Raeun melirik sebuah jam dipergelangan tangannya, yang menunjuk angka tiga lewat lima belas menit. Tepat jam tiga sore Raeum tiba ditempat itu. Sudah lima belas menit berlalu namun orang yang ditunggunya sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.
Beruntung taman itu terlihat ramai sehingga ia tidak merasa bosan. Banyak pasangan muda yang menghabiskan akhir pekan disana. Bersepeda, berjalan dengan bergandengan tangan atau piknik dibawah rindangnya pohon disalah satu sudut taman.
Melihat beberapa remaja sedang berkumpul seraya tertawa lepas membuat pikiran Raeun kembali berkelana ke masa dimana ia masih memakai seragam sekolah. Seharusnya ia bisa menikmati masa remajanya seperti teman-temannya yang lain namun keadaan memaksanya untuk melupakan waktu bermain atau menghabiskan akhir pekan layaknya remaja pada umumnya.
Raeun tersenyum mengingat betapa sulitnya hidup yang harus ia jalani. Namun itu bukanlah akhir dari semuanya, setidaknya ada teman yang selalu menyemangati dan membantunya. Ia selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia sudah melakukan yang terbaik dan tidak perlu merasa menyesal atas takdir hidupnya.
Setiap orang pasti memiliki beban hidupnya masing-masing, jangan pernah merasa dunia akan runtuh hanya karena sebuah masalah yang belum mampu kita hadapi. Takaran beban seseorang berbeda-beda, tergantung bagaimana kita bisa menyikapinya.
Tak bisa dipungkiri, dada Raeun terasa sesak mengingat semuanya. Bahkan sampai sekarang lukanya belum sembuh, sangat membekas dihati dan pikirannya. Dulu setiap ia merasa putus asa maka bahu Bibi Song lah yang menjadi obatnya. Namun sekarang Raeun memiliki seseorang yang akan meminjamkan bahunya untuk bersandar walaupun hanya sebentar.
Seminggu yang lalu Raeun mendapat jawabannya. Meskipun tidak mengatakan dengan jelas bagaimana perasaan pria itu namun Yoongi memberitahunya melalui pelukan hangatnya malam itu. Raeun bisa merasakan perasaan itu.
Tidak ada kata selain bahagia yang memenuhi perasaannya. Yoongi adalah dunianya, Raeun berharap tidak ada kata perpisahan diantara mereka meskipun hanya dirinya yang merasakan perasaan itu. Meski tidak dipungkiri Yoongi bisa saja kembali pada mantan kekasihnya karena perasaan seseorang tidak bisa ditebak.
Memikirkan dan membayangkan wajah Yoongi memberikan perubahan yang jelas diwajah Raeun. Siapapun pasti akan langsung mengetahui jika hatinya sedang berbunga.
Melihat seorang pria yang berjalan kearahnya lantas membuat Raeun melambaikan tangannya dan tersenyum. Pria itu tiba dihadapannya dan membalas senyumannya.
"Maaf membuatmu menunggu lama."
"Tidak masalah. Aku yang seharusnya minta maaf karena menganggu akhir pekanmu."
Hanbin duduk disamping Raeun, tadi pagi wanita itu meminta untuk bertemu. Hanbin langsung menyetujuinya tanpa penolakan karena ia pikir sudah lama mereka tidak berbicara seperti ini diluar pekerjaan.
"Aku senang bisa bertemu denganmu diluar seperti ini jadi jangan meminta maaf. Kenapa tiba-tiba memintaku datang?"
Raeun tersenyum, baginya Hanbin merupakan seorang teman yang sangat mengerti dirinya. Pria itu tidak pernah berubah, selalu berada disisinya dan mendukung Raeun.
"Ada yang ingin kukatakan padamu, seharusnya ini bisa kita bicarakan di cafe tapi kupikir lebih nyaman disini."
"Memangnya apa yang ingin kau katakan. Dimanapun itu aku merasa nyaman bicara denganmu."
"Maaf tapi aku tidak bisa bekerja di cafe milikmu lagi."
Hanbin mengernyit "Apa?"
"Sebenarnya aku masih ingin bekerja tapi Yoongi memintaku untuk berhenti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go//MinYoongi
Fiksi Penggemar[ON GOING AND REVISI] Hal yang paling kubenci dalam diriku adalah mencintaimu. Cintamu mengurungku dalam pusaran yang terus menarikku dan mencoba menenggelamkanku. Bahkan aku berharap bisa mendapatkan cintamu walaupun cinta palsu. Min Yoongi. *Cerit...