"Lovely is likely to the wind, I can't see it, but I can feel it."
*****
Setelah semua urusan selesai di rumah sakit dan luka goresan yang berada di kulit Salma sudah dibaluti dengan kapas serta kain perban, kedua insan seumuran beserta kedua anak kembar tersebut menuju mobil mereka untuk segera pulang.
"Kan, kata Dokternya cuma luka ringan doang, dibilang nggak papa, ngeyel sih!" Celoteh Salma disaat mereka tengah berjalan di koridor.
"Nggak usah banyak bacot."
"Ihs! Lu tuh emang ya, ngawatirin gue sampe segitunya! Nggak usah lah khawatirin gue gitu, lu kalau dari dulu nyebelin, ya nyebelin aja! Nggak usah romantis gini!"
Astro menatap tajam Salma sedari tadi untuk menahan omongan bawelnya, namun, tetap saja perempuan itu menyerocos tanpa henti.
Salma yang tidak peka atas tatapan Astro, malah mengalihkan pandangannya ke arah lain, "tapi nggak papa sih, gue suka kok diperhatiin gini."
Astro menggelengkan kepalanya malas, sementara Salma senyum malu-malu.
"Apa gue harus luka setiap hari ya biar lu ngawatirin gue terus? Kan.."
"Sst!" Kini, satu jari telunjuk Astro sudah berada di kedua bibir Salma, yang membuat perempuan itu sontak terdiam begitupun pergerakannya.
"Diem! Nggak usah bawel! Gue ngelakuin ini semua karena terpaksa," jelas Astro yang seakan menghipnotis Salma untuk menganggukkan kepala.
Setelah Astro melepas jarinya dari bibir Salma, ia langsung membungkam bibirnya dengan jari telunjuknya sendiri. Sedangkan Astro mengacungkan ibu jari terhadap perempuan yang kini tersenyum sangat manis.
Seusai urusan dengan Salma, Astro kembali menggandeng Bulan dan Bintang kembali untuk menuju mobil. Kali ini, ia harus menjaga kedua adik kembarnya dengan sangat hati-hati, ia sangat tidak mau kejadian tadi terulang untuk kesekian kalinya.
Salma menatap sekitar rumah sakit megah itu, ia terpukau dengan desain minimalis yang ada disana. Sebenarnya semua dekorasi tersebut biasa saja, dan bahkan banyak ditemukan di rumah sakit lainnya, namun hal yang membuat istimewa, karena kali ini ia bersama Astro, laki-laki yang ia cintai, entah dari kapan.
Perempuan jurusan IPS tersebut melihat satu-persatu orang yang melewatinya, ada laki-laki paru baya dengan kacamata dan jas putih kebesaran, ada wanita cantik dengan seragam putih dan merah muda, ada pria rapuh, dan ada anak-anak yang berlarian kesana-kemari.
Namun, disaat ia kembali memperhatikan seorang perempuan dengan tinggi semampai dan badan ideal tengah berjalan seraya bermain handphone menuju kearahnya, membuat ia gelagapan sendiri.
"Itu kan Kak Lisa! Ngapain dia disini?" Panik Salma dalam hati.
Ia memutar otaknya untuk mencari solusi yang harus ia pikir, ia tidak ingin kakaknya itu menemui dirinya, terutama Astro. Karena setahunya, Lisa sangat menyukai Astro. Buktinya beberapa minggu kemarin ia menemukan nomor Astro di ponsel Lisa.
"Hm, Astro! Kita belok sana aja yuk!" Ajak Salma menarik tangan Astro agar mengikuti.
"Ngapain? Parkiran mobil di depan," Astro mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Udah, ayo kesana aja! Please!" Suruh Salma seraya memohon kepada laki-laki didepannya itu.
Astro menggelengkan kepala, "nggak! Ngapain sih!? Kurang kerjaan banget!"
Salma menggigit bibir panik ketika Lisa makin dekat, aduh! Bisa mati dia jika Lisa mengetahui kalau ia mengenal Astro, pasti Lisa akan gencar menanyai semua tentang Astro kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Teen Fiction"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...