rasa kecewa yang tak kunjung selesai, ada sedikit luka yang tidak bisa sembuh hingga sekarang. Bertemu dengan mereka disaat seperti ini bagaikan mengorek kembali luka lama yang hampir mengering. Ini menyakitkan.

"Oh, hai. Salam kenal ya," kataku denfan senyum yang kupaksakan mengembang di bibirku.

"Salam kenal, maaf kak. Boleh kami bertemu dengan Najwa?" Tanyanya padaku.

Aku menatap mereka ragu, tetapi aku tidak bisa menolaknya. Biar bagaimanapun mereka berhak atas Najwaku.

"Iya. Ayo sekalian ikut. Biar Najwa bertemu dengan umminya", kataku menahan perih. Sangat perih menahan diri menyebut ummi untuk wanita lain bagi anak semata wayangku.

"Terimakasih. Kebetulan saya sangat lama ingin bertemu Najwa. Kak Umar sering bercerita tentang Najwa. Sepertinya dia anak yang manis," kata Kak Ulfa dengan senyum mengembang.

"Iya, Najwa memang sangat manis. Dia anak yang baik. Ayo kita ke rumah sekarang saja," jawabku.

"Naik mobil saja," ajak kak Umar.

Aku dengan tegas menolak, tidak akan pernah. Bagaimana bisa nanti mereka didepan dan saya sendirian di belakang layaknya khadamah?

"Aku sudah ditunggu abang taxi online dari tadi. Terimakasih tawarannya", tolakku halus.

Aku berlalu meninggalkan mereka yang mematung. Entah apa yang mereka pikirkan sekarang. Aku masuk ke dalam taxi online dan meluncur menuju rumahku. Mereka sepertinya mengikutiku.

Hai Najwa, hari ini kamu akan bertemu abi. Aku sampai menangis membayangkan betapa bahagianya putri kesayanganku saat bertemu abinya. Najwa sangat mengidolakan abinya. Bagaimana dia dengan sangat bangga selalu menceritakan semua kebiasaan abinya. Aku sangat tahu, Najwa sangat menyayangi abinya. Dia putri kecilku yang terpaksa terpisah dengan abinya karena keadaan. Kali ini aku tak lagi menyalahkan diriku sendiri atas perpisahan ini. Ini keputusan terbaik.

Aku menghela nafas panjang, kusapu air mata dipipiku dengan telapak tanganku. Aku harus berdamai dengan keadaan. Biarlah kak Umar menjadi masa laluku.

Masa lalu yang semoga tidak akan pernah terulang kembali. Dan terimakasih memberiku hadiah terindah sepanjang hidupku, Najwa.

....

Note :
Ummah: ibu
Abi : ayah
Khadamah : pembantu rumah tangga

Hai... boleh minta vote, komen dan follownya dong yaaa

ABI UNTUK NAJWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang