Udah siap mental kan buat baca?
Oke, here we go☺️
*****
"Kamu akan selalu di hatiku, walaupun ajalmu sudah menyapa terlebih dulu."
*****
Dengan langkah terburu-buru, Cakra terkejut hebat ketika ia menemukan seseorang perempuan duduk di salah satu kursi rumah sakit dalam keadaan rapuh dan tak berdaya, "Ameh!"
Salma menundukkan kepala sedalam-dalamnya diiringi isakan hebat berkat tangis yang tumpah dengan tidak terkontrol, "Astro.. hiks hiks.. kenapa sih dia nekat ke jalan kayak gitu.. gue nggak mau Astro kenapa-napa."
Cakra duduk disamping Salma, ia mengelus punggung perempuan itu agar Salma bisa tenang, "Astro pasti nggak papa kok."
Cakra merutuki diri sendiri, kalau saja ia tidak dikompor-kompori oleh dua curut Noval dan Angga, ia tidak akan meninggalkan Salma dan membiarkan kejadian ini terjadi.
Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah jadi bubur dan tidak bisa diubah sampai kapanpun.
Walaupun Astro adalah laki-laki menyebalkan bagi Cakra, ia tidak mau Salma sampai tersakiti karena kehilangan orang yang dia sayang. Cakra tidak ingin Salma bersedih.
"Meh, kita berdoa aja semoga Astro bisa sembuh, jadi jangan ditangisin lagi, oke?" Cakra semakin memperingatkan untuk tidak berlarut-larut.
Salma menatap Cakra lekat, dan dengan sekali hentakan, ia menarik baju Cakra agar laki-laki itu bisa melihat arti kesedihan begitu dalam di matanya, "Cak, Astro sekarat! Dia mau mati! Dan gue harus berhenti nangis? Apa nggak ada saran bodoh yang lain?"
"Meh.."
"Astro.. harusnya dia nggak kesana! Kenapa sih dia malah nyelametin gue!?" Raung Salma sendiri lalu menenggelamkan kepala di kedua tangan, menaruh semua kerapuhan disana.
Merasakan Salma tidak akan menghentikan kesedihannya, Cakra menoleh kesamping, dimana Kiki tengah mematung bagaikan ditarik nyawanya. Bahkan mata Kiki terlampau kosong dan tidak menyiratkan arti apa-apa.
Setelah diberitahu oleh pihak sekolah bagaimana kecelakaan itu terjadi, Cakra jadi ingin mendengar pendapat Kiki, karena dia alasan Astro bisa sekarat seperti ini. Tapi, perempuan tersebut malah diam menatap ke depan, tidak ingin bereaksi apa-apa.
"Ameh! Kiki!" Suara dari orang yang baru datang membuat kepala Cakra refleks ke sumber suara, sementara Kiki dan Salma sibuk dengan dunianya masing-masing.
Juju datang ke arah tiga orang tersebut, dan terlebih dahulu ia menghampiri Salma, "Meh, Astro gimana? Dia nggak papa kan?"
Tetapi, karena masih berduka atas nasib Astro, Salma memilih tidak menjawab, ia tetap menunduk bagaikan orang tuli.
Mengetahui kalau kabar Salma sedang tidak baik-baik saja, Juju hanya bisa menghela napas, "lu nggak mau jawab ya?"
Perempuan berparas manis tersebut akhirnya beralih menghampiri Kiki di sudut dinding, "Ki! Lu nggak papa kan? Ada yang luka nggak? Gue khawatir banget sama kalian," tanya Juju melihat keadaan Kiki dari atas sampai bawah, dimana keadaan bajunya sangat kotor dihiasi tanah dan lututnya sedikit robek sekaligus memar.
"Astaga Ki! Kaki lu!" histeris Juju, "mending sekarang kita obatin ya, nanti kalau infeksi gimana!?"
Walaupun mendengar syok hebat dari Juju, Kiki tetap diam membisu seperti patung.
"Kiki! Ayo!" Tarik Juju sangat khawatir akan keadaan temannya itu.
"Ki!"
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomi
Novela Juvenil"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah jelek, pendek, anak IPS lagi!" *** Pernahkah kamu mengalami ada di posisi orang terjelek diantara tema...