"No matter who you're with, just think of me."
*****
Di malam hari, langit terlihat sendu, matahari sudah digantikan oleh bulan untuk menerangkan bumi, semua terlihat temaram dan gelap, sama seperti otak Astro yang sumpek menguji alat-alat dihadapannya. Tetapi, bukan karena malas, ia hanya tidak ingin saja menguji alat-alat rakitannya di kantor Jeremi.
"Tro, kamu disini sampai jam 11 ya," perintah Jeremi seraya mengecek suatu laporan di laptop.
Yang dipanggil hanya berdehem, sungguh, jika ia mengerjakan rakitan dirumah ia akan sangat bahagia, sampai pagi pun Astro tak akan keberatan.
Memang, Astro mengakui di perusahaan Jeremi sangat nyaman, dari alat-alat yang lengkap dan ternama, fasilitas tidak main-main, ditambah ruangan seluas lapangan bola. Semua adalah pencampuran dari kantor impiannya di masa depan. Namun, semuanya tidak berarti, karena perusaahan Jeremi adalah perusahaan yang membuat Ibunya dicampakkkan dulu.
"Tro, udah makan belum?" Suara Jeremi di kursi depan membuat Astro mendongak dari pojok ruangan.
"Udah," singkat Astro tidak minat berbincang.
Tatapan Jeremi kini beralih ke arah anaknya, "kalau belum Papa pesenin makanan."
"Nggak usah," jawab Astro lagi masih fokus pada rakitan di meja.
"Tro.."
Tutttt tutt
Suara dering telepon memutus obrolan mereka, Astro buru-buru mengangkat ponselnya tanpa melihat nama dari si penghubung. Sejujurnya, ia tidak ingin bercengkrama dengan Jeremi lebih lama lagi, makanya ia menerima telepon dengan cepat.
"Hallo," sapa Astro memulai percakapan.
Terdengar suara grasak-grusuk di sambungan, membuat Astro mengernyitkan dahi.
"Hallo, gue kira lu nggak mau jawab, sorry ya ganggu," ujar seseorang disana agak kikuk.
Setelah mendengar suara dari ujung telepon, entah mengapa perasaan Astro jadi tidak bisa di deskripsikan, kenapa perempuan itu menelpon selarut ini?
"Ada apa?" Tanya Astro merasa lebih rileks.
"Lebih bagus lu nggak usah nerima telpon gue," entah kenapa suara Salma kini terdengar berbisik.
"Kenapa?" Bingung Astro tidak mengerti.
"Hmmm.."
Astro tertawa kecil sedikit-sedikit merasa mengerti tujuan Salma, "lu kang.."
"Hallo Astro!!!"
Ucapan Astro tiba-tiba saja terpotong ketika suara halus namun tajam terdengar di telinga. Ia segera menjauhkan ponsel tersebut dan mengecek nama si penelpon, anehnya ia tetap terhubung dengan kontak 'Unknown'. Tapi ia tidak mendengar suara pemilik sambungan.
"Siapa?" Tanya Astro bernada dingin kembali.
"Gue! Lisa! Masa nggak ngenalin!? Parah ya lu, gue telpon nggak dijawab-jawab, tapi pas si Ameh nelpon lu langsung jawab!"
Astro berdehem pelan, ia jadi muak mendengar suaranya. Apalagi mengingat kejadian kemarin malam disaat Lisa menampar Salma dengan keras, membuat emosi Astro naik seketika.
Ia jadi bingung dengan Salma, sudah tahu Lisa sudah menyakiti perempuan itu, mengapa Salma masih saja memberikan akses Lisa untuk menghubungi dirinya? Akal Salma kemana?
"Gue tutup," Astro berniat memutuskan sambungan.
"Heh, sebentar! Kok dimat--"
"Tro, sini coba!" Mendengar suara dari Jeremi yang tampak terkejut, Astro buru-buru mematikan sambungan telpon kemudian mematikan daya agar tidak dihubungi kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Genç Kurgu"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...