Thirty Six

438 20 14
                                        

Helaan nafas saling bersahutan didalam sebuah mobil berwarna putih yang terparkir dihalaman hotel. Pria dan wanita yang tidak sengaja bertemu lima belas menit lalu itu masih membungkam mulut mereka rapat-rapat enggan berbicara. Seolah-olah jika salah satunya membuka mulut maka akan ada bencana besar yang akan datang. Meskipun nyatanya memang sudah terlihat bencana besar didepan mata mereka.

Sora masih tak bergeming, terlihat nyaman dengan posisinya saat ini meskipun hati dan kepalanya sedang berkecamuk. Tidak memperdulikan pria yang juga terdiam disampingnya. Mencoba menyusun kepingan-kepingan ingatan dikepalanya, tapi tetap saja hanya ada satu kesimpulan yang Sora dapatkan.

"Aku.."

"Kenapa kau melakukannya?" Sela wanita itu sedetik setelah pria disampingnya baru membuka mulut ingin mencoba memulai pembicaraan dan memecahkan keheningan disana.

Mendengar itu Seokjin mengacak surainya frustasi, rasanya ia ingin pergi dari situasi canggung seperti ini. Ia tak pernah membayangkan akan berhadapab dengan kejadian yang benar-benar tidak terfikirkan olehnya sedetikpun.

"Baiklah, ini memang salahku. Salahku yang tidak bisa mengontrol diri dan mengacaukan semuanya." Jawabnya dengan nada pasrah.

"Bukan itu, kenapa kau meninggalkanku tanpa mengatakan sepatah katapun. Kita sudah sama-sama dewasa, tapi kenapa?.."

Sora menampilkan wajah tak kalah frustasi dari Seokjin, ia mengusap wajahnya kasar mencoba menghilangkan perasaan yang tengah ia rasakan saat ini. Tidak cukup dengan keadaan yang sedang dialaminya, sekarang ia harus dihadapkan pada kenyataan siapa ayah dari janin yang dikandungnya.

Sora ragu untuk mengatakan kebenaran pada Seokjin, ia yakin pria itu juga akan mengalami kesulitan. Tapi Sora tidak ingin menanggung semuanya sendiri, ini bukan kesalahannya seorang diri. Tidak ada jalan keluar bagi mereka, kedua otak pintar mereka tidak bisa menyelesaikan bencana itu.

"Maaf, tidak seharusnya aku pergi waktu itu. Seharusnya..."

Seokjin menghentikan ucapannya ketika mendengar isakan tangis Sora. Jujur saja dirinya juga ingin menangis saat ini tapi harga dirinya lebih berarti dari apapun. Seokjin pikir ia harus menyelesaikan urusan mereka saat itu juga dengan minta maaf dan menyesali perbuatannya. Iya, cukup dengan minta maaf karena semua sudah terjadi. Namun, semua itu hanya harapan karena apa yang ia dengar mampu mengubah sebagian hidupnya.

"Aku hamil. Aku hamil Seokjin!" Teriak Sora tepat dihadapan Seokjin. Wanita itu mengambil napas dalam mencoba menenangkan emosinya.

Seokjin hanya bisa mematung mendengar pengakuan Sora, ia berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya. Seokjin yakin detik itu ia hanya salah dengar, mungkin karena umurnya yang tidak terbilang muda lagi membuat pendengarannya sedikit terganggu.

"Kita harus bagaimana sekarang, ha?"

"Kang Sora, kenapa bercandamu sangat menyebalkan? Ini bukan waktunya untuk bercanda." Sora tidak habis fikir dengan jawaban Seokjin yang tidak kalah menyebalkan.

"Apa katamu? Bercanda? Apa wajahku terlihat sedang bercanda sekarang? Dasar gila."

Seokjin masih berusaha mencerna apa yang sedang dibualkan oleh Sora. Ucapan yang ia dengar lebih buruk dari kata-kata pedas ayahnya yang ia dengar ketika ia selalu dituntut untuk menikah. Dari ribuan wanita dikota itu mengapa harus Sora yang ia temui disini sekarang. Mungkin ayahnya yang akan bahagia jika mendengar kabar ini tapi tidak dengan Seokjin sendiri. Ia tidak terima meskipun itu adalah perbuatannya sendiri.

"Kau yakin itu adalah anakku?"

Sora seketika menolah mendengar pertanyaan itu, ia tidak percaya jika Seokjin mencoba kabur dari tanggung jawabnya. Sora hanya bisa mendengus tak percaya, tangannya sudah gatal ingin menyentuh wajah pria itu dengan tamparan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Go//MinYoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang