You hurt me again
------
Rok hitam dibawah lutut beraksen bunga dan kaos putih pendek bertuliskan 'piece' sudah melekat sempurna ditubuhku. Aku tipe orang yang lebih suka berpakaian simple dan nyaman untuk dipakai tanpa mengganggu aktivitasku. Jangan tanya tentang fashion karena aku sama sekali tidak mengerti akan hal itu.
Aku menatap pantulan diriku sendiri dicermin besar disalah satu sudut kamar ini. Aku tidak merasa kehilangan berat badan tapi entah mengapa tubuhku terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah pikiranku yang tidak pernah kosong dengan segala masalah yang kuhadapi. Rasanya seperti sebuah gelembung dimana satu persatu masalah itu akan muncul dikepalaku dan pecah bahkan sebelum kutemukan jawabannya.
Ini masih pukul delapan lewat tiga puluh menit dan kelasku akan mulai pada pukul sepuluh nanti. Yoongi seperti biasa sudah pergi bekerja empat puluh lima menit yang lalu. Setelah memakan sarapannya, pria itu langsung pergi dan hanya mengatakan dua patah kata pagi ini.
"Aku pergi."
Hanya itu yang mampu kutangkap dari indera pendengaranku sebelum melihat punggungnya perlahan menjauh dari area dapur pagi ini. Aku tidak mengharapkan lebih, melihat Yoongi saja sudah membuatku senang.
Setelah selesai dengan acara merias diri, bahkan aku tidak tahu apakah ini disebut merias diri karena hanya bedak tipis dan lipbalm yang kugunakan. Segera kuraih tas yang terletak diatas kasur lalu bergegas keluar kamar. Daripada bosan menunggu sampai jam sepuluh lebih baik aku ke cafe Hanbin untuk membantu disana. Toh jaraknya tidak terlalu jauh dari Universitas.
Aku merogoh tasku seraya mencari keberadaan ponsel yang seingatku sudah kumasukkan kedalam tas untuk menghubungi Hanbin. Memberitahu pria itu jika aku akan ke cafe.
"Seingatku tadi sudah kumasukkan kenapa tidak ada?" Aku bergumam karena ponsel yang kucari tidak kunjung kutemukan.
Akhirnya dengan terpaksa aku kembali melepas flatshoes yang sudah terpasang dikedua kakiku dan beranjak dari sana menuju kamar untuk mencari benda itu. Aku menghela napasku sejenak setelah mengambil ponsel diatas meja rias.
Kebiasaanku yang satu ini sangat sulit untuk dihilangkan. Ceroboh. Satu sifat yang ingin sekali kulenyapkan dari diriku.
Sebelum keluar rumah aku berbelok kearah dapur karena rasa haus yang tiba-tiba saja menyerang tenggorokanku. Sambil menenggak segelas air ditanganku kuedarkan pandangan kesisi dapur dan tepat dikursi meja makan ada dua buah map tertumpuk disana.
Tanpa pikir panjang kuambil map itu dan kulihat isinya yang sepertinya benda itu milik Yoongi. Apa pria itu sengaja meninggalkannya? Atau tertinggal?
Aku membuka ponsel digenggamanku dan mencari kontak Yoongi untuk menghubungi pria itu. Menanyakan apakah ia meninggalkan dokumen ini dengan sengaja atau tidak. Jika tertinggal aku akan mengantarkan langsung kekantornya. Namun panggilanku tidak kunjung mendapatkan jawaban. Hingga kuputuskan untuk mengantarkan dokumen itu, takut jika saja Yoongi membutuhkannya.
Kubuang napasku perlahan setelah duduk disalah satu bangku yang ada dibus ini. Kuusap perlahan map dipangkuanku lalu kujatuhkan pandanganku pada jalanan yang tampak lenggang. Jika dalam keadaan seperti ini selalu Yoongi yang berperan utama dalam pikiranku. Sebenarnya aku jengah, ingin menghilangkan sosok dingin itu dari pikiran dan hatiku tapi satu sisi dari diriku mendorongku untuk memikirkannya.
Hingga ingatanku jatuh pada kejadian hari itu. Hari dimana Yoongi mengantarku untuk berbelanja, itu adalah hari yang sangat berharga untukku sekaligus menjadi hari yang sangat ingin kuhilangkan dari sejarah hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go//MinYoongi
Fanfiction[ON GOING AND REVISI] Hal yang paling kubenci dalam diriku adalah mencintaimu. Cintamu mengurungku dalam pusaran yang terus menarikku dan mencoba menenggelamkanku. Bahkan aku berharap bisa mendapatkan cintamu walaupun cinta palsu. Min Yoongi. *Cerit...