REQZA

874 36 2
                                    

Bel di gerbang di tekan, tentu yang menekan bukan orang yang sabaran. Anggi segera turun membukakan gerbang, terlihat dari jendela besar yang berada di rumahnya, seorang pria sedang menekan bel terus menerus, Anggi cukup kesal, orang itu pasti yang akan meminta sumbangan, memaksa sekali, pikirnya.

Di gerbang seorang pria tengah menekan bel terus menerus, ia tak akan berhenti sampai orang yang di dalam rumah keluar semua.
"Aku tidak akan berhenti sampai ada yang keluar!" Ucapnya.

Seseorang wanita terlihat keluar membuka pintu ia mengenakan pakaian yang sangat pas di tubuhnya, walau hanya kaos putih dan celana pendek.
"Hei...! Kau membuat keributan saja, rumahku gaduh gara-gara kau menekan bel terus menerus!" Protes Anggi.
"Bisa tolong hentikan menekan bel, aku sudah di depanmu! Apa yang kau inginkan?!" Ucap Anggi yang kesal karena telunjuk pria bodoh itu terus menekan bel.

"Oh maaf, tanganku refleks menekannya, jariku kehilangan arah melihat wanita cantik di depanku.." ucap Reqza yang mulai menggoda wanita di depannya. Anggi menyelidiki wajah pria tersebut, wajahnya tidak asing dan.

"Ya Tuhan! Benarkah itu kau? Kau Reqza William?" Tanya Anggi terkejut. Reqza memasang wajah sok gantengnya. Ia menaikan alisnya dan tersenyum.
"Benar-benar! Aku Reqza pujaan hati wanita..." sorak batin Reqza yang membludak.

"Ya, kurasa tebakan mu benar.." jawab Reqza dengan santai. Anggi tersenyum ia tersipu malu mengingat apa yang di katakan Reqza tadi.

Reqza menyipitkan matanya seolah tahu bahwa wanita tersebut sudah termakan pujiannya.
"Baiklah, ada apa kau kemari? Boleh aku tahu apa yang membuatmu kemari, Req...?" Tanya Anggi lebih ramah.

"Oh jelas, kaki ku terarah Padamu,"
"Maksudku, mataku... mataku terarah pada sebuah tulisan di sebuah majalah, Bahwa rumah indah ini hendak di jual, benar begitu?" Tanya Req dengan santai.

Anggi mengangguk.
"Ya, iklannya memang benar.. rumah ini akan di jual, kami akan pindah rumah," Req mengangguk, ia mengerti dengan pembahasannya.

"Kau tidak menyuruhku masuk? Oh baiklah kita berbincang disini saja" ucap Req.

Anggi menjadi gelagapan.
"Oh maaf Req, aku lupa. Tapi di rumahku sedang tidak ada siapapun, jadi.."

"Oh itu bagus! Eh, Maksudku.. jangan aku tidak enak jika-," ucapan Req terputus karena Anggi menarik tangan Req segera.

"Wow... hmmm, mudah sekali menjadi pria tampan se Asia tenggara, grandfa... apakah dulu kau seperti ini?" Teriak batin Reqza.

Mereka masuk kedalam rumah, Req sampai terengah-engah karena tarikan cepat wanita pemilik rumah tersebut.

"Silahkan duduk, akan aku siapkan minuman untukmu.." ucap Anggi bersemangat. Req mengangguk, dia pun duduk dengan tenang, rumah yang Req datangi sangat nyaman, semua yang menempel sampai dengan cat nya sangat indah, cocok menjadi miliknya, bahkan mungkin pemiliknya juga, ah! Jiwa mesum Reqza menggaruk-garuk.

Reqza merogoh sakunya, lagi-lagi ia lupa untuk kesekian kalinya, ponselnya tak ada di kantongnya, baiklah tidak apa.. daerah rumah ini terlewati oleh taxi, pikirnya.

Wanita pemilik rumah itu datang, kemudian memberikan Reqza minuman yang menyegarkan. Reqza tersenyum, begitupun dengan Anggi.

"Kurasa ini tidak adil, kau sudah tahu namaku, tetapi aku tak tahu namamu, bagaimana ini?" Req menggelengkan kepalanya, terlihat sekali ia benar-benar berubah atas kebebasannya, cara berbicara yang terlihat tenang namun di maksudkan untuk merayu.

REQZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang