"Bagaimana kalau kita mulai sekarang? Kasian penghulunya sudah menunggu dari tadi," kata Siti.
Akad nikah pun berjalan dengan khidmat. Selama acara berlangsung Aisyah tidak berani untuk melihat Hilal. Ketika bersalaman saja Aisyah masih menunduk. Tangan Aisyah gemetar saat menjabat tangan Hilal untuk pertama kalinya.
"Aisyah, ayo lihat sini. Kalau kamu nunduk terus gimana abang bisa ngambil foto kalian berdua,"
Yusuf mengabadikan foto Aisyah dan Hilal dengan kamera yang dipegangnya. Aisyah menurut, ia mencoba tersenyum.
Setelah semuanya selesai mereka beranjak menuju rumah Aisyah di daerah Darussalam menggunakan mobil Daud. Maryam telah menyiapkan berbagai macam makanan menyambut kedatangan keluarga Daud. Usai makan mereka berbincang-bincang diruang tamu.
"Apa rencana kamu selanjutnya Gibran?" Tanya Daud.
"Gibran masih ingin mondok ayah. Itu pun kalau Aisyah setuju," Hilal melihat kearah Aisyah.
"Oya Aisyah, paman lupa bilang sama kamu kalau,"
"Ayah, bukan paman tapi ayah. Sekarangkan Aisyah sudah menjadi menantu kita berarti Aisyah harus memanggil kita ayah dan ibu sama seperti Gibran. Iya tidak, Maryam?" Siti memotong ucapan suaminya. Maryam tersenyum mendengar ucapan Siti.
"Oh, iya, ya ayah lupa. Begini Aisyah, dulu Gibran juga pernah bilang sama ayah jika dia ingin tinggal di pesantren hingga punya anak didik. Apa kamu setuju kalau kalian kembali lagi ke pesantren? Kamu bisa melanjutkan mengaji meskipun kalian sudah menikah. Lagian sebentar lagi Gibran akan memiliki anak didik, iya kan Gibran?" Hilal mengangguk.
"Atau kalau kamu keberatan, Aisyah bagaimana jika kalian mengontrak saja disana nanti biar ayah carikan rumah yang dekat dengan pesantren. Bagaimana?" Lanjut Daud.
"Kalau Aisyah terserah tgk aja. Yang manapun boleh."
"Bagaimana Gibran?" Daud melihat Hilal.
"Biar kami kembali ke pesantren aja ayah. Jadi Aisyah bisa melanjutkan pendidikan agamanya lebih lama. Sepertinya Gibran lihat, Aisyah masih ingin kembali kesana" Hilal melihat Aisyah.
"Benar sekali tebakanmu nak Gibran, Aisyah memang masih ingin kembali kesana" timpal Maryam.
*******
Jam menunjukkan pukul 22.00 wib.
Daud dan Siti telah kembali ke Langsa sore tadi.Aisyah duduk seorang diri di teras rumah sembari menatap bintang di langit. Malam ini langit terlihat begitu indah dengan ribuan bintang yang menghiasinya. Sesekali Aisyah menunjuk tangannya ke langit menghintung bintang-bintang yang ada disana meskipun ia tahu ia takkan mampu untuk menghitung semua bintang yang ada disana tapi ia tetap melakukannya.
Saat ini perasaannya kalut. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana kepada Hilal. Bahkan ia tak berbicara sepatah kata pun pada Hilal setelah Daud dan Siti pamit tadi. Hilal juga menatapnya dingin. Seolah laki-laki itu tidak merasa senang dengan pernikahan mereka.
Aisyah menghela nafas sejenak melihat jalan yang mulai terlihat sepi.
"Aisyah, kenapa kamu diluar? Tgk mana?" Maryam menghampiri Aisyah.
"Aisyah lagi ingin diluar bu, tgk ada di dalam," Aisyah menggeser duduknya membiarkan Maryam duduk disebelahnya.
"Kenapa kamu ninggalin tgk sendirian dikamar? Buruan masuk kasihan tgk sendiri,"
"Bentar lagi ya bu, Aisyah masih ingin disini sama ibu," Aisyah menggandeng tangan Maryam manja.
"Dia itu suami kamu, Aisyah. Mana boleh kamu ninggalin dia begitu aja apalagi malam ini malam pertama dia nginap disini pasti dia risih karena belum terbiasa," Yusuf keluar dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)
RomansaRank #1 Hilal 23Nov2019 #1 Shalehah 31Jan2020 #1 Aceh 13Apr2020 #9 Cobaan Jan2020 #3 Cintaislami 16Apr2020 Sitina Aisyah Humaira, gadis yang biasa dipanggil Aisyah ini memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke pesantren salafi setelah lulus dari S...