Aku masih meringkuk di kamar dengan boneka bear kesayangan Najwa di pelukanku.
Sampai dering suara telpon di hpku membuyarkan lamunanku.
"Assalamu'alaikum," jawabku yang aku yakin suaraku serak sekarang. Tenggorokanku sangat kering setelah semalaman menangis.
"Wa'alaikum salam. Khumaira kamu baik-baik saja kan?" kata Mbak Asih dari seberang sana.
"Alhamdulillah. Nanti Khumaira ngajar hari ini. Insya allah," jawabku sebelum Mbak Asih bertanya kembali.
"Ah, Alhamdulillah. Mbak sangat khawatir keadaan kamu," katanya lirih.
"Alhamdulillah aku baik. Udah ya mbak. Assalamu'alaikum," kataku mengakhiri sambungan telpon.
Aku masih setia, diam dan memeluk bear.
Beberapa hari lagi seharusnya Najwa pulang. Aku harus menahan rindu ini. Aku harus kuat. Demi Najwa. Untuk Najwa.
Aku bangun, bergegas menuju kamar mandi dan bebersih diri. Jika mengikuti hati, pasti aku tidak akan makan atau minum.
Tapi, aku tidak ingin aku dianggap tidak pantas merawat Najwa. Hanya diriku sendiri yang bisa memantaskan diri.
.
.
.
.Aku telah selesai berbenah diri, sekarang aku sedang menuju rumah Mbak Asih. Tentu saja bersama mamang ojol tercintaku. Siapa lagi yang akan mengantarku memangnya?
Mobil bergerak perlahan, saat di lampu merah aku melihat Najwa diseberang jalan. Aku tidak salah lagi. Itu Najwaku.
"Pak! Turun disini!" Seruku.
Setelah mobil berhenti, aku segera membayar dan berlari sekencang mungkin.
Aku melihat Najwa di bentak oleh seorang wanita, tidak salah lagi. Dia istri Kak Umar yang baru.
"Najwa!" Teriakku sambil terus berlari.
Aku segera maraih Najwaku, kemudian aku peluk putriku dengan erat dan penuh sayang, aku tatap wanita dihadapanku ini dengan tatapan tajamku.
Aku berdiri, Najwa memeluk kakiku dengan tubuh gemetar.
plaaak!!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan wanita itu. Jangan minta aku menyebut namanya. Karena aku ngga akan sudi.
"Jangan berani macam-macam dengan putriku!" Hardikku keras.
Aku bahkan tidak perduli kami menjadi tontonan sekarang.
"Apa maksud kamu?" Tanyanya dengan sedikit terkejut. Wajahnye terlihat pias dan panik.
Aku hanya diam. Aku kembali teringat bagaimana beringasnya Kak umar dulu menyiksa ku. Tapi tidak dengan putriku, aku tidak akan membiarkannya.
Aku gendong Najwa, Najwa gemetaran. Kepalanya bersandar di ceruk leherku.
Aku tersenyum sinis,
"Aku tidak akan melaporkan ke polisi. Aku akan melaporkan kejadian ini pada ayahnya Najwa. Dia berhak tahu," kataku dingin.
Wanita itu semakin panik, dia tampak sangat ketakutan.
"Aku belum pernah bilang bukan, Kak Umar sangat mencintai putrinya. Meskipun pada istrinya tak segan dia jadikan samsak. Kamu pasti paham bagaimana sayangnya Kak Umar pada Najwa," kataku dingin.
Aku tak mendengarkan, entah apa yang dikatakan wanita itu. Aku pergi dari tempat terkutuk itu.
Aku peluk Najwa erat. Najwa menggigil ketakutan.
Ternyata kebetulan aku bertemu Kak Umar. Aku menatapnya tajam saat Kak Umar menyapaku dan berusaha mengambil Najwa.
"Assalamu'alaikum, Khumaira. Kamu kangen Najwa," katanya lembut.
Aku tetap menatapnya tajam. Air mataku mengalir deras. Tamparan di pipi Najwa sangat menyakitkanku.
"Aku tidak pernah perduli saat Kak Umar dulu menganiayaku. Bahkan tidak pernah ku laporkan ke polisi. Padahal jika aku mau itu sangat gampang," kataku dengan suara bergetar.
"Aku tak pernah menyesal mencintai pria sepertimu. Tapi, kali ini. Najwa menerima tamparan persis seperti yang dulu aku alami," Lanjutku dengan air mata yang semakin deras.
Kak Umar terkejut mendengarnya. Sebelum dia membuka suara, ku angkat tanganku sebagai tanda isyarat memintanya berhenti bicara.
"Aku sangat hancur saat Najwa tak bisa ku temui, tak bisa ku dengar suaranya. Dan aku semakin hancur melihat putriku menggigil ketakutan," kataku dengan terus memeluk Najwa.
"Aku.. benci ..kak ..Umar!" Kataku dengan penuh penekanan.
Aku berlari meninggalkan Kak Umar. Kak Umar berusaha mengejarku.
"Khumaira!" Teriak kak Umar.
Aku berhenti, sedikit mengatur nafas, meredam emosiku yang hampir saja meledak.
"Siapa?" Tanya Kak Umar.
Aku berbalik, dan menatapnya nyalang.
" Ajari istrimu dengan baik. Atau aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri," kataku dingin.
Aku bukan Khumaira yang dulu, aku bukan Khumaira yang dulu.
...
yuk, vote, komen dan follow biar makin semangat nulisnya....
KAMU SEDANG MEMBACA
ABI UNTUK NAJWA (End)
Spiritual#rank1 Repost- dalam tahap revisi Menjadi single mother diusia muda bukanlah hal mudah. Aku tahu perceraian adalah hal yang paling dibenci Allah... Tapi aku bisa apa?? 'Ummah kenapa babah ngga pernah pulang?' 'Kapan babah pulang ummah?' 'Ummah, apa...