Part 22

3.2K 185 2
                                    

Daud kembali melanjutkan ceritanya.

Setelah menikah Hasan kembali ke Aceh. Namun sayang sang ayah tidak mau menerima gadis pilihan Hasan. Hasan diusir dari rumah tanpa diberikan warisan sepeser pun dari orangtuanya.

Hasan memutuskan untuk menetap di Idi. Ia menyewa sebuah rumah disana. Hasan bekerja dengan sangat giat untuk membiayai kehidupan dirinya dan istrinya.

Tiga bulan pertama pernikahan mereka berjalan lancar. Tidak ada kendala apapun namun saat menginjak bulan keempat istrinya mulai mengeluh karena kurangnya pemasukan yang dihasilkan oleh Hasan. Ia masih bisa sabar menghadapi sikap istrinya karena ia sangat mencintai istrinya.

Hasan sering pulang ke Langsa menemui Daud di rumah saat ayah tidak ada. Hasan meminta uang pinjaman pada Daud. Ibu yang melihat kondisi Hasan merasa iba. Ibu menyarankan agar Hasan kembali kerumah dan berpisah dengan istrinya tapi Hasan menolak. Apalagi saat itu istri Hasan sedang mengandung anaknya.

Hari dimana istri Hasan akan melahirkan ia memberitahukan pada Daud. Tanpa sepengetahuan ayah, Daud dan Siti pergi ke rumah sakit Idi melihat istri Hasan melahirkan.

Hasan mendapatkan seorang bayi laki-laki. Ia sangat mirip dengan ibunya. Namun sayang, Hasan harus kehilangan istrinya karena pendarahan.

Hasan merawat bayinya seorang diri.
Semenjak tujuh hari kepergian istrinya Hasan depresi.

Hasan sering berbicara sendiri dan menyebut-nyebut nama istrinya. Bahkan tetangga-tetangga pernah mengatakan Hasan tidak menghiraukan bayinya.

Hingga hari itu tiba. Hari dimana Hasan ditabrak oleh sebuah mobil. Hasan menyeberangi jalan tanpa melihat kanan dan kirinya karena ia mengejar seorang wanita yang dia pikir  adalah istrinya. Kejadian itu terjadi tepat didepan mata Daud dan Siti. Mereka ingin bertamu ke rumah Hasan saat itu. Namun dijalan Siti merasa haus ingin membeli air mineral. Mereka keluar dari mobil. Saat itulah peristiwa na'as itu terjadi merenggut nyawa Hasan. Hasan meninggal ditempat kejadian.

Warga membawa jasad Hasan kembali ke rumah. Siti terkejut saat tiba dirumah Hasan, ia mendengar tangisan bayi dalam ayunan. Daud dan Siti meminta kepada ayah agar mereka merawat bayi Hasan. Pertama  ayah menolak tapi karena permohonan ibu, ayah pun setuju.

"Saat ini bayi laki-laki itu telah tumbuh menjadi laki-laki dewasa dan dia memiliki seorang istri yang sholehah." Aisyah kembali meneteskan air mata mendengar ucapan Siti.

"Dia adalah suami kamu Aisyah, Tgk.Gibran Hilal." timpal Daud.

"Aisyah, setelah kamu tahu semuanya apakah kamu masih mau bersama Gibran?" tanya Siti.

"Itu bukanlah satu alasan yang membuat Aisyah gak mau lagi bersama tgk. Bahkan setelah mendengar cerita ayah dan ibu, Aisyah semakin sayang sama tgk. Aisyah mencintai tgk bukan karena tgk adalah anak ayah dan ibu, teman baik ayah Aisyah dulu. Aisyah mencintai tgk karena diri tgk sendiri. Aisyah mencintai tgk fillah bu, yah."

"Alhamdulillah kalau begitu Aisyah. Kami memang tidak salah memilih kamu sebagai pendamping hidup Gibran. Mungkin Gibran belum menyadari ketulusan kamu. Dia masih dibutakan oleh cintanya pada perempuan itu."

"Kalau Gibran benar-benar ingin berpisah dengan kamu bagaimana Aisyah?" lanjut Daud.

"Ayah, ibu kalau tgk memang ingin berpisah dengan Aisyah dan tgk ingin bersama Muna, Aisyah gak bisa berbuat apa-apa. Mungkin itu adalah jalan terbaik bagi Aisyah dan tgk."

"Tapi Gibran belum tahu kalau kamu sedang mengandung anaknya Aisyah."

Pernyataan Siti membuat Daud terkejut.

" Maksud ibu apa? Aisyah hamil?"

"Iya, ayah. Aisyah hamil. Sebentar lagi kita akan menjadi kakek nenek." Siti mencoba tersenyum.

Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang