REQZA

923 42 3
                                    

Hari kemarin sangat kacau untuk Reqza, istrinya pergi dan dia pun angkat kaki dari rumah, tidak ada yang mengusirnya bahkan Reggie meminta anaknya kembali, namun Reqza tetap pada pendiriannya, Valeria pergi dia pun akan pergi. Dia tidak akan kembali sebelum rumah tangganya baik-baik saja. Lex menyayangkan sikap Reqza yang tidak mau untuk meminta Valeria kembali padanya, ia tetap bersikukuh pergi dari pada berlari mengejar Valeria, memang benar dugaan Lexander, adiknya kurang matang.

Valeria tidak datang ke kantor, Lex yang menghubunginya namun selalu di tolak, Reggie dan Lex sudah mendatangi rumah Valeria namun Veronika mengatakan bahwa anaknya hanya menginap sebentar kemudian pergi lagi. Dia mengemasi barang-barangnya, Reggie mengingat bagaimana ia muda dulu, jika ia meninggalkan Syaggi kini anaknya yang merasakan bagaimana rasanya di tinggal oleh wanitanya, ntah bagaimana jika itu terjadi pada Reggie, mungkin ia akan gila kehilangan cintanya.

Reqza tidak pandai seperti Ogi ataupun Reggie bahkan Lexander. Ia tidak mementingkan membeli hunian, walaupun memang ada niatan hanya saja uangnya masih belum cukup, jika Lex membeli apartement dan rumah mewah milik Ogi dengan hasil jerih payahnya membangun perusahaan besar, Req masih menginginkan hal yang membanggakan lainnya, dengan hasil keringatnya ia yakin semua akan di dapatkan, harta, takhta, dan wanita. Haih, Req tidak mau membuang uangnya untuk hal yang sesaat saja. Tapi kini Req berpikir jika saja ia memiliki satu saja apartement mungkin itu lebih baik dari pada kini ia tinggal di basecame bandnya.

Menyedihkan...
Lahir dari orang tua berada, namun hidupnya malah memilih jalan lain, pikiran Req Dimana, bahkan penulis saja tidak tahu Dimana pikirannya.

"Sudahlah Req, kau pulang dan tinggal lagi di rumahmu yang nyaman, dari pada disini? Ini hanya tempat berkumpul bukan tempat hunian..." ucap Farhan. Membujuk temannya yang terlihat kacau itu.

"Jika aku mau aku bisa masuk dan keluar rumah semau ku,karena memang aku tidak salah apapun, aku hanya ingin Valeria khawatir padaku, seperti aku juga khawatir padanya." Ucap Req yang kini tengah memeluk gitar dengan memetiknya perlahan.

"Kenapa bisa Valeria pergi?" Tanya Roxy.

"Dia meninggalkan aku, ntah apa alasannya aku pun tak tahu, yang jelas aku merasa aku baik-baik saja, bahkan seharusnya aku yang marah padanya karena sudah berlaku jahat, sudahlah jangan tanyakan berlaku jahat apa itu urusan rumahku, kalian tidak perlu tahu yang jelas sekarang Dimana ponselku?" Tanya Reqza yang baru ingat Dimana ponselnya.

"Ya Tuhan! Untuk itu kami mau pamit pulang saja, Req... kami tidak sanggup mencari Ponselmu yang sering kali hilang," Reqza menunduk tidak bersemangat.

"Bahkan temanku saja tidak mau mendengar keluh kesah ku..." ucap Reqza lemah. Farhan melirik ke arah Roxy.

"Kau berkeluh kesah kemudian meminta kami mencarikan Ponselmu Reqza! Aku tak mau!! Aku Mending pergi saja..." ucap Roxy yang lebih dulu kabur dari pada Farhan.

"Kau tidak pergi?" Tanya Reqza pada farhan.

"Akan, bye Req!" Farhan pun pergi Meninggalkan Reqza sendiri. Req menarik napasnya, kemudian berteriak.

"Aku membenci kalian!!!!!" Teriaknya. Roxy dan Farhan saling bertatapan kemudian melanjutkan langkahnya.

"Biarkan saja, nanti dia sembuh sendiri." Ucap Farhan yang kemudian masuk ke dalam mobilnya. Roxy pun mengangguk dan percaya pada Farhan, ia tahu temannya tidak mungkin salah menilai orang yang sedang dilanda stres itu.

Req diam sendiri, ia harus memikirkan bagaimana caranya agar ia tak melupakan Dimana ponselnya, Req merasa ponselnya selalu di dekatnya tetapi karena ia berpindah-pindah tempat duduk, tentu ia sering lupa dengan benda itu.

REQZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang