Imran membawa Putri ke sebuah tempat yang di penuhi peralatan pembersih.
Tiba di sana saja, Putri sudah mengerti apa pekerjaan nya.
"Tugas kamu, ini. Dateng jam tujuh pagi langsung bersihin kaca di lorong satu dan dua, setelah itu nyapu dan pel." Imran mulai menjelaskan pekerjaan Putri.
Putri hanya manggut manggut paham.
"Resikonya bersih bersih di rumah sakit itu adalah, lantai nya akan selalu di injak orang. Gimana? Kamu siap?" tanya Imran.
"Loh, Imran, tapi.."
Imran mengangkat tangannya menyuruh Davanka diam.
"Siap atau tidak?" Tanya Imran lagi.
Putri menganggukkan kepalanya dengan mantap.
"Kalo gitu sekarang kamu boleh pulang, besok datang ke sini jam tujuh." Pinta Imran.
"Yaudah, kak. Aku sama Arin pulang dulu ya, assalamualaikum," Putri dan Arin berpamitan.
"Waalaikumsallam."
Davanka dan Imran menjawab serempak.*
Setelah Putri pergi Davanka langsung protes pada Imran karna memberikan Putri pekerjaan yang berat.
"Lo gimana sih? katanya jadi asisten dokter, kenapa jadi tukang bersih-bersih?" Protes Davanka.
"Dav, sejak awal gue enggak pernah kasih kesepakatan bakal jadiin Putri sebagai asisten dokter. Lagipula gue udah punya asisten." Imran menanggapi dengan santai.
"Ya tetep ajah dong, jangan suruh dia bersih-bersih juga. Lo kan tau Putri cewek bergamis pake cadar pula, kalo bersih-bersin gamis nya basah gimana? Dia pasti ribet banget."
"Apaan sih, Putri nya juga biasa ajah. Justru malah lo yang ribet!"
Davanka berusaha keras membujuk Imran namun tetap tak merubah keputusan Imran untuk mempekerjakan Putri sebagai tukang bersih-bersih.
Imran bukannya tega mempekerjakan Putri sebagai cleaning'service, hanya saja di rumah sakit itu memang tak ada perekjaan lain, di tambah salah satu pembersih di sana sedang cuti sementara jadi mereka kekurangan orang.
*
Sementara itu di perjalanan pulang Putri di ajak bicara oleh Arin, kenapa ia mau bekerja begitu keras untuk Gaby.
"Put! Kamu tidak harus bekerja seperti ini cuma buat dia," kata Arin.
"Aku tidak punya pilihan lain, Gaby harus bisa bebas dari para debtcollector itu." Putri menyahuti.
"Kenapa kamu begitu perduli sama Gaby?"
"Aku tidak tahu, hanya saja, aku merasa kedua adiknya harus punya masa depan yang bagus. Gaby, sudah putus kuliah, aku tidak ingin ke dua adiknya harus bernasib sama."
"Lalu kenapa tidak minta bantuan ke Abah mu? Kamu kan tidak harus bekerja keras seperti ini?"
"Kalau niat membantu, kita harus menggunakan tenaga kita sendiri, dengan rasa ikhlas tanpa pamrih."
Mendengar hal itu Arin langsung mengerti, Putri adalah orang yang paling tidak tahan melihat seorang anak kecil menderita.
Bahkan setiap minggu Putri akan pergi ke lampu merah untuk membagikan sembako juga mengajari anak-anak pengamen membaca dan menulis.
*
"Kamu harus bersyukur di pertemukan dengan orang seperti Putri. dia bersedia membantu mu tanpa meminta balasan sedikit pun." Arin bicara kepada Gaby.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
General FictionHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...