"Aku ingin melindungimu, bukan sebaliknya."
*****
Jeremi menghembuskan napas sedikit sesak, ia memijat keningnya yang terasa berdenyut keras ketika suatu hal sensitif disampaikan oleh Galang.
Sekarang, ketiga orang penting tengah mendiskusikan sesuatu di ruangan besar perusahaan Jeremi, ada Galang sang pembawa berita, Dokter Bunga selaku orang yang menangani Astro, dan Jeremi orang terpenting dalam hal ini.
"Sekarang sudah hari ketiga, seharusnya nanti malam dia bisa bangun," ucap Galang lemah sekaligus sedih.
Dokter Bunga ikut menundukkan kepala, "suhu di tubuh perempuan itu juga lama-kelamaan membaik, tidak sedingin kemarin, ada kemungkinan ucapan kamu benar, Galang."
"Ya, Dok, semoga saja."
Jeremi mendecak membicarakan hal memuakkan baginya tersebut, "apa gadis itu tidak punya akal? Kenapa dia nekat memasuki mesin penambah umur? Apa dia tidak tahu konsekuensinya!?"
Mendengar Jeremi sudah emosi, Galang hanya mampu mendesah berat, "kalau Ameh tahu fungsinya, pasti dia juga tahu konsekuensinya."
"Lalu? Kenapa dia tetap melakukan itu!? Apa dia tidak sayang sama nyawanya!?"
"Dia lebih sayang sama Astro," cicit Galang tiba-tiba membuat Bunga dan Jeremi sontak terkejut.
"Sayang?" Bunga mengerutkan kening.
"Iya, mereka sama-sama sayang, dan juga.."
"Itu bukan sayang, tapi bodoh!" Ketus Jeremi tidak ingin mendengar kalimat selanjutnya.
Bunga hanya bisa pasrah sedangkan Galang terpaku diam.
"Untung kamu menyampaikan berita ini dengan cepat, jadi saya bisa langsung menemukan informasi perusahaan ayah perempuan itu dan mengirim kedua orangtuanya untuk keluar kota," kata Jeremi masih memuji Galang walaupun sedikit.
Benar, setelah kejadian Salma memasukki mesin penambah umur dan pingsan dalam keadaan membeku, Galang langsung gerak cepat dengan memberitahu semuanya kepada Jeremi. Jadi, Jeremi segera ambil sikap untuk mengirim kedua orangtua Salma keluar kota melewati jaringan perusahaan yang Jeremi miliki.
Dan tidak begitu saja, takdir beruntung juga masih di pihak mereka, karena Lisa pun mengikuti pemotretan di kota lain. Sehingga mereka tidak sulit lagi menyembunyikan Salma dari keluarganya.
"Oh ya Jer, setelah Astro melewati masa koma, dia belum sadar sama sekali, seperti membuka mata itu sangat sulit bagi Astro," ujar Bunga, selaku dokter dan istri Jeremi.
Jeremi melihat ke istrinya tersebut, "apa ada hal lain lagi?"
"Tidak ada, semuanya normal, hanya Astro yang tidak ingin membuka mata."
Kepala Jeremi hanya mengangguk saja, masalah itu tidak terlalu penting, bagaimanapun Astro pasti akan sadar.
"Ponsel Astro ada di kamu, Lang?" Tanya Jeremi beralih ke Galang.
Galang mengambil benda yang disebut Jeremi tadi di saku jas, "ada di saya, Pak."
"Oke, pokoknya kamu inget, kalau dia menanyakan ponselnya, bilang kalau ponsel dia sudah rusak. Saya takut nanti Astro mencoba untuk menghubungi ponsel perempuan ini," bapak dari Astro memegang ponsel Salma di kolong meja, untuk berjaga-jaga.
Setelah mendengar perintah, Galang melirik dokter Bunga lagi, "Dok, apa keadaan Ameh akan baik-baik aja setelah dia bangun?"
Dokter Bunga yang juga bertugas untuk menangani pasien akibat keluar dari mesin penambah umur hanya bisa tersenyum sedih, "dia akan baik-baik saja, cuma 7 hari kedepan dia.." perempuan dewasa tersebut tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Teen Fiction"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...