.
..
..
.Sudah beberapa hari ini Najwa tidak dirumah, tidak memberi kabar juga. Rasanya ingin sekali aku menghubungi kak Umar. Tapi takut nanti terjadi fitnah.
Aku hanya memandangi foto Najwa yang terpampang di layar hpku. Air mataku kembali menetes. Rasanya sangat menyesakkan jauh dari Najwa. Aku tidak pernah berjauhan dengan Najwa selama ini.
"Hadeh, bengong lagi!" Kata seseorang dibelakangku dengan nada ketus.
Aku hapus air mataku kasar, ku tengok dan ternyata dia lagi!
Aku berdiri dan berniat pergi, rasanya malas sekali berhubungan dengan lelaki yang satu ini.
"Hei, mau kemana kamu?" Tanyanya sambil menarik tanganku.
Ku hempaskan cekalan tangannya dengan kasar. Mataku melotot tajam.
"Bukan urusan kamu," Jawabku ketus.
"Kamu kenapa sih, sensi amat sama aku," katanya santai.
Sontak aja aku pengen getok kepalanya pakai sepatu hak tinggiku ini. Tidak sadar apa dia, dia sangat menyebalkan. Dan selalu nyolot jika berhadapan dengan ku.
"Kamu tuh nyolot duluan!" Teriakku kesal.
Dia tiba-tiba mendekat dan membekap mulutku. Posisi kami sangat dekat. Bahkan aku dapat merasakan dadanya yang bidang itu menempel pada punggungku.
Ku injak kakinya keras. Dia berteriak seketika.
"Aduh, Sakit tau!" Teriaknya kencang.
Aku menjauhkan diri,
"Kamu jangan kurang ajar ya," kataku kesal.
"Kamu teriak-teriak aja. Kita jadi tontonan. Kaya suami istri lagi bertengkar tahu. Malu," katanya bersungut-sungut.
Aku melihat kanan kiri. Beberapa orang memang memperhatikan kami. Tapi aku tak perduli. Dia bukan mahramku dan dengan kurang ajarnya menyentuhku. Oh!
" Jangan ikutin aku. Jangan ganggu aku," kataku dengan kalimat yang sengaja ku pertegas.
Max hanya mengangkat bahunya acuh.
"Kamu dimana- mana bengong. Heran deh," katanya sambil melirik tajam ke arahku tanpa menghiraukan peringatanku.
Aku hanya menghembuskan nafasku kasar. Rasanya berdebat dengan dia ngga akan pernah habis dan ngga kan ada kata selesai.
"Bukan urusan kamu. Pergi sana," kataku sambil mengusirnya. Aku kibas-kibaskan kedua tanganku ke udara untuk mengusirnya.
"Enak aja, ini tempat umum ya. Siapapun berhak disini," jawabnya mantap.
Aku berdiri dan meninggalkannya begitu saja. Sepertinya dia mengikutiku. Tapi aku tak perduli.
"Tunggu dong," katanya sambil mengikuti langkahku.
Aku berhenti dan langsung berbalik.
"Aku punya utang berapa sama kamu?" Tanyaku ketus.
Dia bengong sebentar, lalu menggeleng cepat.
"Enggak punya. Maksud kamu apa?" Tanyanya polos.
"Kalo ngga punya utang, ngapain kamu ikutin saya?" Tanyaku geram.
"Lah, siapa yang ngikutin situ. Ngga lihat mobil aku disana," katanya sambil menunjuk mobil hitam fortuner miliknya.
Aku cemberut, lalu berjalan sambil menghentak-hantakkan kakiku kesal.
"Jangan suka bengong dong. Awas gila kamu," katanya sambil toel-toel pipiku dengan ekspresi wajahnya yang aku rasa pantas aku tampol sekarang juga. Dia sangat santai menyentuh pipiku.
Aku usap kasar pipi bekas tangannya. Aku mendelik kesal.
"Ya Tuhan! Kamu menyebalkan!" Seruku semakin kesal.
Dia terkekeh melihatku. Dan itu semakin membuat aku kesal.
Aku berlari meninggalkan Max. Padahal aku sekarang menggunakan sepatu heels dengan hak lumayan tinggi. Tapi aku ngga perduli. Asal jauh dari pria menyebalkan itu.
Aku berkali-kali terpeleset, untung saja tidak sampai jatuh.
"Belagu amat! Kaki kamu keseleo baru tahu rasa!" Teriak Max ke arahku.
Aku ngga perduli, saat taxi online pesananku sampai aku segera mempercapat langkahku agar segera masuk dan meninggalkan pria memyebalkan itu.
Dia sangat cerewet!
.....
Hai dear..jangan lupa, vote , komen dan follow yaah
mohon bantuan tandai typo. barakallah...
terimakasih banyak
KAMU SEDANG MEMBACA
ABI UNTUK NAJWA (End)
Spiritual#rank1 Repost- dalam tahap revisi Menjadi single mother diusia muda bukanlah hal mudah. Aku tahu perceraian adalah hal yang paling dibenci Allah... Tapi aku bisa apa?? 'Ummah kenapa babah ngga pernah pulang?' 'Kapan babah pulang ummah?' 'Ummah, apa...