Keesokan harinya,
Sebelum kelas nya di mulai Putri dan dua teman nya duduk-duduk di rerumputan dekat air mancur yang berada tepat di depan gedung.
Udara pagi membuat mereka merasa sangat nyaman, meski di bawa sambil ngerjain tugas pun ga terasa begitu penat.
*
"APAA!!!" Pekik Apit dan Alice saat Putri menceritakan kronologis yang terjadi pada nya bersama Gaby.
"Jadi lo masih nekat pergi ke rumah sakit!" Omel Alice.
Putri hanya mengangguk dengan wajah bersalah melihat kemarahan Alice.
"Terus ketemu sama kak Davanka?" Tanya Apit.
"Alhamdulillah ketemu, kalo ga ada kak Davanka mungkin aku udah di bawa sama dua penjahat itu," tutur Putri melanjutkan.
Alice berdesis geram, ingin sekali ia mencabik-cabik wajah gadis bernama Gaby itu.
"Lagian lo kenapa sih nekat banget nyari kak Davanka? Ada tugas yang kelewat susah sampe harus banget ketemu sama si senior itu!?" Omel Alice.
"Bukan soal tugas lice, aku cuma khawatir ajah sama keadaan nya kak Davanka, apalagi dia kan pergi sejak kejadian di patung labirin itu. Nanti kalo dia bunuh diri gimana?"
"Ga usah ngaco lagi deh Putt! Sebel deh gue lama-lama!"
Putri akhirnya bungkam, ia tau Alice jika sudah marah mau di bujuk bagaimana pun tak akan pernah koyah.
"Yang penting lo gapapa," sahut Apit mengusap kepala Putri.
Alice memalingkan wajahnya.
Plakk!
Apitt menepuk kepala Alice."Ga usah ngambek mulu lo, udah jelek tambah jelek!"
"Ihh, apaan sih lo" protes Alice tak terima.
"Udah ahh. Ke kelas ajah yuk putt, tinggalin si Alice disini!" Celetul Apit mendelik Alice sengit.
Namun Alice nampaknya tak perduli, ia sedang di ambang emosi nya.
"Udah pergi sana! Abis kelas bubar gue tunggu di warung bakso," sahut Alice tanpa melirik dua teman nya itu.
"Makan bakso mulu! Glatak glutukk nih perut gue! Kali-kali makan Seafood kek di resto jangan bakso mulu" timpal Apit tajam.
"Yeee! Lagian siapa juga yang nawarin lo makan!"
Apit tak membuang wajahnya sambil menarik lengan baju Putri untuk segera pergi dari tempat itu.
****
Beberapa saat kemudian kelas nya pun bubar. Apit dan Putri masih betah duduk di kursinya.
"Putt, kasih pendapat dong buat ini 1 sampe 10"
Apit mengeluarkan buku panjang dari dalam tas nya, Putri membulatkan matanya berdecak kagum dengan apa yang di lihatnya.
Sebuah gambar Disain gaun pengantin yang begitu indah, sederhana namun terlihat mewah.
"Masya'allahh, Apitt,ini bagus banget! Kamu yang bikin?" Puji Putri jujur.
Apit mengangguk sambil tersenyum bangga.
"Udah coba nge'Desain jahitan nya?"
Seketika senyuman Apit menghilang, perlahan ia pun menggelengkan kepalanya.
"Gue belum PD nunjukin hasil gambar ini,"
"Hmm. Sabar ya Pitt, nanti aku bantu cari butik yang mau bantu produksiin gambar kamu" Putri menyemangati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
General FictionHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...