DBR

614 33 1
                                    


Req berada di panti asuhan, ia sedang berbincang dengan pengurus panti, dan bernegosiasi mengenai keinginannya untuk mengasuh seorang putra, atau putri.. ntahlah yang jelas ia inginkan seorang anak.

Valeria tersenyum, ia akhirnya menyetujui ide ini, walaupun Reqza tak yakin dengan keputusannya, terlebih Valeria memang kurang menyukai anak kecil.

"Req, aku ingin mengurus anak dari bayi..." pinta Valeria. Req tersenyum, kemudian berbisik.

"Hey, kau pengalaman tidak? Kau bisa mengurusnya tidak?! Aku saja bingung harus bagaimana nantinya kalau mengurus bayi..." bisik Reqza.

"Hey juga Req! Dengar, jika dari bayi tentu kita bisa membentuk anak kita, aku tak mau ya anak kita nanti jadi sepertimu, dia suka main-main dengan wanita!!" Tunjuk Valeria pada calon suaminya itu.

"Idih!! Kau ini, tentu dia akan main dengan wanita...! Kau wanita bukan?! Heran aku.." ucap Reqza sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya denganku, bukan itu maksudnya!!"
"Ahhh, yasudahlah bagaimana kau saja.." jawab Valeria dengan pasrah.

"Nah, bagaimana jika...."

"Ekhem!!!"
"Maaf tuan Reqza, jadi menurut saya baiknya mengurus bayi saja, setidaknya kalian berlatih.. bagaimana?" Tanya ibu kepala pengasuhan panti asuhan.

"Boleh, biar Valeria belajar menjadi seorang ibu. Rasanya itu tidak buruk.." jawab Reqza sambil tersenyum pada Valeria.

"Baiklah, mari... disini ada dua bayi, mereka disini karena keterbatasan biaya dari keluarga mereka, dan yang satu lagi.. kami menemukannya di depan panti Asuhan. Entahlah siapa yang tega dengan bayi tanpa dosa di buang begitu saja."

Reqza dan Valeria saling memandang.
"Boleh kami lihat..?" Tanya Valeria.

"Iya, kami ingin melihatnya..." ucap Reqza yang antusias.

Kepala panti asuhan pun mengajak Reqza dan Valeria menuju ke sebuah ruangan, dimana Bayi tersebut berada. Req dan Valeria melewati  luasnya Panti Asuhan itu, pandangan Req tertuju pada seorang anak Laki-laki yang duduk di taman, dia termurung, dan tak bergabung bermain dengan teman sebayanya.

Anak laki-laki tersebut menggunakan kaos berwarna biru, dia tak berekspresi apapun, dia hanya diam. Entah mengapa ia tertarik dengan anak laki-laki itu.

"Dia baru datang, kedua orangtuanya meninggal kecelakaan, kakaknya di asuh oleh pamannya, sedangkan dia.. dia malah di kirim kesini, katanya mereka tidak mampu, namun setelah kami gali informasinya, ternyata mereka menganggap anak tersebut pembawa sial, kami merasa bahwa seorang anak tak pernah membawa sial, mungkin keluarganya terlalu kekih padanya.." ucap kepala pengasuh.

Melihat Anak tersebut, ia mengingat seseorang. Lex! Dia sepertinya, diam dan pemurung, Reqza tersenyum, dan Valeria menangkap senyuman itu.

"No!"
"Kau tidak dengar? Anak itu katanya membawa kesialan, tidak Req.. aku tak mau terjadi sesuatu padamu..." ucap Valeria khawatir.

"Astaga, Valeria!! Tidak ada yang seorang anak membawa sial, sudah ya... kita lihat bayinya." Ucap Reqza.

Mereka pun berjalan kembali. Namun batin Reqza tetap memilih anak laki-laki itu, ia terus memikirkannya. Baginya tak ada salahnya jika mengasuh dua anak, hmm.. seharusnya di usianya sekarang ia sudah memiliki delapan anak dengan Valeria, ya.. namun mau bagaimana lagi..

Req menggendong seorang anak bayi perempuan, dia cantik. Valeria menyukainya, dan lagi-lagi, Req merasa bahwa kulit Valeria berduri, bayi itu tak nyaman di gendong oleh Valeria.

"Berhenti berkata bahwa kulitku berduri, Reqza!! Pegang saja, ini lembut!" Ujar Valeria kesal. Reqza tertawa...

"Baiklah, kau belum satu hati saja."
"Jadi menurutmu bagaimana, aku ingin bayi perempuan ini, dan juga satu anak laki-laki yang kulihat di taman tadi, bagaimana menurut anda nyonya?" Tanya Reqza.

REQZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang