AUN -18.Najwa

52.1K 3.9K 59
                                    

Sudah beberapa hari, aku berkali -kali menghubungi kak Umar. Dan, aku tidak pernah mendengar suara Najwa.

Rasanya hancur, aku berusaha percaya pada kak Umar tapi kenapa kak Umar tega?

Ku hirup aroma kopi ini dalam-dalam. Rasanya dada ini semakin sesak. Aku menangis dalam diam, menggigit bibir dalamku agar tak bersuara.

Masih ingat  bagaimana Kak Umar berkata terakhir kami telpon.

"Kamu belum ada sebulan tanpa Najwa, bagaimana aku yang sejak sekian lama? Jangan egois, Khumaira. Najwa pasti akan ku bawa pulang ke tempatmu sesuai janjiku. Jika tak mau rujuk, jangan hubungi aku terus."

Aku termenung, bagaimana kacaunya aku tanpa Najwa. Konsentrasiku bubar. Aku tak bisa fokus mengajar. Aku sering berdiam diri di kamar sambil memeluk boneka bear kesayangan Najwa.

Bayangan masa lalu saat kami belum berpisah kembali berputar, layaknya sebuah film yang kembali di putar tepat di depan mataku.

Flashback on

Malam itu seperti biasa, aku menunggu Kak Umar pulang. Dia yang hobi turing bersama teman-temannya membuat aku sering ditinggal.

Jangan lupakan, bagaimana dia sangat over posessif padaku. Aku bahkan tak bisa menghubungi sahabatku sendiri. Atau siapapun.

"Braaak!!!!"

Suara dobrakan pintu memekakakna telinga. Ini masih jam tiga dini hari. Dan kak Umar kembali merusak pintu. Dengan mata merah penuh emosi dia memukuliku.

Aku tahu, pasti ada masalah dengan pekerjaannya atau dengan temannya sehingga aku kembali menjadi sasarannya.

"Buka pintunya kalo suami  pulang kerja!" Teriak kak Umar sambil menaparku keras.

Aku terjerembab di lantai dengan sudut bibirku yang berdarah. Rasanya sangat perih. Aku memegang pipiku yang terasa perih.

Tidak ada air mata, tidak pernah ada. Aku hanya diam, merutuki nasib burukku.

"Dug!"

Suara tendangan kaki Kak Umar di punggungku terdengar sangat keras. Aku meringkuk tanpa air mata.

Ini terjadi setiap hari, dan aku bertahan karena cinta.

flashback off

"Hikss.hikss..  Najwa," bisikku lirih.

Air mataku kembali tak dapat aku tahan. Aku sangat takut dengan keselamatan Najwa.

Semoga dia baik-baik saja, aku tidak bisa tanpa Najwa. Tidak bisa...

ABI UNTUK NAJWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang