Setibanya di rumah sakit
Alice dan Apit tak henti-hentinya bertengkar sepanjang perjalanan membuat kepala Putri terasa begitu pening."Lo ngapain sih ngikut-ngikut!" Ujar Alice sinis.
"Terserah gw lah! Emang ini Rumah sakit punya nenek moyang lo!" Protes Apit.
"Tapi gw risih sama keberadaan lo!"
"Kalo risih balik sonoh! Bukannya tadi lo nolak buat ikut? Kenapa sekarang malah ngintil, pulang sana,"
"Apittt!!!! Lo tuh ya,, nyebelin banget sih!" Alice mercak-mercak kesal.
"Mau apa lo?!" Tantang Apit.
Alice mengangkat kepalan tangannya.
"Hey, Stop!!! Please Stop!" Putri menengahi.
Apit dan Alice saling menatap tajam. Sepersekian detik kemudian mereka langsung buang muka bersamaan sambil melipat kedua tangannya di dada.
Putri menghela nafasnya sambil geleng-geleng kepala,
Tingkah kedua temannya ini benar-benar mirip seperti anak kecil.Tibalah mereka di ruangan tempat Tisya di rawat, disana sudah ada Della yang tengah menyuapi Tisya.
Putri mengedarkan pandangannya, ia merasa heran tak melihat keberadaan Gaby disana."Della, kak Gaby nya kemana?" Tanya Putri dengan suara halus nya.
"Lagi pergi, katanya mau cari kerjaan," jawab Della tanpa menoleh ke arah Putri.
Putri mengerutkan keningnya berpikir, tak mungkin ia pergi membawa Della dan meninggalkan Tisya sendirian bukan.
Putri membalikkan tubuhnya menghadap Apit dan Alice.
"Hm, Lice, Pit, kalian kalo mau pulang duluan ajah deh, aku mau disini dulu nungguin Gaby." Ucap Putri
"Gapapa kan?" Lanjutnya memastikan.
Apit tersenyum mengangkat jempolnya.
"Gapapa, gw ga masalah kok. Gw juga mau nemenin lo nungguin si G- Gaby itu," kata Apit sambil duduk manis di Kursi.
Alice mendesis pada Apit yang nampak menaikkan rambut nya ke sela telinga seakan ia memiliki rambut paling panjang bak seorang wanita, padahal rambut Apit sangat pendek layaknya seorang lelaki.
"Eng, kamu gimana lice?" Tegur Putri.
"Kalo-""Gw disini! Gw juga mau nungguin Gaby!" Potong Alice cepat sambil duduk di ujung kursi yang tengah di duduki Apit.
"Ihh, kenapa ga minggat ajah sih lo!" Protes Apit.
Alice menatap Apit sambil tersenyum.
"Masalah buat lo!?" Setelah mengatakan itu senyumannya langsung berubah kembali dengan wajah kesalnya.
"Hih! Pindah sono ahh! Sempit ihh!" Apit menggeser tubuh Alice.
"Ishh, Diem lo!" Alice tetap tak mau terusik.
Lagi-lagi Putri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua temannya itu.
*
Putri melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 18:15 , sejenak ia melirik kedua temannya. ia baru sadar di ruangan itu hanya dia seorang yang beragama islam, bagaimana mungkin Putri mengajak temannya untuk melaksanakan Shalat.
"Lice, Apit," panggil Putri.
Alice dan Apit menoleh ke arah Putri.
"Aku mau ke mushola dulu ya, kalian disini dulu gapapa?" Tutur Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
Genel KurguHijrah itu mudah kok. Yang sulit itu Rasa Siap nya, Rasa Malu nya, dan Rasa gengsi nya. "Arif melamar aku, kak." Ucap Putri sembari menunduk. Davanca terkejut kontan menatap Putri yang sudah menunduk dalam. Ada rasa sesak yang tiba-tiba saja menusuk...