"Jika kamu adalah tokoh fiksi, aku akan mengkhayal setiap hari."
*****
Plak
"Lihat! Laporan neraca keuangan perusahaan kita? Hancur sehancur-hancurnya!"
Jeremi yang tadi tengah sibuk dengan rakitan di atas meja mengadahkan kepala ke sumber suara, dimana seorang laki-laki paru baya sedang menampakkan raut emosi cukup tinggi.
Dari laki-laki di depan, tatapan Jeremi beralih ke laporan yang disampaikan rekannya tersebut. Ia mengambil beberapa kertas disana kemudian ditelaah dengan serius.
Pria paruh baya di hadapan Jeremi tersenyum miring, "sudah? Apa kamu sudah puas melihat semuanya? Gara-gara kamu terlalu memanjakan Astro, lihat apa yang anak itu lakukan! Dia nggak sama sekali mengembangkan mesin penambah umur sesuai tugasnya!"
"Andi.." Jeremi berusaha menghentikan ocehan Andi.
"Apa? Kamu masih harepin anak kamu itu? Anak pembangkang yang sama sekali nggak bisa diandelin? Kalau gitu mending kamu rekrut aja salah satu karyawan kita buat jadi penerus! Mereka lebih ngerti mesin kita daripada Astro!" Emosi Andi makin meluap-luap.
Jeremi menutup mata mencoba menahan rasa kesal di hati, "Andi, cukup."
"Udahlah! Kalau kamu terus ngebelain si Astro, mending kamu nggak usah punya cita-cita buat diriin perusahaan ini jadi besar, karena dia selalu aja ngerusak!" Racau Andi, sementara Jeremi memijat keningnya yang nampak berkerut.
"Andi," Jeremi mulai berkata dengan dingin dan menusuk.
"Kamu terlalu ngarepin si Astro itu, sampe kenyataannya kamu lupain, Jeremi! Sekarang liat, neraca keuangan kita turun drastis! Investor banyak lepas tangan! Dan ranking perusahaan kita nggak setinggi dulu, semua karena siapa? Karena anak kamu!"
"ANDI CUKUP!" Jeremi akhirnya berteriak sekaligus berdiri dari kursi, ia menatap Andi nyalang, membuat omongan Andi berhenti seketika.
"Kamu nggak boleh nyalahin Astro, dia baru masuk ke perusahaan ini, wajar dia belum berkembang!" Jawab Jeremi membela anaknya.
"Ha? Apa kata kamu Jeremi? Baru masuk? Kamu lupa ingatan!? Astro sudah 2 bulan disini, dan apa jasanya buat kantor kita? Nol, alias nggak ada!" Andi mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
Jeremi memicingkan mata kepada rekan kerjanya itu, "kamu terlalu banyak bicara, Andi."
"Dengan saya bicara seperti ini, justru ingin menyadarkan kamu! Tapi apa balasannya? Kamu malah ngebela anak kamu terus!"
Jeremi mendesah berat, ia duduk lagi di kursi lalu berniat menelpon seseorang untuk datang ke sana.
"Kamu ingin apa Jeremi?" Tanya Andi mulai waspada.
Mata Jeremi hanya melirik Andi sekilas, kemudian fokus ke sambungan teleponnya kembali, "hallo.. ya, cepat ke ruangan saya.. saya tunggu."
Setelah Jeremi menyelesaikan kegiatan menelpon, alis Andi menukik heran, "kamu manggil siapa?"
"Lihat saja nanti," ucap Jeremi menyandarkan tubuh di atas kursi sembari menunggu orang yang baru saja ia hubungi.
Sampai beberapa menit mereka menunggu dengan kesunyian dan tanpa suara, tiba-tiba seseorang laki-laki berumur lebih muda dari mereka datang ke ruangan pemilik perusahaan besar tersebut.
"Permisi Tuan Jeremi, ada apa memanggil saya?"
Tangan Jeremi mengajak laki-laki tadi untuk mendekat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Teen Fiction"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...