Hari ini Najwa sudah berangkat ke bandara. Najwa dibawa kak Umar dan anak istrinya menuju Jepang. Mereka berlibur sekaligus perjalanan bisnis. Sebulan, selama sebulan ke depan aku ngga akan bisa bertemu Najwaku.
Meski dadaku rasanya sangat sesak, lalu aku bisa apa?
Bahkan aku ngga pernah bisa mengajak Najwa berlibur ke luar kota.
Aku berjalan sambil menendang-nendang kerikil di jalan yang ku lewati. Rasanya ngga ada semangat karena Najwa tidak ada disini.
Aku tersenyum miris, pasti mereka sedang berbahagia. Sedangkan aku?
"Hei! jalan hati-hati dong. Ngelamun aja," teriak seseorang dari arah belakang.
Astaghfirullah... aku membuat benih cabai berhamburan karena aku tendang.
Pria berbaju coklat itu menatapku nyalang. Aku tertunduk takut, ini memang salahku.
"Maaf"
"Kamu liat itu, ambilin dong. Sengaja kamu," kata lelaki itu judes.
Aku merunduk dan memunguti benih cabai itu. Karena biji cabai kecil-kecil, aku lumayan lama mengumpulkannya.
"Makanya jalan jangan meleng dong," gerutu pria itu sambil membantuku mengumpulkan kembali benih cabainya.
"Aku udah minta maaf. Ngomel aja kaya emak-emak," kataku ketus.
Aku bisa lihat dia melirikku sinis. Aku rasa dia pms. Marah-marah terus. Padahal dia lelaki, loh. Ampun deh!
"Udah, tuh," kataku lalu berdiri setelah semua benih terkumpul.
"Lain kali mata dipake kalo jalan, Nona," kata lelaki itu ketus.
Aku melotot melihatnya lalu bergegas pergi. Berjalan cepat agar dapat menuju rumah salah satu murid les ku.
"Cerewet banget sih. Padahal cowok," gerutuku sepanjang jalan.
"Assalamu'alaikum, kak Khumaira," sapa mbak Asih, salah satu ibu dari murid les ku.
"Wa'alaikum salam," jawabku ramah.
"Kenapa kak, ada masalah?" Tanya mbak Asih sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Aku mengikuti di belakang.
"Ah, ngga papa kok. Tadi ada sedikit masalah saja di jalan,mbak," jawabku sedikit canggung.
Mbak Asih mengangguk,
"Itu Haris sudah menunggu," kata Mbak Asih.
Aku memulai acara belajar bersama Haris. Dia sebenarnya anak yang cerdas. Hanya saja, dia sering kehilangan fokusnya dalam beberapa menit saja saat belajar. Jadi, saya harus selalu menyelingi acara belajar dengan game.
"Hai Haris," sapa seseorang tiba-tiba dari arah luar.
Aku menengok dan melotot kaget. Ya ampun, dia lelaki menyebalkan dan super cerewet tadi.
"Kamu!" Teriaknya keras.
Aku hanya menatapnya sinis, rasanya malas sekali melihat wajahnya.
"Loh, Max kapan sampai?" Tanya mbak Asih dengan senyumnya.
Lelaki yang di panggil max itu langsung mencium punggung tangan mbak Asih.
"Siapa dia?" Tanya Max sambil melirikku sinis.
Aku memutar bola mataku jengah. Dia menyebalkan!
"Oh, itu Khumaira guru les Haris," jawab mbak Asih.
"Nih, bibit cabai yang mbak pesan," kata Max memberikan kantong kresek hitam ditangannya.
"Wah, makasih yah," jawab Mbak Asih sumringah.
"Jangan bengong kalo ngajar, nanti keponakanku jadi tercemar ya otaknya!" Katanya ketus sambil melirikku.
"Bawel!" Jawabku ketus.
Hari ini menyebalkan. Sudah Najwa jauh, bertemu lelaki menyebalkan. Haris lumayan bertingkah. Lengkap sudah...
....
masya allah... maaf baru up
Dee baru ketemu sama pak sinyal setelah sekian lama doi liburan sama bu sinyaljangan lupa vote,bkomen dan follow dear
KAMU SEDANG MEMBACA
ABI UNTUK NAJWA (End)
Spiritual#rank1 Repost- dalam tahap revisi Menjadi single mother diusia muda bukanlah hal mudah. Aku tahu perceraian adalah hal yang paling dibenci Allah... Tapi aku bisa apa?? 'Ummah kenapa babah ngga pernah pulang?' 'Kapan babah pulang ummah?' 'Ummah, apa...