"Bersamamu aku bahagia, denganmu aku sempurna."
*****
Astro tersenyum sedikit disaat bokongnya sudah duduk di sebuah kursi sofa dengan meja berbahan kayu jati di depannya. Dengan menenteng sekitar 3 buku, Astro mengambil salah satu buku tersebut, lalu membaca dengan nyaman.
Sebenarnya saat ini ia tengah keluar dari kantor untuk menenangkan diri, dari pagi sampai malam, ia selalu saja dicecar atas semua laporan perkembangan alat-alat dari semua karyawan, sungguh, otaknya sangat panas mendengar ocehan-ocehan mereka.
Tapi, ocehan itu semuanya sudah berhenti, karena ia sudah meloloskan diri dari sana dan beralih ke perpustakaan dekat kantor Jeremi. Ia rasa, orang-orang di kantor akan mencemaskannya sedikit. Tapi tak apa, ia tidak perduli.
Tuttt tuttt
Ponsel di saku celana Astro bergetar, ia melihat nomor tidak dikenal mencoba menghubunginya, kening Astro terpaut, mengapa nomornya bisa tersebar seperti ini? Padahal ia tidak punya sosial media selain pesan singkat instant.
Karena Astro merasa nomor itu hanya orang iseng, ia menutup panggilan nomor tersebut dan melanjutkan kegiatannya untuk membaca, "nggak penting," singkatnya.
Namun, setelah beberapa detik, ponsel di jaketnya bergetar kembali, membuat Astro mendecak sebal dan melihat nomor itu, sungguh ia sangat tidak suka diganggu ketika sedang membaca.
Dengan cepat, Astro menggeser tombol jawab lalu menempelkan ponsel di telinga, "siapa? Ada apa menghubungi saya? Dapat nomor saya dari mana? Sepenting apa anda sampai mengganggu saya malam-malam begini?"
Beberapa detik si penelpon terdiam, sementara Astro menunggu jawaban dari si penjawab. Mungkin saja penelpon bingung harus berkata apa karena Astro langsung memberikan pertanyaan dengan beruntun, tapi Astro tidak perduli, orang itu sendiri yang berani mengganggu dirinya.
"Maaf Tuan Astro, saya satpam perusahaan Jeremy Company, sekarang perusahaan tuan lagi di ter..
"HALLO! Ini Astro? Wah! Salam kenal, saya musuhmu!"
"Ha?"
"Sekarang Perusahaanmu sudah saya isolasi, dan sepertinya keberuntungan sedang berpihak kepada saya.. padahal saya cuma ingin mengisolasi perusahaan, tapi cintamu juga ikut terisolasi rupanya. Dia memang bodoh ya."
Astro terdiam, dia memikirkan apa yang terjadi, namun beberapa saat ia langsung mengingat ucapan Jeremi kemarin. Sepertinya ia sedang menghadapinya sekarang, tapi apa harus secepat ini? Baru saja Jeremi meninggalkan perusahaan kemarin.
"Tapi ada satu masalah, kabar kamu sebagai penerus perusahaan terbesar kedua di Indonesia sudah tersebar, dan otomatis kamu sedang diintai, Papa punya perasaan nggak enak tentang ini."
Tapi tadi apa katanya? Cintanya ikut terisolasi? Apa artinya..
"Apa maksudnya?" Astro masih merendahkan suara bertanya maksud kalimat terakhir si penerror, sedangkan jantungnya sudah mencolos khawatir.
Terdengar suara tertawaan keras disana, "apa maksudnya? Dia mengaku sendiri kalau kau pacarnya! Oh ya, jika kamu kesini, berarti kita sudah bertemu untuk kedua kalinya, tapi sayang, perusahaanmu sudah saya isolasi dengan ketat!"
Astro menerka-nerka apa yang terjadi, sampai saatnya ia menggertakkan gigi ketika mengetahui sesuatu, "BRENGSEK!"
Astro berteriak sambil memukul meja perpustakaan, membuat semua orang yang sedang membaca langsung melihat ke arah Astro dengan tatapan tidak menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Teen Fiction"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...