Part 8

3K 186 1
                                    

"Cie, cie, ada yang baru dapat kiriman ni. Pasti dari tgk.Ham!"

Zainab berdiri diambang pintu bilek Aisyah. Kondisi Aisyah yang belum sehat membuat Zainab menjenguk sahabatnya itu ke bilek.

"Apaan sih kamu, Nab!"

Aisyah meletakkan kantong kresek yang dipegangnya dilantai.

"Tapi benarkan kiriman dari tgk.Ham? Tgk.Ham emang pengertian banged ya, baru sekali kamu dibilang gak sehat eh tau-taunya dia ngirim buah buat kamu,"

Zainab terkekeh.

"Zainab, kamu kesini mau jengukin aku atau mau ngeledekin aku?"

"Iya, iya itu aja ngambek. Gimana? Udah baikan?"

"Seperti yang kamu lihat,"

Aisyah mengambil guling merebahkan kepalanya disana. Aisyah menempati bilek massal dimana tidak ada ranjang disana.  Mereka tidur diatas lantai. Sebenarnya bilek ranjang juga ada namun Aisyah tidak mau menempatinya karena sejak pertama kali kesini Aisyah selalu mengingat pesan ayah bahwa orang yang menuntut ilmu allah itu tidaklah mudah. Banyak cobaan yang harus dihadapi dan itu benar. Saat pertama kali Aisyah di pesantren begitu banyak ujian yang membuat Aisyah tidak betah namun karena kesabarannya Aisyah bisa bertahan hingga saat ini.

Zainab duduk disamping Aisyah. Zainab berbincang-bincang dengan Aisyah. Tak lupa Zainab menceritakan Hamdani yang semalam menjadi guru ganti dikelas mereka.

**********

"Kepada guru kami Tgk.Gibran Hilal dari Langsa harap ke depan dikarenakan ayahanda sudah lama menunggu."

Hilal kaget saat mendengar namanya disebut diposko.

"Kenapa ayah kemari?"

Dengan terburu-buru Hilal keluar dari bilek menuju posko untuk menemui Daud, ayahnya.

"Ayah, ibu!"

Hilal menyalami Daud dan Siti bergantian.

"Kenapa ayah sama ibu kesini mendadak? Kenapa gak kasih tahu Gibran dulu?"

Hilal duduk disamping Daud.

"Kenapa memangnya? Biasanya kamu tidak bertanya begitu, malahan kamu senang ayah sama ibu kesini" kata Daud.

"Itu kan beda, Yah. Dulu Gibran masih jadi santri tapi sekarang kan Gibran udah jadi guru!"

"Ibu rindu sama kamu dan Aisyah. Oya, ayo kita bertemu dengan Aisyah," Siti mengajak Hilal ke komplek santriwati.

" Tapi bu, ini kan sudah kailulah waktunya istirahat. Pasti Aisyah sudah tidur,"

Hilal melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ia berusaha mengelak agar orangtuanya tidak bertemu dengan Aisyah.

"Alasanmu saja. Dulu waktu ibu jenguk kamu juga begitu tapi kan bisa dipanggil ke bilek sama piket. Ayo ayah!"

Siti bangkit dari duduknya. Daud mengikuti Siti sedangkan Hilal tidak bisa berkata apa-apa. Namun tiba-tiba Hilal teringat akan sesuatu. Hilal memilih kembali ke bilek.

"Ham!"

"Eeumm,"

Hamdani sibuk melihat layar ponsel bahkan matanya tak menoleh ke arah Hilal yang memanggilnya.

"Eumm, kalau boleh tahu Aisyah itu kamarnya dimana ya? Bileknya nomor berapa maksudku!"

Hilal bertanya dengan perasaan takut. Hilal takut Hamdani akan bertanya kenapa dia menanyakan bilek Aisyah.

"Bilek massal lantai 2 nomor 20."

Hamdani tak sadar dengan yang diucapkannya. Matanya masih fokus dengan ponsel yang ada ditangannya. Ketika mencerna pertanyaan Hilal,  Hamdani segera melihat kearah Hilal.

Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang