"Apa! Ke rumah sakit? Ngapain lagi sih lo ke rumah sakit?" Protes Alice saat Putri mengajaknya untuk ikut pergi ke Rumah sakit.
"Aku mau cari dokter yang waktu itu bareng kak Davanka Lice, aku pengen tanya soal kak Davanka," jawab Putri.
"Dokter siapa?"
"Dokter...."
Putri berpikir keras berusaha mengingat nama dokter itu.
"Tuh kan, lo ajah ga inget namanya. Gimana nyarinya coba? "
"Kita kesana dulu ajah lice, aku masih ingat kok mukanya. Kali ajah nanti kita ketemu kan," paksa Putri.
"Enggak ahh, gw gamau! Gw udah ada janji sama orang," tolak Alice.
"Ahh, Alice... Ayo dong,"
"Enggak! Pokoknya enggak. Lo ga boleh pergi kesana!"
Putri menundukkan kepalanya menyerah membujuk seorang Alice yang teguh pendirian, harapan nya saat ini hanya... semoga Davanka baik-baik saja.
"Yaudah deh lice, kalo gitu aku juga mau ke masjid dulu ya." Pamit Putri.
"Iya, gw juga mau cari si Apit dulu. Nanti kita ketemu di warung buk Admin ajah ya" seru Alice yang di angguki oleh Putri.
Disana mereka pun berpisah,
****
Putri masih terduduk di atas sejadahnya dengan masih menggunakan mukena yang lengkap, ia terus berdoa agar ia bisa segera di beri petunjuk dimana keberadaan Davanka.
Entah kenapa Putri merasa sangat mengkhawatirkan Davanka,
Bagi nya, Davanka adalah sosok lelaki hebat yang selama ini selalu menjaga nya, membimbing nya jika ada tugas yang sulit dan selalu memberikan cahaya semangat saat ia mulai letih dengan semua tugas kampus nya.Ada sesuatu yang jatuh ke pipinya, Putri pun mengusapkan telunjuknya.
Apa aku menangis?
Gumam Putri setelah melihat cairan bening di jari telunjuknya." wahai Allah, yang maha mengetahui.. berikan lah petunjuk mu, tunjukan dimana keberadaan kak Davanka, buat lah dia kembali dalam keadaan sehat wall afiat, sesak sekali ya Rabb, kenapa sulit sekali hati ku tenang, aku sangat mengkhawatirkan nya, aku takut sesuatu terjadi pada nya... oh Allahh, dimana pun dia berada saat ini, kumohon, jagakan lah dia selalu untuk ku."
****
Setelah selesai melaksanakan shalat Dzuhur nya, Putri pun kembali memakai sepatunya untuk pergi menjumpai Alice dan Apit yang saat ini pasti sudah menunggunya.
"Sudah selesai shalatnya," suara itu membuat Putri mengangkat wajahnya.
"Ng- kak Fahmi?" Sebut Putri pelan.
"Assalamualaikum kak Fahmi," lanjutnya."Waalaikumsallam," jawab Fahmi tersenyum sambil mengusap puncak kepala Putri lalu duduk di sebelahnya.
Putri Refleks menggeser duduknya agak menjauh dari Fahmi, lagi-lagi Fahmi hanya tersenyum melihatnya.
"Boleh saya bicara sebentar sama kamu?" Kata Fahmi meminta izin.
"Soal?"
Fahmi diam sejenak.
"Davanka" lirihnya.Putri pun mengangguk paham, pasti soal cinta segitiga Fahmi, Vira dan Davanka. Pikir Putri.
"Saya juga mau jelasin soal kemarin, tapi sebelum itu... saya ingin cerita soal Davina dulu,"
Putri mengerutkan keningnya, nama Davina sepertinya tak asing baginya, Putri seperti pernah mendengar nama itu. Tapi ia tidak ingat siapa itu.
"Adiknya Davanka," jelas Fahmi memahami wajah bingung Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
General FictionHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...