Putri kembali menghubungi Davanka untuk mengajaknya bertemu di sebuah tempat makan yang ada di dekat panti asuhan.
Setelah keduanya berhadapan keduanya sama-sama terdiam karna bingung harus memulai pembicaraan dari mana.
"Kamu ajak saya ketemu di sini buat diem-dieman doang?" Davanka mulai membuka suara.
Putri menggelengkan kepalanya.
"Maaf, aku cuma bingung harus mulai dari mana.""Mendingan langsung aja deh, saya sibuk soalnya."
"Sejak kapan kak Davanka jadi sok sibuk?"
Putri menutup mulut nya, ia tersadar bahwa ia telah salah bicara. Putri refleks dan merasa bahwa hubungan nya dengan Davanka masih sebaik dulu.
Davanka sedikit menyungingkan senyum namun berusaha sebisa mungkin untuk menahan dan bersikan dingin.
"Maaf," ucap Putri sambil menundukkan kepala.
"Jadi mau ngomong apa?"
"Sebenernya aku punya banyak banget pertanyaan, tapi aku yakin kak Davanka juga punya pertanyaan yang sama. Tentang gimana ke dua orang tua kita ternyata bisa saling kenal bahkan menarik kita berdua untuk bisa bersatu,"
"Intinya, aku bener-bener minta maaf sudah berlaku kasar dan lancang sebelumnya. Maaf-in aku kak, aku bener-bener ga tau"
"Ga tau kalo ternyata saya calon suami kamu?"
Putri mengerjapkan matanya tak percaya Davanka akan mengatakan itu.
"Kenapa? Kamu kecewa karna calon suami mu bukan lelaki yang kamu cintai?"
Putri masih diam tak mengerti yang di bicarakan Davanka.
"Kamu tenang ajah, saya bakal ngomong sama orang tua saya supaya perjodohan ini di batalkan"
"Astaghfirullahh, kak Davanka. Bukan itu tujuan aku ngajak ketemu, aku bukan ingin membatalkan perjodohan ini, aku justru berharap kak Davanka mau terima aku." Putri berucap cepat kali ini Davanka yang terdiam.
"Maaf, aku tidak bermaksud memaksa. Tapi ini permintaan Abi, sudah lama beliau berencana untuk menikahkan kita berdua, aku tak pernah menjawab pertanyaan Abi kalo sudah nyinggung urusan jodoh.
Tapi sejak abi sakit, kondisinya membuat beliau stres. Abi takut dia tidak bisa antar aku sampai ke pelaminan."Putri menarik nafasnya sejenak.
"Melihat kondisi abi yang kian memburuk, akhirnya aku bilang sama umi kalo aku bersedia menerima perjodohan ini. Aku ingin melihat Abi bahagia di tengah sakit nya."
"Aku tidak bermasud mengemis atau bersandiwara. Tapi aku mohon, kak Davanka mau penuhi keinginan Abi. Kita bisa berpisah nanti jika memang tidak ada kecocokan."
Duarrr
Bagai tersambar petir di siang bolong, pada akhirnya Putri berhasil membuat Davanka jatuh untuk ke sekian kali nya.
Baru saja Davanka merasa terbang dan bahagia ketika Putri berkata bahwa ia tak ingin membatalkan perjodohan ini. Davanka berpikir mungkin Putri memang mencintainya, namun nihil. Ternyata Putri hanya meminta perjodohan ini di lanjutkan demi ayahnya yang tengah sakit keras.
Davanka tersenyum miris, meratapi nasib nya yang hanya di manfaat kan oleh Putri. Bahkan belum juga memulai rumah tangga, Putri sudah berniat untuk berpisah dengan nya.
"Apa kamu terpaksa melakukan nya?"
Davanka menatap Putri dengan tatapan yang terlihat sendu, Putri segera menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
General FictionHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...