AUN-31 ngebor

69.4K 4.4K 87
                                    

Baru saja kami selesai mandi dan sholat, aku kembali teringat Najwa.

"Hei, ada apa?" Tanya Max lembut, dia masih mengusap rambutku. Iya, sekarang dia sudah melihat rambutku.

Aku sedang duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambutku, dan Max berdiri di belakangku. Dia mencoba membantu menyisir rambutku. Meski dari awal kami saling ngotot, aku ngotot menolak dan dia ngotot untuk membantu. Kalian pasti tahu siapa yang menang, siapa lagi kalau bukan si tukang ngeyel, Max. Aku pasrah karena suara ribut kami terdengar hingga keluar kamar. Dan, pasti akan sangat memalukan.

Kami kini sudah berganti pakaian. Aku mengenakan piyama dengan warna biru yang senada dengan Max yang sudah disiapkan oleh Ummi.

Jika kalian kira, kami akan romantis maka perkiraan kalian salah besar!
Max tertawa geli melihat baju kami yang kembar, katanya kaya seragam asrama! Dasar, ngga ada romantisnya jadi lelaki!

"Sweetheart," panggil Max lagi.

Aku mendongak menatapnya,
"Najwa beneran tidur di rumah Ummi apa enggak, ya?" Tanyaku ragu.

Aku merasa ngeri saja, takut Najwa diambil paksa oleh babahnya. Ah, bagi para single parent pasti ngerti banget gimana rasa takut ini. Sungguh, ini lebih mengerikan di banding kamu kena PHK atau saat kamu tidak lulus tes CPNS. Serius, deh!

"Mau telpon Ummi sekarang?" Tanya Max dengan suara lembut.

Aku menatapnya ragu, tapi dia kini tersenyum dan menyerahkan hp. Tak lama kemudian, suara Najwa terdengar. Dia sudah menelpon Najwa untukku.

"Assalamu'alaikum, Ummah," kata Najwa riang.

Aku sedikit merasa lega,

"Wa'alaikum salam, Najwa bobo dimana?" Tanyaku

"Najwa nginep di rumah Jid Hasan," jawab Najwa.

"Kok ngga di rumah Jidah?" Tanyaku kaget. Iya, Najwa menginap di rumah Khal Hasan. Jadi, Khal Hasan itu gampangnya gimana yaa...

Oh, iya!
Khal Hasan adik dari abiku. Jadi, dia Jid nya Najwa juga kan, ya?

Begitulah, pokoknya...

"Ah, mau bobok sini sama Khal Sayyid, Ummah," jelas Najwa lagi.

"Ya sudah, jangan rewel yaa," kataku mengingatkan.

"Ashiaaaap Ummah, " jawab Najwa

"Ummah bobo dimana?" Tanya Najwa lagi.

"Ummah sementara menginap di Jidah," jawabku.

"Ayah mana, Najwa mau bicara," kata Najwa kemudian.

Aku melirik Max, dia tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menerima hp.

"Aaaah!" Teriakku spontan.

Aku melotot dibuatnya. Max terkekeh geli melihat reaksikku. Tanganku sampai gemetaran. Ya Allah, bagaimama dia bisa sesantai itu?

Jadi, Max memegang tanganku lalu menarik tubuhku hingga jatuh ke atasnya. Makanya, aku refleks saja berteriak. Dia menyebalkan sekali!

"Ummah, kenapa?" Tanya Najwa yang kini terdengar panik.

"Ngga papa Najwa. Najwa yang anteng disitu. Ayah sama Ummah harus berdoa agar Allah memberimu adik," kata Max sambil mengerlingkan matanya.

Tubuhku di belit dengan kakinya, dan sialnya tenagaku ngga seberapa di bandingkan dia. Jadilah aku hanya bisa pasrah.

" Benarkah, Najwa mau ikut saja bersama Ummah dan ayah," kata Najwa antusias.

"Boleh sayang, kesini saja," jawabku setengah berteriak.

ABI UNTUK NAJWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang