Setelah usaha dan kerja keras nya selama ini, Putri dan Gaby menghitung uang nya yang ternyata masih belum cukup untuk membayar semua hutang Gaby.
"Emang masih kurang banyak?" tanya Davanka yang tengah berkunjung ke panti asuhan.
Putri dan Gaby mengangguk bersamaan dengan wajah lesu.
"cari uang itu ternyata sulit ya," Putri tersenyum miris.
Davanka pun merasa iba pada dua gadis itu.
"Gini ajah deh, gimana kalau kita kasihin dulu uang ini, anggap aja sebagai jaminan bahwa Gaby tidak akan lari lagi. Siapa tau kita di kasih negosiasi," Davanka memberikan usul.
Gaby merasa tak yakin dengan rencananya, ia takut para penagih hutang itu bisa menemukan tempat tinggal baru nya lalu kembali menghancurkannya seperti yang mereka lakukan pada tempat kerjanya dulu.
"Kamu tenang ajah, Gab. Mereka tidak mungkin melakukan hal yang sama setelah kamu membayar separuh hutang mu." kata Davanka menenangkan ke khawatiran Gaby.
Gaby, akhirnya mau melakukan apa yang Davanka usulkan.
Mereka pun pergi ke tempat pada debtcollector untuk bernegosiasi.
Di hadapan mereka saat ini ada seorang lelaki berkemeja ungu, menggunakan mantel bulu di leher nya juga memegang kipas, dia adalah pimpinan rentenir.
"Saya baru bisa bayar separuhnya, sisanya, saya akan berusaha lebih keras lagi untuk segera melunasi semuanya. Tolong, beri saya waktu untuk mengumpulkan uang nya." tutur Gaby menaruh amplop berisikan semua uang yang dia miliki.
Pemimpin para rentenir itu mengambil amplop tersebut dan menghitungnya kemudian kembali menaruhnya.
"Hmm, baru bisa bayar separuhnya ya?" Kata lelaki itu berlogat waria pada umumnya,
Lelaki itu melirik pada Davanka yang sudah memberikan tatapan kode kepadanya. Lelaki itupun mengerti.
"Oke, karna si pemilik hutang aslinya juga sudah mati, mau bagaimana lagi. Kami juga sudah menyita rumah mu beserta isinya, jika kami terus mengejar kamu nanti yang ada kami malah bisa ketahuan sama polisi." Lelaki itu bicara dengan sambil memalingkan wajah.
"Maksudnya gimana, koh?" tanya Gaby tak mengerti.
"Ya maksud eyke, hutang you, LUNAS!"
Gaby dan Putri terkejut bukan main.
"APA?!" Pekik ke dua gadis itu bersamaan."Masih kurang jelas juga? Eyke tidak mau di anggap kejam karna terus-terusan kejar you. Nanti yang ada malah eyke yang di kejar balik sama polisi, jadi kita akhiri saja semuanya sampai disini." terang pria itu.
"Tapi kan hutang saya masih ada separuhnya lagi? Masa lunas gitu ajah? Kalian tidak merencanakan hal macam-macam kan?" Gaby mulai curiga dengan kebaikan pria itu.
"Ihh, you jangan suudzon begitu dong, lagi pula separuh hutang you itu cuma bunga-nya doang. Jadi, yasudahlah, anggap saja itu sumbangan dari eyke buat kedua adik you."
Mendengar hal itu tentu saja Gaby dan Putri langsung kegirangan bukan main, perjuangan mereka selama ini tidak sia-sia.
"Alhamdulillahh, ya Allah, kak Davanka, Gaby akhirnya bebas" Putri dengan girang tanpa sadar menggenggam tangan Davanka.
Davanka hanya diam, sementara Putri yang sadar akan kenalakan tangannya segera beristighfar sambil meminta maaf kepada Davanka.
"Ada saat nya nanti, tangan kita akan bergenggaman dengan leluasa. Tanpa dosa, mata kita akan bertatapan penuh rasa, dan kamu akan berada dalam dekapan ku melepas setiap keluh kesah yang ada. Berdoa lah, semoga Allah mempersatukan kita berdua"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
Ficción GeneralHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...