Chapter 18 - Ide Gila

2.1K 262 2
                                    

"Kamu adalah melodi indahku yang tidak harmonis."

*****

Salma menggigit bibirnya lalu dengan sekali hembusan napas ia memutuskan untuk bicara. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain.

"Gue.."

"Gue apa?"

"Gue.. berdarah."

Mata Astro membulat besar mendengar jelas cicitan dari Salma yang terbilang kecil, entahlah ia bingung harus berbuat apa. Semuanya terlalu mendadak dan mengejutkan.

Begitupun juga Salma yang merutuki dirinya sendiri, Bagaimana tidak? Setelah ia melihat kasur putih dan selimut putih nan bersih milik keluarga Astro dilumuri darah merah segar miliknya membuat Salma sangat panik.

Bagaimana bisa ia sebodoh ini? Ah semua itu adalah kesalahannya, mengapa ia tidak tahu hari menstruasinya sendiri? Dasar bodoh! Bodoh! Sangat bodoh!

Apalagi ekspresi Astro saat ini nampak seperti patung seraya memandang ke arah lain, Salma menjadi tidak enak karena sudah menyusahkan Astro.

"Hm gini aja, lu mandi aja dulu sana," kata Astro setelah berdehem cukup lama.

"Maaf ya Astro," lirih Salma menundukkan kepalanya, ia sangat merasa bodoh sekarang.

Astro berdecak, "maaf buat apasih? Wajar juga kan perempuan begitu."

Salma menatap Astro dengan ekspresi sedih, "tapi ini kan kasur lu, gue nggak enak."

"Terus? Mau diapain lagi? Udah lah, nggak usah dipikirin, dicuci bisa kan?" Astro mencoba menenangkan perempuan di hadapannya.

Salma menahan ingusnya yang keluar, "tapi kan.."

"Udah! Nggak usah nangis astaga," panik Astro merasa sebentar lagi akan ada bom atom yang meledak.

"Maafin gue ya, Astro, gue emang bodoh," isak Salma sangat bersalah.

"Yailah cuma kasur kan? Emang kasur dibawa mati? Udah lah, sekarang jangan nangis, mandi, terus cuci aja, gampang!" Kata Astro dan langsung berdiri agar perempuan dihadapannya bisa cepat-cepat membersihkan diri.

Salma meneguk salivanya kasar lalu mengangguk cepat merasa tidak apa-apa, sementara Astro keluar dari pintu, dan sempat mengeluarkan kata-kata terakhir di ambang pintu, "jangan lama-lama, nanti orang tua lu nyariin."

*****
Kini, Salma sudah berada di depan kamar mandi tamu sambil membawa baskom berisikan selimut dan seprei bekas darah menstruasinya yang sudah dicuci. Untung saja setelah ia mandi ada sabun cuci diatas nakas, sepertinya sabun itu sengaja diberi agar ia bisa mencuci kain tersebut tanpa keluar kamar untuk mencarinya.

Dengan baju yang masih sama seperti tadi malam, kaus putih kebesaran dan celana bahan, Salma keluar dari pintu kamar tamu Astro dan mencari-cari dimana laki-laki pemilik rumah ini.

Ia melirik kekanan kekiri melihat pemandangan rumah yang terkesan megah itu, Salma menganga takjub dengan ornamen-ornamen di sekelilingnya, sampai ia tidak sadari, kaki Salma melaju ke arah yang baginya menarik.

Salma menaikkan alisnya melihat pintu yang terlihat aneh daripada pintu lain, tetap berwarna putih namun terdapat hiasan bola dunia di gagang pintu. Karena ingin tahu di dalam ada apa, Salma iseng mengintip ke ruangan itu.

Disaat ia menengok kedalam ruangan tersebut, Salma meneguk saliva kasar melihat ruangan kamar berwarna biru muda penuh dengan pernak-pernik seperti alat-alat robotik yang ia tidak ketahui, lalu tanpa sadar pun kakinya melangkah masuk ke dalam sana. Masih sambil membawa baskom di genggaman, Salma menyadari, pasti ini adalah kamar Astro.

AstronomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang