"Rinduku tak pernah habis walaupun sudah tragis."
*****
Salma melihat wajah Astro dengan seksama, laki-laki itu terus saja mendesak dirinya, "Astro.." panggil Salma dengan nada rendah dan parau.
"Apa?"
"Sebenernya gue bingung, kita ini apa?"
Alis mata Astro bertautan, "maksudnya?"
Salma melihat kebingungan di wajah Astro, perempuan itu memejamkan mata berusaha mengontrol dirinya, tidak! Ia tidak boleh meminta kejelasan hubungan kepada Astro sekarang, jika ia terlalu percaya diri menganggap Astro menyukainya sedangkan kenyataannya tidak, resiko Astro menjauh akan dihadapi Salma, dan ia tidak ingin semua itu terjadi. Apalagi Astro adalah pangeran yang diidamkannya selama ini.
"Nggak papa, udah ayo masuk, gue mau istirahat," ucap Salma memalingkan pandangannya ke arah lain.
Sementara Astro yang dipastikan tambah bingung menjadi gelisah, "lu kenapa? Sakit? Gue panggilin dokter ya?"
"Nggak! Gue udah sehat kok!"
"Oh bagus, besok bisa pulang," kata laki-laki dihadapan Salma yang sekarang sudah berpindah tempat ke belakang untuk mendorong kursi roda perempuan itu.
Mata Salma membulat horror, pulang? Kata pulang berarti ia harus menemui keluarganya termasuk Lisa? Ah tidak, hari-harinya di neraka akan dimulai kembali, bahkan lebih parah.
"Hm Astro."
"Apa?"
"Besok kan gue sekolah, pulangnya jalan-jalan yuk!" Ajak Salma dengan santai. Berharap Astro akan setuju.
"Nggak!"
"Kok nggak!?" Salma menghadap ke belakang untuk melihat ekspresi datar Astro.
"Gue sibuk," ucap Astro sedatar mungkin.
"Sibuk ngapain?"
"Kepo amat!"
Salma mendecak sebal, memang sampai kapanpun Astro tidak bisa diluluhkan. Padahal ia mengajak Astro agar ia telat pulang ke rumah, tapi Astro tidak ingin mengajaknya, Astro memang tidak peka.
"Emang lu sibuk ngapain sih?" Salma berujar kembali, masih ingin tahu alasan Astro.
"Apa pentingnya sih lu tahu?" Sahut laki-laki dibelakang Salma dengan dingin.
Salma mengusap dadanya untuk menahan kesabarannya dengan ekstrem, sepertinya jika berbicara seperti ini bersama Astro, emosinya akan meledak bagaikan nuklir panas. Dan daripada hal itu terjadi, Salma memilih diam dan mengunci mulutnya agar tak banyak bicara.
Astro tersenyum kecil, sangat kecil sampai tak terlihat mengetahui Salma sudah diam sambil menggerutu sedikit, ia sangat puas mengerjai Salma sampai ia diam seperti ini. Sungguh, jika dengan berkata pedas seperti tadi bisa membuat perempuan IPS itu diam, seharusnya ia melakukan dari dulu. Dengan begitu ia bisa tenang dan nyaman.
*****
Setelah sampai di ruangan, Salma masih diam, Astro juga. Padahal Astro terang-terangan menatap perempuan di kursi roda itu, tetapi Salma malah mengalihkan pandangannya ke arah lain."Ayo naik ke kasur, gue mau pulang," ucap Astro merasa kesabarannya sudah mulai habis.
Dengan wajah masih cemberut, tangan Salma ke atas seperti ingin menggapai tubuh Astro yang lebih tinggi dari dirinya.
"Apa?"
"Gendong," pinta Salma dengan wajah memohon.
"Katanya udah sehat!" Cibir Astro ogah-ogahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Teen Fiction"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...