2. REQZA

2.2K 63 9
                                    


HADIRNYA WANITA BARU

Havva, dia gadis cantik yang Malang. Kemalangan menimpanya di masalalu, hingga kini masalalu itu berdampak sangat besar padanya.

Tak banyak bicara, nyaris tak bersuara... itulah Havva, gadis dengan senyuman yang sangat cantik, hanya menggunakan bahasa isyarat tersenyum, mengangguk dan bahasa isyarat lainnya.

Kini dia tengah terbaring, kritis di rumah sakit, ntah mengapa bisa terjadi, Havva tidak biasanya mau mengemudikan mobilnya sendiri. Biasanya selalu ada supir yang mengantarnya ke manapun ia inginkan. Gadis cantik itu amatlah ramah, walau tidak mengatakan apapun, dia sangat murah senyum.

Di ruangan yang hanya terdengar sebuah alat yang memastikan keadaan gadis tersebut, Reqza memperhatikan kesedihan kedua orang tua Havva.

"Terima kasih, kau telah dengan cepat membawa Havva, putri kami ke rumah sakit, terima kasih nak..." ucap seorang ibu yang Reqza taksir usianya sama dengan ibunya.

"Itu sudah menjadi tugas umat manusia, membantu sesama, dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya" ucap Reqza. Ibu itu tersenyum.

"Seperti proklamasi saja, nak..." Reqza tersenyum.

"Havva mengagumimu, bahkan saya yakin sekali dia akan sangat bahagia jika dia tahu yang menolongnya adalah seseorang yang sangat ia kagumi.." ucap Ibu yang disinyalir ibu dari gadis bernama Havva ini.

Reqza dengan wajah sok tampannya tersenyum sumringah,
"Aku memang banyak yang mengagumi, maklum wajah tampan ini sangatlah langka" batinnya. Ia mengusap-usap alis matanya dengan jempolnya.

Setelah kedua orang tua Havva datang, Reqza segera memutuskan untuk pamit, ia harus menyelesaikan pekerjaannya, dan orang tua Havva pun sangat berterima kasih padanya.

Reqza menatap gadis itu, ia berbisik tepat di telinga gadis itu.
"Hei, bangunlah... dunia masih indah, dan dunia masih memerlukanmu..." Reqza mengusap puncak kepala gadis yang tengah terpejam itu. Kemudian ia tersenyum dan pergi setelah pamit kembali.

Kedua orang tua Havva sangatlah bahagia, disini masih ada pria yang baik, dan masih ada pria yang sangat bersahabat, walaupun ia tak mengenal putrinya sama sekali.

Reqza berjalan, kemudian tersenyum dengan perbuatannya.
"Havva. apakah dia gadis itu grandfa?" Batin Reqza.

***

Lexander,
Langkah kaki panjang berjalan begitu cepat, ia melangkah setelah mengusahakan kepulangannya karena sesuatu hal, adiknya... ya, Reqza butuh bantuannya, setelah menenangkan Lexa dan mengijinkan putrinya untuk tinggal beberapa hari lagi di Swiss dengan ibundanya.

Walaupun berat hati berpisah dengan Lexa, namun Lex harus memilih, karena Lexa baru beberapa hari saja disana. Lexa sepenuhnya di asuh oleh Lexander, dan Jasmine mengijinkannya, hanya saja... jika Lexa menginginkan pulang ke Swiss Lex harus segera mengantarnya, menyusahkan memang, namun demi putri tercintanya, apapun ia akan lakukan.

"Si tukang menyusahkan kemana lagi dia? Dasar merepotkan saja!" Gerutu Lex karena sambungan teleponnya tidak juga di angkat oleh adik bodohnya itu.

"Ayolah Req.. aku sudah jauh jauh sampai disini," Lexander mengeratkan kedua rahangnya.

Lex menunggu jemputan nya, ia sudah menyuruh supir di kantornya untuk menjemputnya di bandara. Ia berjalan santai, sesekali ia melihat jam yang ada di tangannya. Ia menggelengkan kepalanya, Keterlambatan penjemputan membuatnya ingin sekali marah.

REQZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang