Chapter 45 - Rencana

1.7K 245 74
                                    

"Menangislah secukupnya, atau kau akan kehilangan semua air matamu."

*****

"Gimana kakinya? Udah enakan belum?"

"Udah, baru aja gue gosok pake minyak urut," jawab Salma kepada orang di seberang telepon.

"Minyak urut? Kayaknya nggak ngaruh deh."

Salma menghela napas, "nggak papa Cak, santuy aja! Cuma keseleo doang kok."

Mendengar Salma meyakinkan diri, Cakra jadi tidak enak memaksa lagi, "yaudah nanti kalau sakitnya tambah parah bilang ya, temen gue soalnya pernah tuh abis lari terus keseleo, tapi parahnya dia diemin aja, eh 3 hari kemudian dia jadi nggak bisa jalan."

"Serius!? Serem juga ya," Salma tentu saja takut, masa iya hanya karena jatuh dari panggung, selama 3 hari ia tidak bisa jalan seperti teman Cakra.

"Makanya lu jangan kemana-mana dulu, takutnya kenapa-napa lagi," nasehat Cakra, sementara Salma hanya mengangguk saja.

"Oke deh, makasih ya Cak, lu emang temen gue yang paling baik," jawab Salma sembari tersenyum.

"Temen?"

"Yaudah sahabat! Eh udah dulu ya, gue mau lanjutin baca novel! Dah!" kata Salma lagi lalu mematikan sambungan itu.

Setelah menaruh ponselnya di sisi kamar, Salma mengambil novel di dekat nakas, membaca sisa halaman yang kemarin ia baca.

Disela-sela fokus kepada bacaan, sebuah pikiran tiba-tiba datang ke pikirannya. Ia baru ingat, besok adalah hari ulang tahun Astro! Kenapa ia melupakan hari penting itu!?

Salma menaruh novelnya kembali, kemudian lekas menghidupkan layar ponselnya kembali, kira-kira hadiah apa yang cocok untuk Astro besok? Salma harus mencari ide.

"Hadiah yang cocok untuk gebetan yang dingin," kata Salma sambil mengetik kata-kata itu di papan ketik.

Akhirnya artikel yang dicari Salma muncul, ia membacanya dengan seksama dan teliti. Sampai beberapa menit, akhirnya Salma menghembuskan napas frustasi, "apa sih ini? Bunga? Surat cinta romantis? Baju couple? Kalau gue kasih beginian bukannya diambil malah langsung dibuang sama Astro."

Ia memijat keningnya penat, sebenarnya ia juga tidak tahu apa yang diminati Astro saat ini, karena laki-laki itu sangat tertutup. Ia tidak akan memberitahukan hal pribadi seperti itu.

Beberapa menit Salma menscroll laman website, tiba-tiba sebuah iklan muncul di layar, mata Salma membulat besar, ia segera mengecek iklan tersebut, lalu tersenyum selebar-lebarnya setelah mendapatkan informasi, "ah! Ini baru cocok!"

Merasa keputusannya sangat benar, Salma segera beralih ke kontak telepon dan mencari nama seseorang disana untuk dihubungi.

"Eh sebentar, kok gue ragu ya mau nelpon dia," otak Salma berpikir keras, entah mengapa ia teringat kejadian kemarin, dimana wajah Astro berubah drastis sangat cuek dan dingin ketika ia melihat dirinya dan Cakra ingin ke UKS, apalagi setelah itu Astro tidak menjenguk untuk menanyakan keadaannya sama sekali. Apa Astro sangat marah karena ia terlalu ceroboh? Salma bisa merasakan itu.

"Yaudah deh, gue sekalian minta maaf," kata Salma lagi kemudian mencoba menelpon laki-laki yang baru ia pikirkan tadi diiringi rasa sedikit takut.

Sambungan telepon melantukan nadanya di telinga Salma, membuat jantung perempuan itu semakin lama semakin kencang debarannya.

"Kenapa nelpon?"

Suara bariton yang ditunggu-tunggu akhirnya terdengar, Salma buru-buru mengontrol napas kembali. Entahlah, ia juga bingung, padahal ia sudah sangat sering mendengar suara Astro, tapi tetap saja hatinya tidak bisa berkompromi untuk berhenti berteriak.

AstronomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang