Usai menyiapkan sarapan Aisyah dan Siti beristirahat diruang tamu. Siti merebahkan tubuhnya didepan tv.
"Kapan kalian kembali ke Lhokseumawe, Aisyah? Nanti saat kalian tidak ada pasti ibu akan kesepian." Aisyah duduk disamping Siti sembari memijat kaki Siti.
"Rencana tgk besok bu."
"Kenapa harus besok? Seharusnya kalian tinggal disini seminggu lagi biar ibu ada kawan. Kamu kan tahu kak Raudhah yang kerja disini lagi cuti. Bulan depan dia baru kembali."
"Bukannya kami gak mau bu, tapi nanti kami juga harus kembali ke pesantren. Ini saja sudah lama. Di Lhokseumawe pun nanti palingan dua atau tiga hari. Kenapa ibu gak cari orang lain saja untuk sementara waktu. Kalau begini ibu pasti cape harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri."
"Ayahnya Gibran yang tidak mau. Katanya kalau orang lain tidak bisa dipercaya karena sudah pengalaman tahun lalu saat kak Raudhah pulang kampung, makanya walaupun cape sedikit ibu harus bersabar. Tapi ibu senang kamu disini Aisyah, jadinya ibu tidak sendiri saat ayah berangkat kerja." Siti duduk didepan Aisyah sembari memegang tangan Aisyah. Aisyah tersenyum mendengar ucapan Siti.
Hilal yang baru keluar dari kamar tak sengaja mendengar percakapan Aisyah dan Siti.
"Iya bu, Aisyah ngerti tapi mau gimana lagi. Sebenarnya Aisyah juga kasian lihat ibu sendiri."
"Minggu depan kan kak Raudhah kembali." ujar Daud keluar dari kamar.
Aisyah dan Siti melihat Daud.
"Lho, kata ibu kak Raudhah kembali bulan depan." Aisyah melihat Siti.
"Siapa bilang? Ibu?" Daud melihat Siti.
Siti melototi Daud. Daud tersenyum melihat tingkah istrinya. Aisyah nampak bingung.
"Kamu jangan percaya omongan ibu."
"Ayaaaahh," Siti bangkit memukul Daud. Ia merasa geram.
"Mereka kan juga perlu kembali ke pesantren bu. Ini saja seharusnya ibu bersyukur mereka tinggal disini cukup lama."
"Bukan begitu Aisyah, kalau ada kamu disini kan ibu tidak kesepian. Kamu bisa nemenin ibu ngobrol, keluar." Siti memelas.
"Ibu ini sudah seperti anak kecil saja. Dulu waktu Aisyah tidak disini biasanya juga sama kak Raudhah."
"Ayah! Ini kan kak Raudhahnya tidak ada."
"Ya, ibu sabar sedikit. Sebentar lagi kak Raudhah juga kembali. Nanti kalau Gibran dan Aisyah tidak mondok lagi suruh mereka tinggal disini biar ibu ada kawan. Kamu mau kan Aisyah?" Aisyah mengangguk seraya tersenyum.
Siti hanya bisa tersenyum pada Aisyah.
"Ibu dan ayah benar-benar sangat menyukai Aisyah." batin Hilal.
"Ya sudah, ayo kita sarapan. Ayah hampir telat." mereka bertiga beranjak menuju meja makan.
"Aisyah, coba kamu panggilkan Gibran." kata Siti.
Saat Aisyah berbalik Hilal datang menghampirinya.
"Kebetulan kamu datang. Ibu baru saja menyuruh Aisyah memanggilmu. Ayo kita makan."
Mereka duduk ditempat masing-masing.
"Nanti kalau kita sudah punya cucu rumah ini pasti tidak akan sepi lagi. Iya kan, yah?" ujar Siti disela-sela makan.
Aisyah tersenyum mendengar ucapan Siti. Hilal melihat kearah Aisyah.
"Memangnya ibu ingin cucu berapa?" tanya Daud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)
RomanceRank #1 Hilal 23Nov2019 #1 Shalehah 31Jan2020 #1 Aceh 13Apr2020 #9 Cobaan Jan2020 #3 Cintaislami 16Apr2020 Sitina Aisyah Humaira, gadis yang biasa dipanggil Aisyah ini memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke pesantren salafi setelah lulus dari S...