AUN-29 Halal

65.6K 4.3K 90
                                    

Malam ini benar-benar mendebarkan, meski ini bukan yang pertama bagiku. Tapi dulu aku dan Kak Umar di jodohkan, aku tidak memiliki hak untuk memilih saat itu. Dan untuk kali ini, aku yang memilihnya.

"Khumaira, Ummi dan Abi sudah dengar permintaan Max. Dia meminta kami menikahkannya besok," kata Ummi.

Aku hanya menunduk, bingung apa yang harus aku katakan. Rasanya, ya Allah...
Malu sampai menggunung, Max menyebalkan sekali. Ngebet banget pengen segera menikah. Astaghfirullah...

"Surat-surat buat KUA sudah diurus Max sejak sebulan lalu dibantu teman abi," jawab abi.

Aku menatap abi horor,

"Maksud abi?" Tanyaku

Abi tersenyum tipis. Lalu mengangguk.

"Abi yang serahkan berkas kamu ke dia. Kamu pikir, abi diam saja putri abi di pegang-pegang. Di satroni setiap hari?" terang abi.

Aku masih belum mencerna ucapan abi, jadi mereka merencanakan pernikahan tanpa diskusi dulu denganku?

"Maaf, kami merencanakan ini jauh-jauh hari," kata Ummi.

Aku menatap Ummi, entah apa yang mereka pikirkan. Tidak berbicara dulu denganku masalah sepenting ini.

"Jadi, besok penghulu benar-benar datang?" Tanyaku.

Abi dan Ummi mengangguk bersamaan dibarengi senyum lebar nan polos menggemaskan.

Aku menghembuskan nafasku panjang, ini resiko berdekatan dengan bule gesrek macam Max.

"Tenang, besok tetangga2 kita Undang. Buat jadi saksi. Resepsi di adakan sebulan kemudian," kata Ummi menenangkan.

"Iya Ummi," jawabku lesu.

"Assalamu'alaikum," suara salam tersengar dari luar.

Kami bersiap menyambut mereka, sepertinya mereka sudah datang.

Saat Ummi dan membukakan pintu, aku menunggu di dalam bersama Najwa.

Entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya di depan semakin ramai. Najwa lepas dari pangkuanku dan berlari keluar.

"Aayaaaah!!!" Teriak Najwa girang.

Aku tersenyum tipis mendengarnya, rasanya jantungku mulai deg-deg-an.

"Khumaira, sini," suara abi memanggilku.

Saat aku keluar, aku sempat kaget, tapi mencoba biasa saja. Di depan sudah ramai para tetanggaku dan para orang tua murid les ku.

"Duduk sini, nak," kata abi.

Aku duduk di sebelah abi, dan anakku duduk manis dipangkuan ayahnya, eh

Najwa duduk dipangkuan Max sambil memanikan kerah baju Max. Max mengelus punggungnya lembut.

"Jadi, begini. Kedatangan kami kesini untuk meminang putri bapak untuk putra kami," Kata ayah Max yang terlihat belepotan bahasa Indonesianya.

Dia sama seperti Max, bule. Hanya saja, matanya hijau. Jika Max, dia memiliki mata coklat sama seperti ibunya kurasa.

"Terimakasih, saya tidak bisa menjawab. Itu hak putri kami,"jawab abi tenang.

Aku menunduk

" Bagaimana Khumaira?" Tanya Ummi lembut.

"Insya allah Khumaira bersedia, abi."

"Alhamdulillah," jawab mereka serempak.

"Alhamdulillah, mas bule itu loh ngejar-ngejar Khumaira setiap hari. Akhirnya diterima juga," celetuk salah satu tetanggaku.

ABI UNTUK NAJWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang