Putri sudah berada di sebuah Cafe yang ada di dekat kampusnya, sebelumnya ia sudah mengabari Farah kalo kelas nya telah selesai.
Tak menunggu waktu lama Farah pun datang bersama Arif.
"Assalamualaikum," ucap Farah dan Arif serentak.
"Waalaikumsallam." Jawab Putri refleks berdiri,kemudian mempersilahkan keduanya Duduk.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi sudah memperhatikan, lebih tepatnya memperhatikan Putri.
Lelaki itu adalah Davanka. Davanka yang awalnya memiliki niat untuk menghampiri putri, langsung mengurungkan niatnya ketika melihat kedatangan Arif bersama Farah yang terlihat begitu serius bercakap dengan Putri.
Putri juga nampak tertunduk malu-malu saat Arif berbicara.
"Ngobrolin apa sih?" Bisik Davanka entah pada siapa.
Ia terus mengintai ke tiga junior nya itu dari balik tiang listrik yang berada di sebrang Cafe. Putri duduk tepat di samping jendela kaca, alhasil Davanka bisa melihat jelas gerak gerik nya.
"Dav, ayo. Kelas kita bentar lagi mulai," ajak seorang lelaki menepuk pundak Davanka.
"Eh, iya. Ayo" sahut Davanka sejenak melirik Putri sambil membatin.
"Nanti gue tanya langsung ajah deh,"*****
Setelah kelas nya bubar Davanka segera berlari menuju warung bakso bi Mimin, tempat yang biasa di gunakan Putri bersama teman-temannya mendiskusikan soal tugas.
Namun, kali itu Putri tidak ada disana. Hanya ada Alice dengan dua teman perempuan nya yang tak Davanka kenali.
"Lice, liat Putri ga?" Tanya Davanka.
"Ke Gramedia sama si bencong!" Jawab Alice menoleh sebentar lalu kembali mengalihkan pandangan nya pada ke dua temannya.
"Oh,yaudah. Makasih ya!" Kata Davanka lalu segera berlari menuju parkiran untuk mengambil motor.
****
"Jadi, si Arif ngelamar lo? Terus lo mau?" Kata Apit Heboh setelah Putri menceritakan kronologi nya bersama Arif.
Putri tak menjawab apapun, ia merengut dengan wajah bingung.
"Gue tau sih, Put. Arif itu cakep, dia juga rajin ibadah dalam agama lo. Tapi..." Apit jeda sejenak menatap Putri.
"Dia Fanatik banget!" Tandasnya.
"Gimana kalo nanti dia larang kita temenan? Terus lo disuruh berhenti kuliah. Atau, nanti lo ga di bolehin ke luar rumah!" Apit mulai nyerocos histeris.
"Duh, enggak begitu juga kali, Apit. Kamu kelewat parnoid. Ga boleh tau Su'udzon kaya gitu." Ceramah Putri.
Apit diam menatap Putri dengan wajah bersalah nya.
"Udah yuk, aku udah dapet semua buku nya nih." Ujar Putri mengangkat singkat buku di tangannya.
Apit mengangguk mengikuti Putri yang berjalan duluan ke kasir.
Keduanya berada di barisan ke tiga menunggu giliran untuk membayar buku.
Davanka yang baru saja tiba di tempat tujuan nya langsung mengedarkan pandangan nya mencari Putri.
*
"Abis ini mau kemana?" Tanya Apit setelah memasukan buku nya ke dalam tas.
"Aku mau langsung pulang ke panti, pit." Jawab Putri.
"Wokeh deh, ayo." Ajak Apit semangat.
"Eh, Apit. Kayanya aku pulang sendiri ajah deh, soalnya ada yang mau di beli juga." Tolak Putri halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
General FictionHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...