Chapter 57 - Memilih

2K 220 330
                                    

"Jika aku bilang tidak mencintaimu, maka aku berdusta."

*****

"Lu besok ikut kan, Cak?"

"Liat besok."

"Dih! Kok nggak ikut? Katanya mau temenin gue," terdengar suara rajukan dari Salma.

"Gue ada latihan buat lomba."

"Ah parah sih, padahal kemaren janji mau ikut."

Jawaban Salma membuat Cakra frustasi, ia menaruh handuk di samping kemudian menyandarkan tubuh di salah satu kursi dekat halamannya, "iya, liat besok, Meh."

"Lu emang bener-bener nggak bisa? Yah, nggak seru deh!"

Masih dengan wajah lesu dan tidak bertenaga karena telah berlari selama 4 jam tanpa henti, Cakra menundukkan wajah membiarkan keringat bercucuran ke bawah, "nggak seru? Bukannya anak IPA juga ikut ya?" Goda Cakra sedikit tidak ikhlas.

"Anak IPA?" Salma nampak tidak mengerti.

"Ya, kan ada dia," tekan Cakra di akhir kalimat.

Sehabis Cakra mengatakan kalimat tersebut, suara tawaan kecil diiringi malu-malu terdengar di ujung sambungan, membuat Cakra bahagia dan sakit bersamaan.

"Iya emang ada Astro, tapi pasti dia nggak ikut seminar sama kayak kita dong! Kan dia IPA, pasti Astro di tempat lain," pungkas Salma mengoreksi ucapan Cakra.

"Oh gitu," Cakra hanya bisa menghela napas. Walaupun sedikit menyakitkan membicarakan Astro, ia tetap senang bisa mendengar suara menggemaskan dari Salma.

"Emang kenapa sih? Kan kita bisa bertiga! Eh-- maksud gue berlima, gue, lu, Astro, Kiki, sama Juju! Pasti seru banget!"

Riangan Salma semakin menghembuskan perasaan bahagia di hati Cakra, setidaknya kelelahan dia bisa digantikan dengan menelpon Salma seperti ini.

"Eh Meh, sekarang udah jam berapa?" Cakra bertanya tiba-tiba.

Dari nada Salma, ia terdengar sedang berpikir, "jam 10!"

"Nah, besok kan kita berangkat jam enam pagi, kalau lu tidur malem, nanti telat bangun lho!" Nasehat Cakra memperingatkan.

Salma tertawa lagi, kali ini ia berbisik, "Astro lagi online, sayang kalau gue tidur."

Cakra terdiam, ia menatap ke depan dengan pandangan kosong, entahlah, ternyata rasa dari cinta bertepuk sebelah tangan sangatlah menyesakkan.

"Cak? Kok diem sih?"

Ditanya oleh Salma, Cakra tersadar dari lamunan, "nggak papa, gue cuma ngantuk aja."

"Jam segini ngantuk? Biasanya begadang terus atlet nasional satu ini!"

Kepala Cakra mendongak ke atas, dimana terdapat sang bulan ditemani oleh sedikit bintang di atas, jika diibaratkan kehidupannya dengan benda luar angkasa itu, ia seperti bulan, sedangkan harapannya untuk bersanding dengan Salma seperti bintang di atas. Yang dahulu ia mendapat banyak harapan dari Salma karena perempuan itu sangat dekat dengannya, sekarang tidak lagi. Karena sang bintang alias Salma lebih tertarik menemani benda angkasa yang lain, bukan sang bulan seperti kemarin.

"Cak? Lu masih disana kan?"

"Meh, gue ngantuk, gue tidur dulu ya," dusta Cakra mencari alasan agar ia tidak berlama-lama lagi sakit hati dengan menyadari bahwa Salma sudah milik orang lain.

Salma terdengar mendecak, "ck, yaudah lah! Nggak papa tidur aja, daripada besok telat kan."

"Oke."

AstronomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang