REQZA

1.1K 51 6
                                    

Syaggi melihat pemberitaan, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, begitu juga Reggie. Ia seakan malu memiliki anak seperti itu. Tapi ia tidak menyalahkan Reqza saja, mungkin kesalahan pun ada padanya.
"Matikan televisinya.. tidak baik menonton sensasi seperti itu" ucap Reggie. Syaggi segera matikan televisi.

"Sebagai ayah, kau harusnya tahu... anakmu sedang kehilangan arah." Ucap Syaggi dengan pandangan Yg sedih.

Ruang kamar pun menjadi hening.
"Dia Yg menghilangkan arah, dia yang menyesatkan diri sendiri." Ucap Reggie.

Syaggi hanya bisa terdiam. Reggie melarangnya untuk menemui putranya.
"Aku akan menemui Lex," ucap Reggie kemudian pergi begitu Saja. Syaggi hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa, anaknya semakin hilang kendali dan ia hanya bisa berdoa agar Req kembali sadar.

Valeria berada di apartement temannya, ia mengidap disana sampai paspornya selesai, namun setelah di tunggu ternyata paspornya bermasalah.
"Valeria, kurasa kau tak bisa pergi ke luar negri untuk saat ini, paspornya bermasalah, tunggulah sampai masalahnya selesai"

"Masalah apa?"
"Kurasa tidak ada masalah?!" Tanya Valeria yang jadi bingung.

"Ntahlah, tadi aku kesana dan paspor perpanjangan memerlukan waktu"

"Alasan!"
"Yasudah, aku akan menginap lebih lama disini!" Ucap Valeria.

"Sesukamu, aku besok akan pergi ke rumah mertuaku, kau tinggal saja disini." Ucap teman Valeria bernama angel.

"Baiklah," jawab Valeria.
Dalam hati Valeria ia ingin segera pergi dari sini, ia tak akan kuat jika berlama-lama berdekatan di kota yang sama dengan Reqza. Terlebih ia terkenal, semua akan memperhatikan dia.
Valeria merasa perutnya sudah berbunyi, ia perlu mengisinya.
Ia melangkah menuju lemari es dan mencari beberapa makanan yang pantas ia makan, namun ternyata lemari es milik temannya itu kosong tidak Ada makanan.

Valeria menghela napasnya, tidak heran. Temannya lebih sering makan di luar, dan apartemen ini jarang sekali di tinggali. Valeria bergegas. Ia akan mencari makan di luar saja dan berbelanja keperluannya.

Reqza terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia segera sarapan dan tanpa mandi terlebih dahulu. Tidak ada wanita lagi saat ia terbangun, harinya akan semakin bebas karena kini ia berstatus sebagai seorang duda muda.

Di rumah barunya tidak ada seorang pelayan, Reqza belajar semuanya sendiri. Sarapan hari ini hanya dengan telur mata sapi saja.
"Kurasa aku perlu belanja, ya... belanja telur atau sayur mayur yang bisa aku kenyang." Ucap Reqza.

Selepas mengisi perut ia bergegas membawa mobilnya untuk berbelanja. Tidak ke pasar namun ke supermarket. Req baru menyadari sesuatu. Bahwa ini sudah bukan pagi lagi, melainkan siang hari.
"Oh!! Sungguh aku malas sekali rupanya.." ucap Reqza menggeliat di dalam mobilnya. Req berjalan menuju super market langganan Valeria. Mengapa ia kemari, karena ia sudah hapal segala letak sayuran, dan bahan-bahan makanan disana, jadi Reqza tidak perlu berkeliling lagi.

Semua ricuh ketika Reqza datang, ada yang meminta fotonya,, dan meminta foto bersama dengannya.
Req yang ramah menginjinkannya.
Semua terlihat bahagia.
"Boleh aku berbelanja?" Tanya Reqza.

"Silahkan Req, kau berhak sekali." Reqza mengangguk. Ia berjalan, membawa troli dan menggiringnya. Ia mengambil bahan makanan yang memang di perlukan olehnya, kemudian sereal dan lain-lain.

Valeria tengah memilih sayuran, ia mengingat sekali saat-saat Reqza memilih sayuran untuk ia makan. Req berjalan menuju ke tempat sayuran berada, namun langkahnya terhenti ketika melihat seseorang disana.

"Valeria..." ucap Reqza dalam hatinya. Req menarik napasnya, ia ragu melangkah ke arah dan tujuan selanjutnya.

Valeria tersenyum melihat sayur-sayuran segar di depannya, Req mengerutkan dahinya.
"Dia membayangkan aku, memangnya aku ulat??!" Batin Reqza kesal.
"Eh Req, kau jangan berburuk sangka, mungkin saja pria baru Valeria mirip dengan ulat. Ya... kurasa seperti itu, tidak mungkin seorang wanita yang sudah menceraikan suaminya masih membayangkan suaminya yang jelas tampan rupawan begini.. sudahlah, maju saja Req! Tidak usah sungkan..." Reqza mengeratkan genggamannya pada pegangan troli. Ia mendorongnya perlahan, dan Valeria sadar ada orang yang datang. Valeria kemudian mengambil sayuran hijau yang pegang nya.

"Permisi," ucap Reqza ramah.

"Oh, ya.. silah-," Valeria menoleh dan ternyata. Wajahnya berubah, ia menjadi tidak ramah.

Valeria hendak pergi, ia mendorong troli nya, ia berharap sekali Req mencegahnya namun kenyataannya adalah, Req tidak mencegahnya sama sekali.
"Pergi, memang kebiasaan barunya. Bahkan tanpa pamit." Gerutu Reqza yang di dengar Valeria.

Valeria melirik Reqza, kemudian memalingkan pandangannya kembali. Req mengambil sayuran. Kemudian mendorong troli dengan cepat, ia mencari sosok Valeria, ternyata Valeria berada di Conter sabun. Req memutar arah, seolah Req secara kebetulan bertemu dengan Valeria.

Req mendorong trolinya perlahan dan sengaja menubruknya.
"Duh, maaf-maaf." Ucap Reqza yang pura-pura menatap layar ponselnya.

"Liat-," ucapan Valeria terhenti. Mereka saling menatap.
"Makanya liat-liat! Jangan maen Hp terus!" Protes Valeria.

"Inget status ya, bukan istri lagi Kan? Jadi tak perlu kau mengatur ku" jawab Reqza.
"Kecuali ya memang masih sayang..." Valeria membelalakan matanya. Reqza sangat jelas mengucapkan kata-kata itu, ia tersenyum puas di akhir kalimatnya.

"Jangan banyak berharap!" Ucap Valeria kemudian pergi dari hadapan Reqza. Reqza tersenyum, ia tahu pasti masih ada perasaan hinggap disana.

"Yang benar saja masih sayang? Enak saja dia bicara seperti itu, jelas ada.. tetapi rapuh karena kekecewaan, memangnya mudah mengembalikan rasa kecewa menjadi rasa bangga? Tidak! Aku sebal padanya... aku mengingat sekali wajahnya ketika berciuman dengan Havva...!" Gerutu kesal dalam batin Valeria.

Req tak menghiraukannya lagi, tidak berusaha menganggu juga. Ia sudah berbelanja keperluannya dan beberapa bahan makanan, waktunya ia membayar apa yang sudah ia beli. Req mengantre di kasir. Beberapa memperhatikan, tanpa di sadari di kasih sebelah Valeria berada.

Ponsel Req berdering keras, ia segera mengangkat panggilan di ponselnya, ternyata Havva. Req memiliki ide cemerlang.
"Hallo, ya sayang?" Tanya Req dengan suara yang lantang. Valeria memutar bola matanya. Req terlihat kampungan sekali.

"Hah! Mulai lagi Kan? Kau gila Reqza!! Apa tadi aku sedang mandi kau menghubungiku? Apa itu penting?" Tanya Havva.

"Oh tentu aku rindu, sayang. Masa iya aku tidak Merindukanmu, aku sedang berbelanja.. kau masakan untukku ya, nanti aku akan menjemputmu." Ucap Req kemudian.

"Reqza! Rindu apa maksudnya? kau mabuk lagi? Bagus.."
"Sudahlah tutup teleponnya, malas aku!"

"Yasudah kau siap-siap saja ya, nanti aku akan jemput. Dah sayang, Havva aku mencintaimu." Ucap Reqza dengan lembut. Padahal sambungan teleponnya sudah di matikan oleh Havva.

Hati Valeria Panas, namun ia tetap tenang. Baiklah, mungkin Req hanya memanas-Manasi saja, ia harus bersikap santai.
Req menoleh, kemudian tersenyum sambil berkomat-kamit tak jelas, yang pasti ia mengatakan
"Sudah move on!" Ucapnya. Valeria mendelik kesal, sebal dan benci padanya.

"Brengsek! Dia benar-benar kekanak-Kanakan sekali!" Ucap Vale.

Valeria keluar lebih dulu, ia tak mau tahu lagi tentang Reqza, ia berjalan cepat agar Req tidak mengetahui Dimana dia tinggal, pastinya Reqza tahu jika Valeria tidak akan mungkin tinggal di rumah ibunya, ataupun rumahnya.

Req menatap kepergian Valeria, melihat dia penuh amarah, dan menampakkan kekesalann padanya cukup berarti bagi Reqza. Hanya saja sikapnya yang tidak mau intropeksi diri membuat Reqza pun kesal pada Valeria. Bahkan hal yang membuat ia kesal adalah kenapa Valeria tidak mau memiliki keturunan dengannya.

Req menarik napasnya lagi, luka hati karena tidak mendapat apa yang ia inginkan merasuki pikirannya kembali. Req terkadang normal sendiri, bahkan sering Eror tiba-tiba.
"Kau akan benar-benar sakit hati ketika aku memiliki istri lagi, dan keturunan yang sudah sejak lama aku inginkan, Valeria." Batin Req.

REQZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang