#Author_pov"Hai". sapa seorang anak yang bernama Vira tadi. "Juga". Respon Unaiyah. "Gue pikir lo orang sini ternyata orang Ambon. Bukan Robi aja yang bingung gue juga bingung habisnya lo beda banget sama karakter orang Ambon".
Kata Vira dengan takjub. "Hehehe, kan gue udah bilang tidak semua orang Ambon itu kulitnya hitam dan rambutnya keriting". Kekeh Unaiyah. "Loh kok bisa yah". Tanya Vira. "Yah mungkin karena mereka kebanyakan menikah dengan orang bugis juga makanya putih dan ada juga yang dari pernakan-pernakan gitu, memang sih bapak gue itu item tapi gue ikut mama yang putih dan rambutnya juga lurus, jadi gini deh hasilnya Hehehe". Kekeh Unaiyah dengan senyum jahilnya yang tidak direspon sama sekali oleh Vira.
"Aduh lo nggak konek banget sih". Kesal Unaiyah pada Vira. "Kok gue udah terbiasa yah pakai logat lo gue, lo gue kayak di film aja". Batin Unaiyah.
"Ok anak-anak kelompok kemarin yang belum selesai presentasinya maju ke depan kita selesaikan hari ini juga". Kata bu Mira menyadarkan Unaiyah dari lamunannya.
"Kelompok gue yang kemarin cepat angkat kursinya kita presentasi". Ucap wanita itu dengan nada yang tinggi. "Tidak Usah Novi maju ke depan bacakan saja kesimpulannya ibu buru-buru materi nih". Ucap bu Mira penuh penekanan.
"Huh dasar sombong". Kesal Vira. Unaiyah bingung dengan ucapan Vira yang tertuju pada bu Mira atau Novi. "lo bilang siapa sih". Ucap Unaiyah sambil menatap Vira. "Itu loh Novi sok pinter di depan banyak orang terutama Fardin murid baru itu". Kesal Vira sambil matanya melirik Fardin."Jadi murid baru yang di omongin itu mayat hidup tak berekspresi dan namanya Fardin". Batin Unaiyah. Unaiyah tidak lagi menanggapi perkataan Vira ia lebih fokus pada pelajaran di depan bagi Unaiyah ilmu sangatlah penting."Jadi itulah kesimpulan dari materi kami kemarin jika ada saran, tanggapan, dan pertanyaan kami persilakan". Kata Novi dengan gaya centilnya.
"Saya ingin menambahkan sedikit kesimpulan yang tadi dibacakan oleh Novi". Kata Fardin yang langsung berdiri. "Iya silakan". Ucap Novi dengan memamerkan senyuman termanisnya.
"Seorang sejarawan harus bisa jeli dalam meneliti suatu peristiwa. Jika tidak, semua khalayak umum akan beranggapan bahwa informasi sejarah tersebut tidak masuk akal dan minat mereka pun berkurang untuk mempelajari ilmu-ilmu sejarah. Itu saja yang dapat saya sampaikan terimakasih". Kata Fardin yang membuat semua siswi di kelas itu matanya berbinar-binar kecuali Unaiyah. "Aduh.. Udah tampan pintar lagi". Puji Vira. Tapi mendapatkan tatapan bingung dari Unaiyah. Bagi Unaiyah itu hal yang biasa karena ini Jakarta yang membuat Unaiyah berfikir bahwa di Jakarta laki-laki maupun wanita semuanya pintar-pintar dan selalu bersaing dalam ilmu pengetahuan.
"Lo suka sama mayat hidup itu"? Kekeh Unaiyah sambil menatap Vira dengan senyum jahilnya. "Maksud lo Fardin"? Tanya Vira. "Ya ialah terus siapa lagi". Kesal Unaiyah. "Enak aja lo ngomong ganteng itu dibilang mayat hidup. Lagian gue nggak suka sama dia, noh sana Novi yang cinta mati sama dia. Gue cuma ngefens". Bela Vira. "Ngefens sama suka itu sama aja artinya". Bantah Unaiyah. "Beda titik". Kata Vira tidak mau kalah. "Terserah lo deh" Ucap Unaiyah sambil mengangkat tangannya ke atas dan semua mata tertuju padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA YANG SEDERHANA TAPI ISTIMEWA
RomanceUnaiyah adalah seorang anak pindahan dari Ambon yang mendapatkan beasiswa di jakarta. Ia Menyukai Kelvin kaka kelasnya yang pernah membantunya tapi ternyata Kelvin menyukai temannya Vira. Unaiyah selama sekolah di jakarta ia selalu di ganggu oleh Fa...