Sudah lima menit berlalu sejak aku berdiri dihalte yang letaknya tidak jauh dari cafe Hanbin. Suara decitan yang berasal dari rem bus menyadarkan orang-orang disekitarku, mereka bersiap menunggu beberapa orang yang keluar dari kendaraan umum itu.
Aku hanya memperhatikan orang-orang yang bergantian keluar dari dalam bus. Nampak gurat kelelahan dari wajah-wajah mereka, cukup menggambarkan bagaimana hari yang mereka lalui hari ini. Setidaknya menyadarkanku untuk bersyukur atas hidupku sendiri meskipun tidak seindah yang kuharapkan.
Aku melewatkan bus yang biasa membawaku pulang, mataku tidak lepas dari bus yang sudah berjalan jauh meninggalkan tempat ini. Sekilas aku melirik kearah cafe Hanbin yang masih terlihat ramai, lalu ingatanku kembali jatuh pada kejadian didepan cafe itu beberapa jam yang lalu.
Mengingatnya membuat jantungku kembali berdebar. Untuk pertama kalinya aku bisa merasakan pelukan Yoongi tanpa tolakan dari pria itu. Aku terus merutuki diriku sendiri yang tanpa malu meminta sebuah pelukan hanya karena sebuah tantangan.
Tidak lupa bagaimana Yeri menarikku setelah kepergian Yoongi dengan janji akan menjemputku setelah pulang bekerja. Yeri langsung membungkamku dengan berbagai pertanyaan yang aku sendiri masih tidak bisa menjawabnya dan berakhir dengan kekesalan Yeri karena keterdiamanku. Aku harus membujuknya nanti karena sepertinya Yeri menyimpan marah padaku.
Begitupun tatapan terakhir Jungkook dan Hanbin yang tidak mampu kupahami hanya dengan melihatnya. Jungkook yang kulihat selalu tersenyum padaku, hanya menatapku dalam diam sebelum keluar dari cafe menyusul Yeri. Sedangkan Hanbin hanya memberikan seulas senyuman padaku yang juga tidak kuketahui arti senyuman itu.
Lamunanku berhenti kala mendengar suara deru mobil berhenti tepat dihadapanku, mobil yang kutunggu sejak tadi. Yoongi keluar dari pintu kemudi lalu menghampiriku yang tidak bergerak sedikitpun dari tempatku berdiri.
"Sudah lama menungguku?"
Aku mendengar pertanyaannya dengan jelas namun bibirku terasa kaku untuk menjawabnya. Aku hanya memandangnya dalam diam, sedikit mengagumi ketampanannya yang baru kusadari.
Jas formal yang melekat ditubuhnya membuat setiap detiknya terasa lambat, aku tidak akan mengelak jika sekarang aku benar-benar terpesona oleh ketampanannya. Andai aku bisa memandangnya seperti ini setiap hari, kurasa perasaanku akan terus berkembang.
Kesadaranku kembali setelah melihat Yoongi melambaikan tangannya didepan wajahku dengan ekspresi bingung.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Tidak." kugelengkan kepalaku untuk meyakinkannya. Sepertinya aku sudah gila.
"Kalau begitu ayo pulang atau kita makan dulu?"
"Langsung pulang saja aku akan memasak dirumah."
Yoongi mengangguk dan berbalik lalu tangannya meraih pergelangan tanganku, membuatku terkejut dengan jantung yang kembali berdetak tidak karuan. Sepertinya aku harus memeriksakan keadaan jantungku. Karena rasa terkejutku yang belum hilang, aku masih berdiri ditempat tanpa bergerak sedikitpun.
Yoongi menyadarinya lalu berbalik kembali menatapku, sedangkan tatapanku hanya tertuju pada tangan kami yang saling bertautan. Yoongi langsung melepaskan tanganku dan hatiku sedikit merasa kecewa.
"Apa kau tidak nyaman?"
Aku mendongak, menatap matanya yang nampak menyesali apa yang baru saja dilakukannya. Aku kembali menggeleng dan tersenyum samar.
"Hanya merasa aneh saja."
Yoongi kembali mengangguk dan berbalik meninggalkanku. Yoongi memang tetap Yoongi, mungkin pria itu hanya refleks memegang tanganku dan menyadarkanku untuk tidak mudah luluh dengan perbuatannya. Aku mengikutinya masuk kedalam mobil, sebenarnya aku sedikit tidak nyaman bila hanya berdua saja dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go//MinYoongi
Fanfiction[ON GOING AND REVISI] Hal yang paling kubenci dalam diriku adalah mencintaimu. Cintamu mengurungku dalam pusaran yang terus menarikku dan mencoba menenggelamkanku. Bahkan aku berharap bisa mendapatkan cintamu walaupun cinta palsu. Min Yoongi. *Cerit...