Chapter 3 - Pulang bareng(?)

3.4K 426 33
                                    

Ketika kita berharap kepada laki-laki dingin, sama saja kita meminta tanduk kepada kuda.

*****

Bulatan mata Salma adalah ekspresi pertama kalinya ketika melihat kelas sudah kosong dari semua murid dan tas mereka yang masing-masing berada di tempat duduknya. Perempuan itu menghela napasnya dengan kasar, ketika menyadari ternyata Kiki dan Juju pun juga sudah meninggalkannya.

"Ah nggak setia kawan!" Decak Salma dalam hati.

Tanpa banyak bicara lagi, Salma mulai menutup pintu dan jendela kelas dengan gorden, kemudian ia langsung mengganti baju seragam putih abu-abunya ke baju olahraga berwarna biru muda dengan terburu-buru.

Beberapa menit berlalu, kaus seragamnya sudah sepenuhnya terganti dengan pakaian olahraga, cepat-cepat ia membuka pintu kelas kemudian lari sekencang mungkin ke lapangan. Bukan tanpa alasan Salma harus lari mengalahkan flash seperti itu, konon katanya jika ada murid telat satu detik saja di pelajaran olahraga, maka bisa dipastikan murid tersebut akan mendapatkan sebuah hukuman spesial, dan Salma tidak ingin hal itu terjadi pada dirinya. Walaupun sekarang keadaannya sangatlah lemah, ia tidak perduli.

Matanya memicing dikala melihat teman-temannya sudah melakukan pemanasan, sial! Dia telat!

"Gue nyelip aja kali ya.." ujar Salma dalam hati berniat mengikuti pemanasan langsung di barisan paling belakang.

Priiiiittttt

Sebuah peluitan panjang membisingkan telinga Salma yang baru saja ingin menyelip diantara teman-teman yang tengah melakukan pemanasan.

Bibir merah mudanya ia gigit kuat-kuat dikala semua pandangan menuju padanya, sungguh, perasaannya sudah tidak enak. Sepertinya ketakutannya akan terjadi sebentar lagi.

"Ameh! Kamu telat!?" Salma mengerjap sebentar dikala nama panggilannya dipanggil, ia menengok ke guru olahraga IPS nya dengan tampang cengengesan.

"Ameh! Lu ternyata masuk!?" Teriak Juju merasa girang kalau Salma ternyata masuk.

Hal itu berbanding terbalik dengan reaksi temannya, jika diperkirakan, Juju adalah satu-satunya orang yang girang kalau Salma menampakkan wajahnya. Kalau Kiki entah bagaimana.

"Bapak nggak suka ya kalau ada yang telat di pelajaran bapak!" Sentak Pak Doni ke arah Salma yang sibuk menunduk.

"Cari gara-gara aja nih orang!"

"Ck! Mending nggak usah masuk kek, daripada ribetin gini!"

Cibiran demi cibiran yang menggerutu, membuat Salma tambah drop, padahal ia sudah cepat-cepat untuk lari ke lapangan sampai napasnya habis, mengapa ujung-ujungnya ia dimarahi juga?

"Sekarang kamu Ameh, keliling lapangan 5 kali tanpa berhenti! Cepat!"

Mata Salma membulat seperti telur rebus, sungguh, tadi saja masih kerasa betapa lelahnya ia lari, sekarang ia disuruh lari lagi tanpa berhenti? Belum saja kemarin dia tidak makan seharian, ditambah wajahnya yang sudah memucat dikala matahari langsung mengenai wajahnya. Sepertinya malaikat maut ada didepannya sekarang.

"AMEH CEPAT JALANKAN HUKUMANMU!" Salma mendongak ke arah laki-laki plontos itu, kemudian dengan langkah pelan ia pun mulai lari di lapangan sambil mengatur napasnya yang hampir saja ingin berhenti seketika.

"Dan buat kalian, tidak ada materi sebelum Ameh selesai lari!" Ucap Pak Doni lagi kemudian pergi ke ruang guru.

"HAH?"

"WHAT!?"

"WHAT THIS SH*T!?"

"AH AMEH!"

Benar, kebencian mereka terhadap perempuan jelek itu bertambah lagi, padahal Pak Doni menjajikan mereka akan bermain bola basket, tapi karena Salma datang dengan seenaknya, mereka jadi harus memotong  waktunya untuk menyaksikan aksi konyol Salma berlari.

AstronomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang