Part 21

3K 173 0
                                    

Rasa kecewa dan putus asa melengkapi kesedihan Hilal malam ini. Munawarah yang menjadi harapan satu-satunya, orang yang sangat ia cintai, seseorang yang bisa dijadikan sandaran di saat seperti ini malah membuang dan menghina dirinya. Sungguh ini semua tak pernah terlintas dipikiran Hilal. Munawarah yang terlihat cantik, baik, perhatian, membuat dirinya tertipu. Hilal sadar, tak selamanya sampul luar itu benar. Mungkin memang indah dipandang mata namun kita tidak tahu isi didalamnya.

Hilal mengendarai sepeda motor dengan pikiran kosong. Entah kemana ia akan menuju tanpa arah dan tujuan. Hilal tak sadar ponselnya bersuara sedari tadi.

"Tgk dimana? Kenapa tgk gak jawab telepon dari Aisyah?" Aisyah kembali menghubungi Hilal akan tetapi Hilal masih tak menjawab.

"Tgk, tgk baik-baik saja kan?" batin Aisyah. Ia begitu cemas.

"Aisyah." Aisyah terkejut saat seseorang memegang pundaknya. Aisyah menoleh.

"Ibu, ada apa bu? Bagaimana kondisi ayah?"

"Tidak apa-apa. Alhamdulillah ayah baik-baik saja. Kamu sudah shalat?" Aisyah menggeleng.

"Lebih baik kamu shalat sekarang biar nanti kamu gantiin ibu jagain ayah. Soalnya ibu juga belum shalat."

Aisyah beranjak menuju mushalla rumah sakit untuk melaksanakan shalat isya. Usai shalat, Aisyah kembali ke ruangan Daud dirawat.

"Aisyah." Daud memanggil Aisyah. Suaranya terdengar parau.

"Iya ayah. Ada apa?" Aisyah menghampiri Daud.

"Duduk lah, nak." Aisyah mengambil kursi duduk disisi ranjang.

"Gibran mana?"

Mendengar nama Hilal disebut Aisyah menunduk. Ia merasa bersalah.

"Aisyah gak tahu yah. Aisyah sudah mencoba menghubungi tgk tapi gak ada jawaban."

"Aisyah, sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan Gibran?"

Aisyah terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Aisyah, jujur sama ayah."

Aisyah berusaha menahan air matanya. Ia tidak mau menangis didepan mertuanya.

"Aisyah juga gak tahu ayah." Aisyah menghentikan ucapannya.

Terlihat Siti membuka pintu. Aisyah tak melihat ke arah Siti. Ia masih menunduk.

"Hubungan Aisyah dan tgk baik-baik saja. Bahkan belakangan ini tgk sangat baik pada Aisyah. Aisyah gak tahu kalau tgk berencana untuk  berpisah dengan Aisyah." lanjut Aisyah.

Siti menarik kursi duduk disebelah Aisyah. Kini Aisyah benar-benar tak dapat membendung air matanya.

"Kamu yang sabar ya, Aisyah." Siti menggenggam tangan Aisyah lalu memeluknya.

"Tapi apa benar yang dikatakan Gibran kalau kamu punya dambaan hati sendiri dan hingga saat ini kamu masih sangat mencintainya?" Siti terkejut mendengar pertanyaan Daud.

"Benar itu Aisyah?" Siti melepas pelukannya.

Aisyah menyeka air matanya sebelum menjawab pertanyaan Daud dan Siti.

"Be-benar ayah, ibu." Daud dan Siti saling berpandangan.

"Tapi itu dulu, bu. Aisyah memang pernah mencintai seseorang sebelum menikah dengan tgk. Tapi setelah menikah dengan tgk, Aisyah mulai melupakannya. Aisyah sudah berjanji pada diri Aisyah sendiri kalau Aisyah gak boleh mencintai laki-laki lain selain suami Aisyah sendiri. Aisyah gak mau menghianati tgk, ayah."

"Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya pada kami Aisyah?" tanya Siti.

"Untuk apa Aisyah mengatakannya jika jodoh yang telah Allah siapkan untuk Aisyah memang lah tgk. Aisyah adalah bagian dari tulang rusuk tgk yang hilang. Aisyah gak mungkin menolak takdir." Aisyah menghentikan ucapannya.

Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang