Putri berjalan pulang menyusuri jalan dengan keadaan kacau dan brantakan. ia terus memegangi kerudungnya yang basah dan kotor, Putri juga memegangi hijab yang sengaja ia kaitkan agar wajahnya tetap tertutup, karna cadar yang ia gunakan hilang entah kemana.
Pikirannya terus menjalar pada kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu, isak tangisnya tak mampu ia tahan lagi, air mata nya tak mampu lagi ia bendung. Putri benar-benar merasa sangat hancur.
"Put! Kamu kenapa? Ada apa?"
Putri terkejut saat tiba-tiba seorang wanita memegang pundaknya, ia terbayang akan Vira yang beberapa saat lalu juga mencengkram bahunya.
Saat melihat ternyata gadis itu adalah Farah, saat itu pula Putri pun langsung memeluknya sambil menumpahkan semua air matanya.
Farah yang melihat keadaan Putri seperti itu langsung membalas pelukan Putri sambil mengusap punggung nya. ia membiarkan Putri tenang dulu sambil menuntunnya berjalan ke arah mobil Rio. Farah juga meminta Rio untuk menunggunya di luar dulu sampai Putri merasa cukup tenang.
"Tenang ya, Put. Kamu aman di sini," kata Farah sambil memberikan botol air minum.
"Far, tolong anterin aku ke panti." Pinta Putri.
Farah tak berani bertanya, terlebih pakaian Putri juga basah, saat itu juga lah Farah langsung meminta Rio untuk segera menjalankan mobilnya dan mengantar Putri pulang.
Skip
Lepas kejadian itu Putri tak lagi masuk kuliah.
Davanka mencarinya kesana kemari ke setiap sudut kampus namun tak menemukan keberadaan Putri, bahkan Putri juga mematikan ponselnya, membuat Davanka tak bisa menghubunginya."Alice!"
Alice menoleh ketika di panggil oleh Davanka.
"Kamu lihat, Putri?" tanya Davanka kemudian.Alice dan Apit saling pandang bingung.
"Kak Davanka enggak tahu?" Alice balik bertanya."Tau apa?"
"Putri,,"
"Farah!"
Davanka memanggil Farah yang tengah berjalan bersama Rio.
"Sebentar ya, lice. Saya tanya ke Farah dulu."Davanka segera berlari menghampiri Farah.
Farah langsung mengerti, ia dan Rio kemudian mengajak Davanka pergi ke cafe dekat kampus agar bisa bicara sambil duduk.
"Putri ambil cuti." kata Farah.
Tentu saja hal itu membuat Davanka sangat terkejut.
"Enggak mungkin! Kok dia tidak bilang ke saya." Davanka tak percaya.
"Beberapa hari yang lalu, ada yang nge-bully Putri.."
Farah pun menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Putri mengatakan bahwa ia sudah tau bahwa Davanka yang telah membayarkan hutang Gaby separuhnya, Bahkan Putri juga tau bahwa gadis yang terbaring di rumah sakit bukan lah gadis pemilik jantung Davina.
"Dan yang paling berat Putri katakan, bahwa dia tidak ingin berhubungan lagi dengan kak Davanka."
Kata-kata terakhir Farah membuat Davanka terkejut bukan main, saat itu juga ia langsung berlari keluar dan pergi ke panti asuhan tempat Putri tinggal.
*
"PUT! PUTRI.. KELUAR PUT. KITA HARUS BICARA! KAMU TIDAK BOLEH LARI BEGITU SAJA! BERI AKU KESEMPATA UNTUK MENGATAKAN YANG SEBENARNYA! PUT!"
Davanka berteriak di luar gerbang.
Tak lama Gaby membuka pintu pagar, Davanka langsung menghentikan teriakan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
General FictionHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...