Titik terang atau gelap?

22 8 0
                                    

Putri memperhatikan Gaby yang tengah mengusap kedua Adiknya yang sudah terlelap.

Jelas sekali Gaby menangis, ia menutup rapat mulutnya agar suara isak tangisnya tak terdengar.

"Ga boleh ngintip tauuu, ga baik."

Putri menoleh pada sumber suara yang ternyata berasal dari Arin.

"Arin, ngagetin ajah. Shttt, jangan brisik ya, nanti Gaby denger." ucap Putri.

Arin menyorong pada kan wajahnya melihat Gaby.

"Kamu kenapa sih bawa dia kesini?"

Putri terbelalak karna Arin berucap begitu keras. segeralah ia tarik Arin agar menjauh dari kamar Gaby.

"Kenapa sih?" Arin meronta.

"Rin, kamu ga boleh ngomong gitu dong. Kalo Gaby denger gimana?" Putri bicara pelan.

"Biarin ajah. Biar dia sadar apa yang udah dia lakuin ke kamu. Tidak tau malu!"

"Gaby udah sadar soal itu kok, dia juga udah minta maaf."

"dia minta maaf karna dia membutuhkan bantuan kamu. Dia enggak benar-benar menyesali kesalahan nya. Dia hanya memanfaatkan kamu agar kamu mau membantunya."

"Arin, kamu enggak boleh begitu ahh. Gak baik tau mendendam seperti itu."

Arin memutar bola matanya malas.

"Terus rencana kamu gimana? Kamu mau para debt colector itu grebek seisi panti ini, kaya mereka grebek tempat kerjanya Gaby?"

"Aku udah pikirin cara, aku mau kerja sampingan. Aku mau adain pameran lukisan sama tempat berfoto. Setelah ujian akhir tahun selesai aku akan bantu Gaby mengumpulkan uang untuk membayar hutang keluarganya."

Arin melongo, setelah apa yang Gaby lakukan kepada Putri. Putri masih mau membantunya.

"Kenapa jadi kamu yang susah payah?"

"Dia teman ku. Aku ingin bisa menjadi temannya, teman sudah seharusnya membantu kan?"

"Dari pada susah kerja, kenapa enggak minta bantuan saja ke Abi mu?"

"Rin, aku gak mau melibatkan kedua orang tua ku. Kamu tolong jaga rahasia ya."

Arin menghela nafas nya malas. Namun ia tetap menuruti permintaan Putri.

tanpa mereka sadari rupaya Gaby sudah berdiri di balik tembok dan mendengar percakapan mereka.

Gaby segera pergi ke kamarnya lalu menangis. Gaby sama sekali tak menyangka kalau Putri akan seberusaha itu membantunya membayar hutang, Padahal selama ini Gaby amat sangat membencinya bahkan berlaku kasar pada Putri.

"Maaf-in gue,Put. Gue berhutang budi sama lo. Lo udah selamatin kedua adik gue. Sekarang lo bahkan mau membantu gue bayarin setiap hutang gue. Gue janji put, setelah ini gue akan berusaha menebus kesalahan gue dengan cara apapun."

SKIP

Akhirnya Putri memberitahukan rencananya pada Alice, Apit dan Davanka.

Namun ada sesuatu yang Putri lupakan, itu tentang lamaran Arif. Putri berjanji akan segera menjawab lamaran Arif, namun di karenakan kesibukannya mengurus ujian maka Arif memberinya waktu sampai masa ujian berakhir. Tapi ternyata Putri malah melupakan nya karna masalahnya Gaby.

di tengah Rencananya menyiapkan pameran kampus tiba-tiba Putri yang tengah berjalan dengan Apit di hadang oleh Arif.

"Assalamualaikum," ucap Arif.

"Waalaikumsallam," jawab Putri.

Arif melirik pada Apit yang tak menjawab salam nya. Namun ia ingat bahwa Apit mungkin tak akan pernah menjawabnya.

"Kamu sibuk akhir-akhir ini? Bisa kita bicara berdua?" Pinta Arif.

Putri melirik pada Apit sejenak.

"Emm, maaf Arif. Kita bisa ajak Apit sekalian gak? Soalnya enggak enak kalo cuma bicara berdua." kata Putri.

"Kenapa tidak bisa bicara berdua dengan ku? Aku kan calon mu? Dan kenapa kamu bisa jalan berdampingan dengan dia selalu? Meski tingkahnya seperti perempuan, tapi dia tetap bukan mahrom mu."

Putri terbelalak dengan ucapan Arif. Jelas, Putri tak pernah berduaan dengan Apit. Mereka selalu bersama dalam keramaian.

"Astaghfirullahh, Arif. Apa kamu menuduh aku melakukan hal seperti itu? Aku sama Apit hanya teman."

"Teman? Berapa teman kafir mu? Pria ini, Alice, dan sekarang bahkan kamu menampung seorang kafir lagi dalam panti asuhan islam mu. Kamu tertarik untuk bergabung dengan mereka?"

Putri merasa dadanya sesak mendengar setiap kata-kata Arif.

"Dan kamu anggap aku ini apa? Apa kamu sengaja menggunakan cadar mu sebagai kedok untuk mengelabui aku?"

Brukk..
Putri menjatuhkan kardus berisi lembaran kertas yang di pegang nya, kemudian berjalan mendekati Arif.

"Untuk pertama kali nya kamu menunjukan jati diri kamu, Rif. Saya tersinggung dengan setiap ucapan kamu. Dan saya bersyukur saya belum sempat menerima pinangan kamu. Perlu kamu ketahui saya tidak akan pernah melepaskan semua teman saya yang kamu sebut kafir itu. Mereka jauh lebih baik dan lebih bisa menghargai orang lain di banding kamu yang merasa sudah menjadi orang salih."

"Dengan ini, saya Nafisah Putri. Saya menolak lamaran kamu. Apit menjadi saksinya."

Setelah mengatakan itu Putri segera bergegas pergi di ikuti oleh Apit.

*****

"Alice, gue punya beberapa lukisan di rumah. Ini gue bawa buat di sumbang.."

Farah datang dengan dus berisri lukisan kecil, tiba-tiba Alice berdiri dan mendekat ke arah Farah.

"Saudara lo itu udah keterlaluan tau!" Kata Alice.

"Maksudnya?" tanya Farah tak mengerti.

Alice pun menarik Farah agar menjauh dari Putri yang masih tengah terpuruk. Alice menceritakan apa yang terjadi antara Arif dan Putri.

Setelah Alice menceritakan apa yang terjadi Farah pun langsung pergi mencari Arif.

*****

TBC

Pendek ya?
Alhamdulillahh masih bisa kelar 😁
Makasih buat Readers setia yang selalu nungguin kelanjutan ceritanya. Semoga suka. Mohon maaf typo bertebaran dimana-mana 🙏

My Story With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang