"Sejujurnya, senyumanmu itu sedikit keterlaluan untukku."
*****
Astro menarik gasnya sekencang mungkin disaat jalanan terlihat lengang, terkadang ia juga sengaja menyelip beberapa pengemudi motor yang dikira lambat dan menjengkelkan. Bukan tanpa alasan, ia hanya melampiaskan kekesalannya, dari dulu, ia tidak pernah suka diatur dan dipaksa oleh seorang pun termasuk Ayahnya sendiri, tapi sekarang? Entah darimana laki-laki paru baya itu memainkan dan berhasil memperalat dirinya demi keuntungan semata. Rasanya Astro seperti terkurung dan tidak punya oksigen untuk bernapas.
Ia dapat mendengar celetukan dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang disalipnya, bahkan sesekali raungan remaja seusianya menyumpahi Astro habis-habisan karena mengemudi dengan bar-bar. Tapi Astro tidak perduli, sekarang ia hanya butuh pemadaman dari perasaannya yang sudah seperti dibakar.
Rahang Astro tampak mengeras ketika motor Nmax abu-abunya sudah mendekati perusahaan Jeremi, perasaanya seperti digerogoti hal yang ia tidak suka sekaligus kebencian. Entahlah, setelah menceritakan dan menggali semua kepedihan tentang ibunya kemarin, hatinya merasa luntang-lantung, bahkan sepertinya ia akan kembali menjadi dahulu, Astro yang termakan oleh kepedihan dan kebencian semasa hidupnya.
Setelah memarkirkan motor, anak sulung Jeremi langsung masuk ke dalam perusahaan terbesar kedua di Jakarta tersebut. Memang, walaupun Astro menandatangani surat pernyataan bersedia meneruskan perusahaan Jeremi kemarin, beritanya sudah menyebar ke seluruh penjuru perusahaan. Sehingga, disaat ia masuk sekarang, banyak sekali pasang mata yang memberi hormat dan sapaan layaknya bos perusahaan telah datang dan patut disambut. Namun bukannya Astro jika ia tersenyum, ia malah mengacuhkan dan tetap lurus menatap ke depan, tidak perduli cibiran beberapa karyawan yang merasa kesal karena diabaikan.
Setelah lift sudah menunjukkan dimana ruangan Jeremi, Astro buru-buru keluar lalu memanjangkan langkah agar cepat sampai ke ruangan utama, sungguh ia sangat tidak sabar untuk mengeluarkan semua unek-uneknya disana.
Brakkkk
Dobrakan yang diselimuti oleh kekesalan dan pelampiasan amarah membuat ketiga orang yang berada diruangan itu terkejut dan menatap ke arah pintu masuk.
"Wah! Baru aja security bilang calon presiden perusahaan baru masuk, sekarang orangnya udah sampai disini aja!" Senyum Andi bernada meledek.
"Diam!" Kesal Astro melihat Andi dengan tatapan kelaparan.
Andi makin sinis, ia sebenarnya ingin sedikit bermain-main lagi dengan Astro, namun untuk kali ini ia tahan sebentar.
"Sherin, sekarang antarkan dia untuk melihat fasilitas mewah apa saja yang ia dapat setelah menandatangani surat perjanjian lalu!" Suruh Andi menatap perempuan berkacamata tebal dan berjas putih ala profesor disamping bangku Jeremi.
"Saya nggak butuh!" Sarkas Astro diiringi decihan.
Andi berdiri dari bangkunya lalu mendekati anak sulung Jeremi tersebut, "baguslah! Jiwa kamu sama keras kepalanya seperti Jeremi! Pasti kamu akan melanjutkan perusahaan ini dengan baik, tapi sekarang kamu harus melihat fasilitasmu dulu, setelah kamu lihat, saya jamin 1000 persen kamu pasti menyesal karena baru menandatangani surat perjanjiannya kemarin."
Astro menahan kepalan ditangannya, untuk kali ini ia tidak ingin gegabah, "saya memang menyesal telah menandatangani surat itu kemarin, kalau bukan karena Bulan dan Bintang, saya akan hancurkan perusahaan ini sekarang juga!"
"Hancurkan perusahaan ini? Bagaimana caranya?" Andi mulai menantang.
Astro menunjuk wajah Andi di depannya dengan mematikan, "memang saya nggak tahu rahasia mesin penambah umur itu? Saya bisa aja ngelaporin semuanya dan sebarin ke media-media! Anda pikir saya bodoh!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Fiksi Remaja"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...