"Tangisan memang bukan obat dari kehilangan, tapi kebahagiaan adalah penyembuh satu-satunya yang bisa menghilangkan semua bentuk kesedihan."
*****
Diiringi kepusingan yang menumpuk di kepala, mata Salma membuka perlahan, mencoba untuk sadar dan terbangun dari tidur panjang semalam.
Cahaya disekitar masih remang-remang, namun sedikit bercahaya daripada sebelumnya.
Setelah bangun, netra Salma terpaku pada seseorang diatasnya, terlihat laki-laki datar tengah menutup mata dengan damai tetapi sangat tampan, membuat senyuman Salma terbit tanpa ijin.
Beberapa detik Salma menyadari, tangan kanan Astro berada di lengannya, sementara tangan kiri Astro tepat berada di dekat pipinya. Salma menyentuh tangan kiri Astro, membuat si pemilik tangan tidak sengaja terbangun.
Melihat perempuan di pangkuannya sudah membuka mata, Astro cepat-cepat menjauhi tangannya darisana, "udah, bangun, jangan keenakan disana!" Kata Astro kembali galak.
Menyadari kalau posisi mereka sangat tidak nyaman bagi Astro, Salma buru-buru bangkit dan terduduk di samping Astro, "makasih ya, Tro," ujar Salma akhirnya.
"Buat?"
"Buat kaki lu, pasti kaki lu keram gara-gara gue tidur di sana."
Astro memutar bola mata malas, "tau, tadi malem lu main tidur di sana aja!"
"Maaf," Salma menundukkan kepala, pertanda menyesal.
"Udahlah! Nggak usah minta maaf segala, lu kira mau lebaran?" Dumel Astro merasa bosan mendengar kata itu terus-menerus.
"Ya kan.."
"Sssttt! Diem!" Astro menempelkan jarinya di bibir Salma agar perempuan itu terdiam, sementara mata Salma hanya melihat jari Astro disana lalu tersenyum.
"Ngapain senyum?" Kesal Astro menyadari ekspresi Salma tidak sesuai ekspektasi.
Kepala Salma menggeleng, "nggak papa, cuma seneng aja, abis bangun tidur eh di depan udah ada orang tersayang, jadi semangat deh!"
Astro berdecih, "lebay."
"Biarin, kan emang bener," Salma menjulurkan lidahnya seolah mengejek.
"Bisa diem nggak sih? Kita ini lagi kekurung bukan lagi piknik," Aura jutek Astro mulai bangun. Entah mengapa Astro tidak mengerti pikiran Salma, padahal tadi malam ia sangat menyedihkan, tetapi mengapa paginya ia menjadi seperti orang yang tidak ada beban hidup begini?
Perempuan dihadapannya melirik lift sekilas, lalu menatap Astro kembali, "kalau gue nggak mau diem gimana?"
"Gue bakalan maksa lu buat diem," Astro tidak main-main.
"Pake apa? Pake jari? Terus ditempelin gini?" Racau Salma menempelkan jari di bibirnya dengan gaya main-main, "tinggal gue lepas! Nggak bakal mempan!"
"Kalau jari nggak mempan, masih ada yang lain kok," Astro mulai serius.
"Ha?"
Kini mata Astro lekat kepada kedua mata Salma, tangan laki-laki itu mulai menggerayang di udara, sampai akhirnya Astro memegang kedua pipi Salma agar perempuan itu tidak bergerak.
"Astro, nggak lucu," ujar Salma, entah mengapa badannya terasa gemetar disentuh dan ditatap Astro seperti ini.
Astro menaikkan alis, "lu masih inget kata-kata 'lupain kejadian ini' belum?"
Salma menerawang sebentar untuk berpikir, alhasil ia membulatkan mata ketika mengetahui apa yang dimaksud Astro, waktu itu mereka berada di parkiran Perusahaan Jeremi setelah perusahaan tersebut diserang oleh musuh, dan saat yang bersamaan, entah ada angin apa Astro mencium pipinya dengan kata-kata 'lupain kejadin ini'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Fiksi Remaja"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...