Kata orang, jangan mengkhayal, kalau hal itu tidak terjadi pasti akan sakit.
Tapi, jika berkhayal mampu membuat suasana hati seseorang sedikit lebih baik, mengapa tidak?
*****
Teriakan siswi berumur 17 tahun yang memerintahkan untuk mermakirkan mobilnya tiba-tiba, membuat decitan kendaraan sedan merah itu harus berhenti di tempat yang jauh dari perkarangan sekolah SMA Republika dan mengakibatkan seorang wanita berparas cantik yang mengambil alih menyetir hampir terkena serangan jantung.
"Kenapa sih?" Geram wanita cantik tersebut.
"Udah, sampai disini aja," kata adiknya lalu menggendong tas coklatnya dengan cepat.
"Lho kenapa?"
Salma menggelengkan kepalanya, "nggak papa."
"Minder ya punya kakak cantik?" Tanya Lisa disertai seringaian menyindir.
Tangan Salma yang tadinya ingin menarik pintu mobil untuk keluar, langsung berhenti dan menatap kakanya nanar.
"Ngapain minder?"
"Ya kan mereka udah pada tahu wajah lu itu dibawah standard, nanti kalau mereka tahu kalau kakak lu model terkenal, pasti habis deh dibully, ya nggak?" Tawa Lisa sangat minim namun menyakitkan.
"Apaansih! Nggak jelas banget," jawab Salma dengan nada bergetar pertanda ingin menangis.
Lisa menghembuskan napasnya kemudian menyandarkan tubuh di mobil, "udah sono keluar! Nanti kalau lama-lama disini malah nangis lagi!" Suruhnya mengusir adiknya secara halus dan langsung saja Salma keluar dari mobil model itu dengan perasaan campur aduk.
Lisa tertawa kecil melihat keanehan adiknya itu, ia pernah berpikir, apa Salma itu adik kandungnya? Mengapa wajahnya sangatlah abstrak dan buruk dari dirinya? Padahal pahatan wajahnya sendiri sangatlah sempurna.
Model itu mengalihkan pandangannya melihat sekeliling siswa-siswi yang berlalu lalang di SMA Republika. Ia ingin tahu sebagus apa SMA ini daripada SMA internasionalnya dulu, dan ia juga ingin tahu, apa murid disini sama berkualitasnya dengan teman-teman SMA-nya dahulu? Walaupun kemungkinan itu sangatlah tipis.
Lisa tertawa kecil menyadari sesuatu, Salma saja tidak bermutu. Apalagi yang lain.
Tapi disela-sela tawanya..
"Eh bentar! Wajah tuh cowok kok kayak familiar ya?" Ujar Lisa sendiri disaat memperhatikan wajah seseorang disana.
"Oh iya! Dia kan cowok cakep kemaren!" Tebaknya sendiri sembari membinarkan mata lebar-lebar, dan tanpa buang-buang waktu lagi ia pun langsung mengejar siswa SMA itu.
Kakak dari Salma tersebut berlarian kecil untuk menghampiri murid laki-laki bertekstur sangar tersebut, sampai akhirnya sampailah ia di depan target.
"Hey! Lu orang yang kemaren di perpus kan?" Tebak Lisa sok kenal.
Laki-laki yang baru saja ditarik lengannya, menatap Lisa dengan pandangan memicing. Ia bingung mengapa tiba-tiba ada perempuan berpenampilan seperti tante-tante mengenalnya.
"Eh lu tahu nggak? Gara-gara lu nama gue sebagai model hampir tercemar!" Kesal perempuan itu terus mengoceh.
"Siapa ya?" Tanya laki-laki yang menggunakkan boomber hijau itu.
"Ih masa nggak kenal gue sih? Gue yang lu jelek-jelekkin waktu di perpus itu lho!"
"Apaansih nggak jelas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Teen Fiction"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...