AUN-20 masa lalu

57.8K 4.7K 55
                                    

Aku membawa Najwa pulang, air mataku tak dapat lagi aku bendung. Rasa marah, sedih, semuanya menjadi satu.

Aku baringkan Najwa di kamar, ku peluk erat Najwa yang masih terlihat ketakutan.

Aku masih terdiam, mengelus putriku yang sudah tertidur.

Bayangan masa lalu itu kembali terekam jelas diingatanku.

flashback on

Malam itu, malam jum'at. Najwa telah tidur sejak sore. Aku bersiap lebih dari tiga jam.

Setelah sorenya aku mandi, luluran, bahkan sampai ratus vagina. Aku memakai lingerie, memakai wewangian. Bahkan rambutku sudah aku curly.

Aku benar-benar bersiap sebagai seorang istri, tidak ada jilbab lebar, tidak ada gamis besar, tidak ada kaos kaki yang biasa aku kenakan.

Aku bahkan berpenampilan seperti itu saat menemani suamiku makan malam.

Tidak ada respon berarti dari suamiku. Bahkan dia beralasan akan tahlilan di Musholla. Lalu pergi setelah makan malam.

Aku masih menunggunya. Aku terus berdzikir dalam hati. Sambil mengecek penampilanku barangkali ada yg masih kurang.

Berulang kali aku menata kamar agar nyaman. Tepat jam sembilan suamiku pulang. Dengan senyum merekah aku menyambutnya. Tapi, lagi-lagi dia pergi dengan teman-temannya. Dan pulang jam 2 malam dini hari.

Aku menangis, meringkuk, aku hapus riasanku, aku mengganti pakaianku dengan baju tidur lengan panjang yang biasa aku kenakan.

Demi Allah, jika kalian tahu, aku menjadi wanita yang tak memiliki harga diri saat itu. Aku seperti pelacur yang sedang menjajakan diri tapi dia tidak mau.

Aku menangis hingga pagi, rasanya sangat sesak, apalagi saat pulang tanpa merasa bersalah Kak Umar tidur di ranjang berseberangan denganku, dan dia tidur sampai mendengkur. Tanpa meminta maaf, tanpa membujukku atau apapun. Saat itu, aku benar-benar merasa tidak memiliki harga diri lagi.

Aku menangis, meringkuk sepanjang malam.

flasback off

Aku masih terdiam, air mataku sudah tak dapat aku bendung lagi. Rasanya sangat sesak.

Semua rasa sakit hati, semua rasa marahku pada Kak Umar rasanya akan meledak sekarang juga.

Semua perihnya sangat terasa. Aku layaknya kaca yang berjalan diatas paku. Terasa perih, retak, pecah, tapi aku harus terus melangkah.

Rasanya sakit, semua tentang dia. Menyakitkan.

Ku cium Najwa, dan kudekap erat. Tidak akan aku biarkan putriku kembali pada ayahnya. Tidak akan pernah.

Aku bahkan tidak perduli, siapa yang memukul dan membentak putriku. Dia istri barunya, atau bahkan mungkin Kak Umar sendiri. Aku tak perduli.

Ini pertama dan terakhir Najwa di tangan mereka.

Najwa meringkuk dengan jilbab yang kini terlihat mulai kusut karena tidurnya. Aku menatapnya penuh kasih. Dia Najwaku, Dia nyawaku....


Hai Dee kambeeeek....
ups.. oke jika bukan aku yg ditunggu. Khumaira datang lagi... jangan lupa Vote, komen dan follow biar makin semangat buat nulisnyaaa...

Naaah, aku bahkan nolak banyak penerbit biar bisa tetap di baca gratis looh...
Bahkan dari dream menawarkan sampai 6kali. Asli ini maaah....
Makanya, follow duuung biar Dee ngerasa ditunggu updatenya.hihihi...

ABI UNTUK NAJWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang